Kamis, 15 Februari 2024

Teruntuk Bunda-Bunda Kami Karya.
 Teteh Meimei

Bunda jangan lupa ya… 

Tentang cerita perjalanan Kita 

Waktu yang singkat Membawa perjalanan ini 

menjadi kenangan Aku ingat… 

Saat awal masuk sekolah 

Rasanya takut dan malu 

Ku kira bunda itu galak 

Ternyata bunda asik 

Rasa takut ku hilang 

Berganti rasa berani 

Aku jadi berani main sama teman-teman 

Aku jadi berani cerita pada bunda 

Aku jadi berani lari-lari dikelas Tapi, bunda bilang tidak boleh 

Nanti bisa terjatuh mengenai meja 

Aku mendengar bunda 

Tapi Cuma sebentar 

Aku akan lanjut lari-lari di dalam kelas 

Bahkan sambil berteriak asik bersama teman-teman 

Seperkian detik Kelas akan menjadi ramai 

Bahkan adakalanya ada yang menangis 

Menangis karena terjatuh 

Menangis karena berkelahi dengan teman 

Atau bahkan menangis hanya karena di ejek teman 

Maaf bunda, kami membuat ramai kelas 

Teriakan kami, ulah kami Membuat bunda kerepotan 

Bunda ini semua akan berlalu 

Menjadi kenangan ku selama di sekolah 

Terimakasih ya bunda Telah sabar membimbing kami 

Setelah ini kami tidak akan merepotkan bunda 

Kami pamit bunda 

Melanjutkan pendidikan di tahap selanjutnya 

Jangan lupakan kami ya bunda 

Selamat tinggal bunda Kami sayang bunda

Jumat, 04 September 2020

 

NULIS BARENG TAMAN BACA PELANGI NUSANTARA

(NUBAR TBPN)

 


Taman Baca Pelangi Nusantara

Desa Panca Tunggal Benawa Kecamatan Teluk Gelam

Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan

Tahun 2020

 

 


 

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesehatan serta limpahan nikmat lainnya. Sehingga kami mampu belajar bersama di Taman Baca Pelangi Nusantara untuk selalu berproses memanfaatkan waktu dengan baik.

Di tengah pademi COVID-19  yang masih melanda dunia, khususnya negara Republik Indonesia. Banyak kegiatan yang dirumahkan salah satunya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring. Tentu dalam kegiatan sekolah daring selalu ada saja cerita dari masing-masing peserta didik yang mungkin merasa senang dengan kebijakan tersebut dan ada juga yang merasa kesulitan karena beberapa faktor. Untuk itu Taman Baca Pelangi Nusantara (TBPN) berinisiatif memberikan kegiatan menulis cerita mengenai sekolah daring yang sedang berlangsung.

Maksud dan tujuan dari kegiatan menulis ini merupakan kegaitan program TBPN yang akan rutin di laksanakan. Selain mengasah skill menulis, harapan kami sebagai pengurus TBPN juga ingin mengisi waktu yang ada dengan kegiatan yang bernilai positif. Kegiatan ini akan berlangsung 1 minggu 1 karya tulis dengan tema yang di ganti setiap minggunya. Pada kesempatan yang akan datang dengan evaluasi yang terus dilakukan, TBPN akan mencetak karya tulis ini menjadi sebuah buku antologi pertama kaloborasi setiap anggota Taman Baca Pelangi Nusantara.

Sekian dari penulis, semoga kita mampu terus berproses dalam segala hal. Tentu dengan Taman Baca Pelangi Nusantara yang akan menjadi wadah bagi masyarakat sekitar.

 

 

Sekolah Daring

By. Putri Marlina

Pertama kali sekolah melakukan sekolah daring, jujur saya sangat antusias sekali! Dimana saat itu saya termasuk dalam kategori anak terajin mengumpulkan tugas daring. Namun, itu semua tidak berlangsung lama, ketika tugas yang diberikan guru sudah merajalela. Saya pun hilang kendali, yang biasanya ketika tepat  jam 12.00 WIB semua tugas telah selesai saya kerjakan. Namun, tidak dengan sekarang!!! Tugas yang diberikan sudah semakin banyak. Jika dibandingkan dengan tugas sekolah tatap muka maka akan berbanding jauh sekali. Ditambah lagi tugas yang dimana catatan dan latihan berisi sama. Disitulah saya merasa tugas mencatat tadi ditulis 2 x, katanya biar biar anak lebih faham dengan materi. Tapi menurut saya itu salah besar! Mau tugas itu ditulis 10 x pun jika tanpa penjelasan maka hanya 1 dari 10% anak yang mengerti.

Ketika sekolah tatap muka, setelah guru menjelaskan maka guru seringkali meminta kami untuk bertanya. Namun tidak dengan daring! Hanya 5 dari 10 % guru yang meminta kami untuk bertanya. Ketika kami bertanya melalui japri hanya di read, sekan-akan kami ini bertanya “berapa kali ibu makan dalam 1 tahun ini?” sehingga butuh waktu yang lama untuk memikirkan jawaban itu. Jangankan untuk menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan yang kami berikan saat mengumpulkan tugas pun jarang. Bahkan ada yang tidak sama sekali! Kebahagian kami seorang pelajar yang mengikuti daring adalah ketika kami mengumpulkan tugas atau bertanya terlebih lagi diawali dengan salam tutur kalimat yang baik, lalu guru merespon dengan baik disitulah kami merasa dihargai. Seketika migran yang disebabkan oleh tugas langsung hilang ha...ha..ha...

Pasar, mall, tempat ibadah, tempat wisata semua berangsur-angsur dibuka. Tapi tidak ada tanda-tanda dibuka untuk sekolah. Banyak siswa yang mengeluh dan mogok belajar. Terlebih lagi orang tua yang ikut resah akan sekolah daring. Dimana pademi ini banyak sekali orang tua yang kehilangan pekerjaanya dan menurun hasil pendapatanya. Jangankan untuk membeli hp atau kuota. Bisa makan sehari-hari pun mereka sudah bersyukur.

Dan untuk yang bilang “tiap hari alasan dak katek kuota”. Percayalah itu bukan alasan namun itu kenyataan ! dan saya berterimakasih pada guru yang sering tidak masuk sekolah daring ha.. ha.. ha...

 

Sekolah Daring

By. Putri Agustina Ramadhani

          Di pagi itu aku sedang belajar di rumah, bukan di sekolah. Sekolah hanya seminggu sekali yaitu hari Jum’at, aku hanya dikasih tugas untuk dikerjakan. Dan setiap hari aku mengaji siang dan mengaji malam. Saat mengaji aku bertemu bertemu teman-temen, aku disana bukan hanya mengaji saja. Saat mengaji siang aku hafalan, bermain pianika dan bernyanyi.

          Jika mengaji malam aku juga bertemu teman-teman dan juga guru mengaji. Akan tetapi disana tidak bermain pianika dan bernyanyi, mengaji malam guru akan bercerita dan mengaji Al-Qur’an. Selesai mengaji siang dan mengaji malam aku langsung mengerjakan tugas seperti tugas tema, agama dan tugas dari siaran tv TVRI.

          Jika aku tidak mengerjakan, misalnya tanggal 24 aku tidak mengerjakan dianggap oleh guruku alpa. Dan jika aku hanya mengumpulkan tugas yaitu tema dan agama, masih ringan agama karena aku hanya dikasih tugas sedikit.

Sekolah Daring

By.Intan Olivia

          Dari awal belajar di rumah sangat membingungkan sekali tapi saya diam-diam melihat internet. Saya ingin sekolah lagi seperti biasanya dan saya ingin tidak ada lagi covid-19 seperti ini suapaya tidak sekolah daring lagi.

          Dan saya ingin ketemu lagi sama seluruh guru semoga terkabulkan keinginan saya. Saya menulis tugas di meja belajar sambil memandang buku-buku. Semenjak saya datang di  Taman Baca Pelangi Nusantara, disana saya senang sekali.

Sekolah Daring

By.Suci Wulandari

            Semenjak adanya corona, aku belajar daring setiap hari. Aku meminjam hp untuk belajar, guru ku hanya memberikan tugas lewat hp. Aku sedih karena aku hanya bisa berkomunikasi melalui hp tanpa bertatap muka. Aku sedih karena aku tidak bisa bermain bersama teman-teman seperti dulu. Aku benci sekolah daring, andai tidak ada virus corona aku tidak akan sekolah daring. Kapan corona ini akan berlalu? Semoga 2021 virus covid-19  tidak ada lagi di dunia ini aamiin.

Sekolah Daring

By.Dwi Saputri

          Saat datangnya wabah virus Corona, semua orang diperintahkan agar tidak keluar rumah kecuali jika ada kepentingan, hal ini dilakukan agar wabah tidak menyebar secara pesat. Untuk mengurangi penyebaran wabah maka sekolah ditutup dan dilakukan belajar online.

          Awalnya saya sangat suka dengan yang namanya belajar dirumah atau PR, tapi baru pertama kali ini saya sangat tidak suka dan membosankan sekali. Karena sampai menumpuk yang harus dikerjakan setiap harinya, dengan berdiam dirumah, tidak bisa belajar bareng dengan teman-teman lagi.  Dan juga saya sangat rindu kepada teman sebangku saya yang bernama Putri Permata Sari.

          Belajar online ini sangat membingungkan sekali karena guru-guru hanya memberikan tugas saja tanpa penjelasan, sehingga saya kurang faham dengan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Sekolah Daring

By.Citra

          Sejak pertama kali sekolah daring dimulai akibat pademi COVID-19 yang mengguncang seluruh dunia. Aku dan teman-teman tidak bisa belajar seperti biasanya karena COVID-19. Sebelum pademi COVID-19 mengguncang dunia, aku dan teman-teman masih bisa belajar dengan tertib, sekolah setiap hari, dan bermain bersama-sama. Tapi sekarang aku dan teman-teman tidak bisa bermain bersama-sama, karena harus mematuhi aturan protokol kesehatan dengan menjaga jarak (social distance), memakai masker, selalu cuci tangan dan tidak berkerumun.

          Akibat COVID-19, ekonomi seluruh dunia semakin berkurang, sekolah hanya seminggu sekali, tidak ada kegiatan pramuka, dan pada hari Senin tanggal 17 Agustus 2020 adalah hari kemerdekaan yang ke-75 tahun. Tidak ada lomba sama sekali, hal itu membuat semua orang sedih.

 

Sekolah Daring

By.Ketut Suka Dana

          Dikarenakan adanya pademi Virus Corona atau COVID-19. Indonesia menerapkan sistem bekerja dari rumah dan belajar dari rumah. Begitu juga dengan kegiatan belajar mengajar mulai dari siswa maupun kalangan mahasiswa dianjurkan untuk belajar dari rumah dan tugas diberikan oleh guru-guru melalui online.

          Sudah banyak tugas yang diberikan oleh guru dan saya mengerjakan satu persatu kemudian mengumpulkanya. Walaupun di beri waktu untuk mengumpulkan. Tetap saja tugas saya menumpuk karena saya sering menunda untuk mengerjakannya. Setelah selesai mengerjakannya, sudah ada tugas baru lagi yang diberikan “ aduh... pusing banget saya!”. Belajar dari rumah sedikit menyenangkan karena dapat mengerjakannya sambil bermain tetapi juga terkadang membosankan karena banyaknya tugas yang diberikan.

          Banyak orang yang mengeluh karena sekolah online di karenakan banyaknya tugas yang diberikan dan waktu untuk mengumpulkan tugas terlalu cepat. Jika semua tugas saya sudah selesai dan tidak bisa saya kerjakan. Jika tidak bermain hp biasanya saya juga bermain dengan Tirta anaknya emak Evan. Dan saya merinduhkan teman-teman, tetapi keadaan sangat tidak memungkinkan. Saya harap keadaan cepat pulih dan kembali seperti semua.

 

Sekolah Daring

By.Vania Nurdiana D

Awal dari belajar daring sangat membingungkan karena tugasnya banyak dan saya tidak tau. Tapi, pada saya bisa karena saya berjuang untuk mendapatkan nilai. Dan saat saya mengumpulkan tugas saya merasa kecewa dengan guru saya.

Pada sampai disekolah saya mengumpulkan tugasnya  sudah dibagikan, dan dikasih lagi. Tugas yang banyak, tapi kalo belum selesai saya akan dihukum. Saya mengerjakan di didalam rumah sembari memandang sekeliling rumah, dan saya mendengar rintikan air hujan saat hujan turun.

Sekolah Daring

By. Karisa

Di negara Indonesia, sedang dilanda wabah penyakit. Semuanya ditutup, termasuk sekolahan di Indonesia. Siswa-siwsi Indonesia belajar melalui hp android atau diberi tugas oleh bu guru.

Ada seorang anak bernama “Laitsi” anak ini susah diajari dan bandel. Keesokan harinya, dikelas bu guru berpesan agar yang diberi tugas harus dikerjakan. Tetapi Laitsi tidak menghiraukan dan tidak memperhatikan.

“Nak apakah kau diberi tugas oleh bu guru?”

Laitsi berkata didalam hati “Ah, kalau aku kasih tau aku akan disuruh belajar dan aku tidak bisa bermain, aku bohong saja ah!” Laitsi lalu berkata kepada ibunya dengan berbohong.

“Tidak ada bu.” Laitsi langsung pergi bermain.

Keesokan harinya dikelas. Ibu guru berkata kepada muridnya “Anak-anak kumpulkan tugas kalian”

Laitsi terdiam, Laitsi berkata didalam hati “Aduh! Aku tidak punya catatannya. Bagaimana ini? ah, aku kumpulkan saja buku kosong ini.”

Lalu semua anak-anak mengumpulkan tugas mereka, selain Laitsi yang mengumpul buku kosong. Didalam kantor bu guru menilai tugas anak-anak, lalu bu guru menilai tugas Laitsi dengan berkata “ Bagaimana mau dinilai? Tidak ada catatanya, memang Laitsi anak yang bandel”

Keesokan harinya saat membagikan nilai rapot. Bu guru berkata “ Dari salah satu murid  yang susah diajari dan bandel, saya nyatakan tidak naik kelas.”

Lalu masing-masing wali murid memperhatikan nilai rapor anak mereka termasuk Ibu Laitsi yang memperhatikan nilai rapor anaknya. Ibu Laitsi terdiam saat melihat rapor Laitsi, yang tidak naik kelas. Sepulang sekolah ibu Laitsi berkata kepada Laitsi “ Wahai anakku, engkau sudah menghianati ibumu dan guru mu. Maka belajar lah selalu.”

Sejak saat itu Laitsi selalu belajar dengan tekun. Laitsi pun sadar bahwa patuh kepada orang tua dan guru itu penting.

 

Sekolah Daring

By. Karina

Di suatu desa yang indah dan nyaman tentram, ada persahabatan Dona dan Doni. Dona bersifat sombong karena ia anak orang kaya. Doni bersifata baik hati, cerdas, suka menolong, rajin tetapi ia anak yang kurang mampu.

Pada suatu ketika seluruh negara dan termasuk Indonesia juga desa itu di landa wabah penyakit yaitu COVID-19.  Sehingga semua hanya seminggu sekali untuk pergi kesekolah untuk mengumpulkan tugas dan soal diberi melalui hp.

Pada suatu hari Doni meminta tolong kepada Dona agar meminjamkannya catatan soal dari guru yang dikirim melalui hp. Karena hp Doni rusak dan orang tuanya belum mampu untuk membelikannya hp baru. Tetapi Dona menolak, untuk membantu Doni. Ia tidak mau meminjamkan catatan soal itu. Doni berjalan menuju teman yang lain, dalam perjalanan ia berdoa. Ya “Allah semoga keadaan ini cepat membaik agar kami bisa sekolah seperti biasanya, Aamiin”.

Keeseesokan harinya, Dona mendapat kesulitan. Ia terjatuh dari sepeda, badanya tertimpa sepeda. Ia menjerit kesakitan. “ Tolong... tolong... tolong...!!!, Doni tolong aku “ Doni tidak sampai hati ia kasihan kepada Dona. Ia langsung membantu Dona dengan sekuat tenaga. Akhirnya Dona sadar bahwa saling menolong anatara teman itu penting. Apa lagi teman dalam kesulitan.

Sekolah Daring

By. Nyoman Santi Dewi

Beberapa bulan yang lalu negara kita dihebohkan dengan menyebarnya suatu penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Berawal dari munculnya wabah disalah satu kota di China yang kemudian meluas hingga ke berbagai penjuru dunia. Pada awalnya saya sendiri tidak begitu antusias melihat penanganan penyakit ini dari negara-negara lain. Tapi ketika melihat Indonesia sudah mulai tertular wabah COVID-19 membuat saya lebih berhati-hati dalam menjaga diri. Oleh sebab itu pemerintah memberikan haluan untuk seluruh siswa belajar dirumah dan melakukan social distancing.

Perintah tersebut ditunjukkan untuk siswa dan mahasiswa saja. Namun, seluruh warga termasuk para pekerja dihimbau untuk tetap dirumah. Mungkin dengan belajar dirumah memang terlihat menyenangkan, tapi untuk sebagaian siswa termasuk saya mengangap belajar dirumah kurang bisa dinikmati. Karena, kita tidak bisa memahami materi secara langsung. Ada beberapa materi bisa difahami dengan jelas namun, tidak semudah ketika diterangkan langsung oleh bapak/ ibu guru saat berada dikelas.

Selain itu, banyaknya tugas yang diberikan oleh bapak / ibu guru membuat kebanyakan siswa menjadi keberatan. Mereka masih belum faham materi yang diterangkan namun sudah diminta untuk mengerjakan soal latihan. Sistem belajar online yang diterapkan menggunakan google juga aplikasi lainnya untuk menunjang proses pembelajaran. Seperti google classroom, zoom, hingga whatsApp. Ada juga beberapa tugas yang diunggah melalui email, google drive atau bahkan di unggah di akun media sosial. Saya sendiri sebenarnya juga suntuk bila terus terdiam diri dirumah ditambah lagi tugas dan materi yang belum terselesaikan. Tapi disituasi begini kita harus menikmatinya, dan menjadi pengalaman baru dalam hidup. Setidaknya saya bersyukur ditengah kondisi luar yang kurang baik ini saya masih diberikan kesempatan untuk tetap belajar jarak jauh.

Musuh Kecil Yang Merubah Semuanya

By. Meimei_TMC

Allah SWT sedang menunjukkan kuasanya, semua serba berubah semenjak adanya si kuman yang menyerang kehidupan di dunia. Kita sebagai mahluk hidupnya tumbang seketika hanya di hadapkan oleh musuh kecil yang bahkan tak terlihat itu.  Sebut ia COVID-19 sebuah singkatan dari (CO) corona (VI) virus (Di) diseanse yang ditemukan tahun 2019 (sumber. Kumparan News). COVID- 19 merupakan penyakit menular yang menginfeksi paru-paru. Kali ini tidak ku bahas perihal COVID- 19 dalam segi medis, ku tulis sebab akibat si musuh kecil yang kurasa mulai merubah semuanya.

  Begitu banyak dampak yang kita rasakan terkhusus sebagai manusia yang menjadi objek pertama virus itu bersarang. Ekonomi terasa kusut bagi yang sudah berurusan dengan kehidupan nyata, ya sebut saja orang tua kita. Ekonomi di era pademi seperti ini mengalami penuruan, segi apapun pasti kita ikut memahami kondisi kedua orang tua kita. Walau masih ada yang bisa memanfaatkan peluang pademi ini sebagai kegiatan berwirausaha tapi aku ingin mengatakan bahwa “ ekonomi cukup terguncang karena si musuh kecil ini”.

 Pendidikan terbengkalai akibat sekolah di rumahkan, online katanya atau sekolah daring. Kegiatan belajar melalui hp justru sedikit mempersulit peserta didik. Yang harus siap kuota dan hp android, percaya deh masih ada diantara anak milenial yang belum memiliki hp android dan itu menjadi masalah. Lalu jika seperti itu siapa yang perlu disalahkan, pemerintah sudah mencari solusi yang terbaik dengan melindungi anak-anak dari paparan COVID- 19 melalui sekolah daring.  Hasil kesepakatan menteri pendidikan pak Nadiem, lembaga pendidikan harus mengikuti pembelajaran secara jarak jauh melalui daring.

Keluh kesah dunia pendidikan bukan hanya menghambat peserta didik, yang mengaku kesulitan dalam sistem daring. Tapi tenaga pendidikan ikut merasakan perubahan dalam sistem mengajar. Kreatif mengelola pembelajaran online sangat diperlukan agar siswa mendapatkan haknya sebagai peserta didik. Dan begitulah suka duka ikut mengiasi keseharian tenaga pendidikan akibat pademi ini. kehidupan didesa yang jauh dari kata kemajauan teknologi memaksa kegiatan belajar di lakukan dari rumah kerumah peserta didik, artinya guru yang harus mengunjungi peserta didik. Suka tidak suka, semua harus dilakukan agar kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan sesuai protokol kesehatan.

Musuh kecil yang merubah segalanya, yang tadinya dekat dipaksa menjauh dan yang sudah jauh dipaksa bertahan pada jarak yang sudah dibentangkan. Masalahnya kecil, kita lupa menjaga kebersihan sampai Allah yang ingatkan kita melalui pademi COVID-19. Sudah, semua selalu ada hikmanya. Kejadian di tahun 2020 yang sudah menelan banyak korban harus menjadi pengalaman dan pembelajaran akan pentingnya kesehatan melalui kebersihan yang terjaga. Dari China Wuhan kini sudah masuk ke negara Indonesia, bahkan desa pun sudah ikut mendapatkan paparanya. Salah satunya desa kami, desa Panca Tunggal Benawa mendapatkan list sebagai zona merah karena memiliki 1 kasus corona. 1 kasus yang sebetulnya hanya desa tetangga dan imbasnya mengenai desa kami. Merasakan desa yang lock down hampir beberapa pekan, merasa khawatir berlebih. Tapi Allah sudah berangsur memperbaiki desa kami, aktifitas sedikit banyak mulai kembali normal tentu dengan aturan protokol kesehatan dari new normal. Dengan begitu Taman Baca Pelangi Nusantara kembali kepada kegiatan yang sering dilaksanakan. Salah satunya program Nulis bareng TBPN yang kini sudah dimulai. Mengisi kegiatan yang lebih bermanfaat, dengan harapan mampu menghilangkan rasa bosan pada anak-anak desa yang lelah dengan kegiatan daring.

 

Rabu, 02 September 2020

Tentang Patah Dan Tumbuhnya Impian 

 By. Meimei_TMC 

 

“Perasa boleh tapi jangan lupa akal sehat” 

    Sejak menginjak fase dewasa semakin terasa aneh, semua hanya berbau perasaan yang sulit dikendalikan. Tentang impian ingin tumbuh tapi harus patah disaat sedang berproses. Seperti itu sebenarnya salah penafsiran, perihal hati yang disangka sama! justru nyatanya beda. Berangan tinggi, sampai lupa harusnya bertanya untuk memastikan, hanya mengandalkan perasa akibatnya ya patah. Patah sendiri tanpa ada yang tau karena hanya diri sendiri yang tau, pengecut memang! hanya untuk mengatakan “aku menyimpan rasa”. Begitu tinggi ego gengsi yang tertanam di hati, sampai benar-benar terasa aku memang yang salah sudah bertemu dan menjadi sahabat mu sejauh ini. Ternyata bukan hanya soal patah saat mendamba mu, patah ini lebih parah saat aku merasa menjadi wanita bodoh yang lemah soal perasaan. Pada posisi ini engkau tidak salah, justu aku lalai menjaga persahabatan kita sebatas sahabat tanpa ada embel-embel perasaan lain. Agama ku benar, beri batas dengan lawan jenis lebih baik sebelum terjadi hal seperti ini. seperti aku yang patah tanpa kau tau sebabnya adalah dirimu. Setelah patah ini, aku mencoba bangkit. Kutumbuhkan lagi rasa membara dihati ku, balas dendam terbaik dengan sebuah karya. 

    Patah yang kuambil kesimpulan bahwa Allah ingin memberikan pelajaran, agar aku berjarak dengan mu. Patah untuk tumbuh, jadi proses yang harus aku fokuskan kembali. Melupakan bukan jalan terbaik, dan bukan jaminan aku 100% melupakan rasa yang sudah ada. Kupilih jalan kesibukan, sampai aku menganti rasa patah ini dengan semangat membara untuk menghasilkan karya. Kupilih aku harus pandai bergaul tanpa ada perasaan yang terlibat, kembali kunyatkan aku menjaga hati harus lebih ketat dari ini. terimakasih atas patah yang memberikan jalan untuk tumbuh. Dan untuk impian aku coba untuk tumbuh lagi. 

Panca Tunggal Benawa, 22 Agustus 2020

Jumat, 22 Mei 2020

RIDER MUSLIMAH





BAB 1 SI BLACK PERINGKAS WAKTU
Angin siang ini terasa sangat panas, terik sang matahari makin mencekam membuat jaket cream milik wanita berjilbab itu terasa sedikit panas diarea lenggan. Beruntung wanita itu memakai sarung tangan saat berkendaraan dengan motor miliknya, hingga panas matahari tak begitu terasa dikulit tangganya.
“Dih…!!! panas banget, berasa ikan asin dijemur deh” teriak seseorang yang duduk dibelakang punggungnya
“Apa..!!!” jawab Isyah sembari membuka kaca helm yang ia kenakan
“Pa-nas bang-et!!!, aku ngerasa jadi ikan asin dijemur diterik matahari” kali ini Nana mendekatkan kepalanya ke sebelah kanan telinga Isyah yang tertutup helm
“Wwkwk iya panas banget, bersyukur Na…!!! diluar sana para bule malah pengen banget panas-panasan” jawab Isyah dengan suara yang volumenya besar dan pandangannya fokus memperhatikan arah laju kendaraannya
“ Eh iya bener, bule mah berburu matahari lah kita di Indonesia yang diburu matahari” celetuk Nana yang masih ingin mengobrol dengan Isyah
Tawa meraka pecah mengiringi perjalanan pada siang hari ini, Isyah terus menambah kecepatan gas motornya, tak lupa jari jempolnya siap berada tepat pada bagian pengendali lampu sen dan telakson motornya, jika sudah begitu laju motornya akan memangkas sang waktu. Secara otomatis Nana akan mempersiapakan dirinya.
Tin.. tin.. tin…!!!! berkali-kali bunyi telakson motor dari arah belakang motor yang dikendarai Isyah
Woy…!!! Bawa motor kayak kesetanan ajah, ngejar kalian susah kekejarnya” Teriak seorang pengendara motor dari arah belakang motor yang di kendarai Isyah
Nana terkekeh mendengar celotehan suara yang ia sangat kenali,
Dasar lambatttt….!!! Teriak Nana
Oh...!!! anak sastra, ngagetin ajah, berisik suara telakson mu tuh” Isyah menoleh sebentar ke arah Dani, dan kembali fokus mengendarai motornya.
“SAN...TAIIII!!! AJAH BAWA MOTORNYA SYAH!!! Bahaya ngebut gitu..!!!” Teriak Dani terbata-bata menasehati Isyah yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi
Si Isyah lagi kesurupan Kak!!!, jadi ngebut...!!! wahahahah…” Nana tertawa lepas
 Panas Kak…!!! cepetan bawa motornya” teriak Isyah kepada Dani, sembari menarik gas kendaraanya.

Aspal hitam pekat itu di lintasi dengan begitu cepat, pacu kendaraan di tarik ulur wanita berhijab segi empat yang memang hafal dengan jalan yang dilewati. Kadang gas kendaraan itu di pacu sampai 100 km/h dan ada saatnya rem tangan dan kaki di gunakan bersamaan ketika beberapa kendaraan tak mampu di lewati begitu saja. Bergelut dengan tarik ulur memacu kendaraan roda dua yang dikendarai.

“Alhamdulilah… sampe juga” ucap Dani sembari menarik nafas panjang
“ Kenapa kakak  tuh, macam abis lomba lari ajah “ tanya Nana yang mulai mengelurakan logat bataknya
Gila emang si Isyah, bawa motor kayak punya nyawa ganda ajah, ngeri kakak lihatnya” jawab Dani dengan rasa was-was melihat cara berkendara Isyah
“ Menit gak bisa di jeda kak… jadi pangkas ajah si waktu dengan kemampuanmu exsample ngebut saat berkendara, asal safety berkendara terpenuhi, tau jalan yang di lewati, perkiraan saat nyalip kendaraan lain baik dan percaya perlindungan Allah… ngebut ajah karena ngebut di jalan gak dosa ” ucap Isyah sembari meninggalkan Nana dan Dani di parkiran motor.
“ Tuh.. dengerin…!!! Ngebut gak dosa wkwkwk eh Isyah!!... kamu dapet dari mana ngebut itu hukumnya gak dosa? “ tambah Nana yang mengikuti Isyah meninggalkan parkiran motor
Dapet dari buku diary karya dia lah” ucap Dani dengan terkekehnya
“ Asem kalian berdua…!!!” jawab Isyah dengan tawa yang diiringi tatapan tajam kepada kedua sahabatnya.
Dari kejauhan,  dengan  jarak  5 meter dari area parkir sudah terdengar hiruk piuk ruangan yang tak pernah sepi oleh macam-macam jenis manusia millenial dengan ciri khas gaya masing-masing. Segala aktifitas akan nampak mencirikan siapa pribadi mereka dalam ruangan itu. Tempat ngibah, curcol, nonton drakor, wifi gratis, sampai cinta lokasi sudah biasa diruangan ini. Ruangan itu adalah kelas tempat sebuah satu angkatan dengan jurusan yang sama akan ditempah untuk menjadi manusia yang berwawasan luas.

“Nana...!!! teriak Tika dari bangku nomor 2 urutan baris terakhir
“Ah, paling juga bahas oppa-oppa korea di film drakor.” cetus Isyah kepada Tika
“Ih.. kalo iya kenapa!?, dasar jomblo!!!” balas Tika sembari mendekati Isyah yang duduk disamping Nissa.
“Kenapa pulak kau nih Tik!!!.. apa yang bakal kau infokan hari ini pada kami?” tanya Nana yang juga mendekati meja Nissa
“ Film baru Lee Mi Ho?...” Sambung Nissa sembari menutup novel yang dibacanya.
“ Nah, kui rek baru bener. Gak koyok si Isyah sing kudet perihal oppa-oppa thamvvvaan...!!!” jawab Tika dengan bicaranya yang alay.
“ Heleh...!!!, ganteng tapi Cuma bisa dipandang, dan bukan hak milik kita mah percuma kali guys!!!” Jawab Isyah sembari mengotak ngatik telpon genggamnya
“ Gak papa hiburan Syah, buat para bucin kayak mereka” tambah Ana sembari menahan tawa.
What is the meaning bucin?... aiy tak faham lah makna bucin..!!!” jawab Tika dengan cara bicaranya yang memakai nada melayu
“His..!!! cepat kau ceritakan film baru pacar ku itu” tambah Nana dengan halu yang mulai merasuki pernyataanya.
“ Dasar...!!! Halu level provinsi” tawa geli Isyah melihat kelakuan teman-temanya
“ Siap... sedia...!!! mari ibu Tika mau cerita apa hari ini? udah gak sabar mau denger kamu dengan segudang  berita terupdate” goda Nissa pada Tika
“ Nah... jadi guys film ini tuh, film terbaru oppa...” Tika tak sempat menuntaskan kalimat  
“ Dosen tuh, udah dulu ngibahnya!!!..” ucap Adam ketua kelas yang duduk di belakang Nissa
“Ih.. apaan sih ketua kelas cerewet..!!!” sambung Tika kesal kalimatnya dipotong
“Balik.. kebangku kalian sana, sempit hoy!!!... aku mau belajar” tambah Isyah yang mengusir Tika dan Nana
“ His..!!!” ucap Nana dan Tika sembari kembali ke tempat duduk mereka.

Hening langsung menguasai seisi ruangan, kedatangan dosen bagi mereka adalah hal yang harus dihormati bukan tanpa alasan karena kelas ini adalah calon tenaga pengajar dengan fokus profesi masing-masing  seperti yang diimpikan. Soal adab terhadap Dosen memang sangat istimewa walau pada kenyataanya, semua masih sama-sama tak sempurna untuk menjadi mahasiswa impian para dosen.

“Nissa....!!! materi diskusi sekarang apa?... lupa aku” Isyah menyengol tangan Nissa yang berada disampingnya dengan suara yang setengah berbisik
“ Kebiasaan kamu Syah, apa-apa itu disiapkan pas malem atau jauh-jauh hari. Hari ini maju acak tergantung guncangan Ustad Aziz” Nissa membalas pertanyaan Isyah dengan tatapan heran begitu santainya Isyah menghadapi dosen killer seperti Ustad Aziz, Ustad merupakan panggilan yang wajib dalam fakultas Manajemen Pendidikan Islam
“Malem buat orderan kue aku nih Niss, cepet ada waktu 3 menitan lagi buat baca-baca catatanmu, hahahah” sambil merebut catatan Nissa yang sudah tersusun rapih
“Isyah, nanti aku kalo maju gimana?” Nissa menarik kembali buku miliknya
“Enggak Nis, aku hari ini bakal maju. Kayaknya gitu sih hohhoho biasa ini firasat yang ngasih tau” tawa Isyah memecahkan kelas yang hening
“Aisyah... kenapa kamu?” tanya dosen yang dengan mudah dapat memperhatikan keributan kecil Isyah di bangku depan
“ Ee..e..emm.. ini tadz lagi becanda” Isyah tertawa kecil untuk menyakinkan dosen
“Okay today, siapa yang mau presentasi?” tanya dosen kepada mereka yang berada diruangan
“Saya tadz...” Adam mengajukan diri
“Saya siap tadz” sambung Nissa tak mau kalah dengan saingan IPK tertinggi dikelas
“Cieee....!!!” seisi kelas sibuk menggoda Adam dan Nissa
“Ciah.. cinlok cinta lokasi mulai tebar pesona” tambah Isyah menggoda Adam dan Ana
“Isyah..!!!” sentak Adam sembari memukul kepala Isyah dengan buku
“Aduh, sakit Adam..!!!” Isyah menoleh kebelakang untuk memperlihatkan ekspresi marahnya
“Kamu Aisyah, Dewi dan itu yang pake kemeja merah yang pegang buku tapi isinya hp maju!!! Kamu kira dari sini gak bisa lihat apa yang kamu lakukan dibelakang!?” tunjuk Dosen Killer ini kepada mahasiswa yang dipilihnya
“Pas banget dapet si Dewi yang pecinta drakor, si Doni yang raja games, dan aku yang belum baca materi hari ini” curhat singkat Isyah kepada Nissa
“Mampus kamu Syah, dapet tugas tambahan makalah dan penelitian” ejek Adam kepada
Isyah
Isyah hanya berdecak pasrah
ah udahlah, jalanin ajah salah aku juga” ucapnya dalam hati yang siap menerima konsenkuensi hari ini, yang sudah pasti dapat satu paket nasihat Ustad Aziz panjang kali lebar kali tinggi, 2 tugas beda cabang, dan berkurangnya point dalam nilai kehadiran.
Ah... gak, bukan aku kalo kayak gini ajah pasrah.” Isyah sibuk membuat strategi untuk persentasi dadakan tanpa sebuah persiapan, hatinya bergelut dengan segala macam rencana untuk persentasi. Matanya terus membaca secara cepat semua catatan Nissa, sesekali menampakkan wajah bingung dan simpul senyum yang tipis.
“Syah gue gak tau judulnya” bisik Doni yang menampakkan rasa bingung
“Iya.. sama aku gak belajar gara-gara nonton drama sampe jam 2 subuh” Ucap Dewi dengan wajah yang menyesal karena lalai terhadap tugasnya
“Hem.. dasar!, penghamuran waktu masa mudah kalian nih. Over dosis nonton, sama main games.” ucapnya dalam hati yang kesal sekaligus kasihan melihat kedua temannya yang terlihat bingung
“Hey..!!! ayo segera mulai, dari tadi cuma mematung didepan saja?” dosen mulai kehilangan kesabaran melihat mereka bertiga mematung
“Kamu Don jadi moderator, Dewi notulen, aku yang jelasin” tambah Isyah memasang wajah sok jadi pahlawan untuk kedua temannya
Satu menit berjalan dengan basa-basi dari moderator sampailah pada bagian Isyah untuk menjelaksan materi Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan.
Oke, ini cuma 10 menit buat ngoceh ala kadarnya, sisanya harus hidupkan kelas selama 1 jam buat menyakinkan dosen killer itu. Duh, jangan sampe dapet tugas tambahan yang riweh” Isyah terus mengoceh dalam hati sembari memandangi 36 manusia yang berada didalam ruangan. 35 jumlah teman-temannya dan 1 dosen yang dikategorikan dosen riweh dengan tugas seabrek.
2 jam berlalu dengan segala drama kelompok yang kurang persiapan, beruntungnya Isyah berhasil membawa materi hari ini dengan PD sehingga dosen menerima semua usaha mereka. Ya sedikit kikuk dan mengandalkan google dan paksaan kedipan mata kepada si yang mengajukan pertanyaan merupakan strategi untuk menuntaskan tugas tanpa persiapan ini.
“Alhamdulilah, selamet kamu dari tugas penelitian Syah” Nissa tersenyum bangga melihat sahabatnya yang berhasil dengan tugas dadakannya
“Gila kau Syah, malam aku nampak story WA kau penuh dengan promosi kue. Eh, siang ini berhasil dengan presentasi dadakan” Nana menambahi pujian Nissa
“ Hoeeek... aku gak dihukum kan, huh...!!!” ejek Isyah dengan mengeluarkan lidahnya untuk menyombongkan diri kepada Adam yang menghakiminya tadi
“Sombong, itu Cuma kebetulan ajah” Adam pergi meninggalkan rombongan Isyah yang sudah berkumpul dimeja depan.
“Hih.. dasar ketua kelas nyebelin”  Isyah Menatap punggung Adam yang semakin jauh  dari ruang kelas itu eh... pulang ngampus ke WarBakDa yuk” Isyah mengalihkan pembicaraan
“WarBakDa apaan?...” tanya Tika yang bingung
“War...ung, Bak...so, Dadang.... jadi Warung Bakso mang Dadang” Nissa begitu faham maksud singkatan itu
“Nah... pinter kamu Nis” Isyah mengacungi 2 jempolnya

Dari kampus hanya membutuhkan waktu 5 menit  untuk sampai ke warung bakso mang Dadang yang memang menjadi tempat favorit mereka berempat menghabiskan waktu. Terkhusus Isyah yang sangat menyukai menu bakso buatan mang Dadang. Terhitung 3 tahun dari mereka semester 1 sampai sekarang semester  6 tetap setia menjadikan warung mang Dadang tempat berkumpul. Untuk sampai secara cepat Isyah selalu menggunakan Black si peringkas waktu yang setia menemaninya kemana pun ia pergi.
Ya black motor itu sudah diajak Isyah untuk berjuang bersama, merasakan perihnya mencapai ambisi yang ada dalam jiwa mudanya. Kerikil tajam sampai batu besar semua dilewati bersama black. Motor yang dihadiahkan wanita yang melahirkan Isyah, wanita itu selalu ia panggil dengan sebutan emak. Ya, emak adalah wanita tangguh yang dengan pendidikan sebatas SD mampu memberikan sebuah pendidikan luar biasa hebatnya sampai Isyah mampu mempunyai bisnis kecil diusia remajanya, tidak besar tapi itu cukup memenuhi kebutuhan pribadinya dan sisanya pembayaran kampus ia perjuangkan melalui pekerjaan paruh waktu yang sedemikian rupa ia sesuaikan dengan waktu yang dimiliki.
Dengan Black ia mampu menembus beberapa tempat dengan seperkian menit, Isyah memang terbiasa memacu kendaraanya dengan cepat. Bahkan julukannya di kelas adalah seorang rider muslimah karena kebiasaanya yang cukup berbahaya jika sudah mengendarai motor. Bukan tanpa alasan mengebut dijalan adalah cara ia menghemat waktu, dan membagi waktu antara pendidikan yang sedang di tempuh dan pekerjaan sebagai penunjang berlajutnya pendidikan. Orang tua Isyah sudah tak menyanggupi lebih, kedua adiknya masih cukup banyak harus terpenuhi biaya pendidikannya. Dan Isyah dengan ambisi jiwa mudanya masih ingin terus mengerjar mimpinya melalui jejang tinggi pendidikan di salah satu kampus dekat wilayahnya.

BAB 2 KONVOI  MEMBAWA MUSUH
Pagi kian menampakkan sang mentari, cahaya masuk melalui hordeng yang sudah dibuka wanita paruh baya yang nampak sederhana dengan daster panjangnya namun tetap cantik. Wanita itu  sudah memasang wajah heran  kepada anak gadisnya yang susah sekali bangun pagi jika sudah mendapatkan cuti ibadah atau bahasa awamnya menstruasi. Membangunkannya susah bukan main, alarm yang dipasang hanya sebagai pemanis tidurnya, tak ada tanda-tanda ia akan bangun sekedar mematikan alarm yang berbunyi tepat disebalah telinga.
“Teteh...!!! bangun... udah jam 7 pagi ini, mau sampai kapan tidur terus” wanita itu menggerak-gerakkan tubuh anaknya yang masih tertutup selimut tebal dengan  seprai yang sudah tak sesuai posisinya
“Hoaammm... entar atuh mak... Isyah juga lagi gak sholat, gak kuliah, bangun siangan lagi ya mak” jawab Isyah yang kembali menarik selimutnya
 “Ya walaupun gitu, bangun pagi Isyah. Tidur pagi gak baik buat kesehatan” wanita berdaster itu menarik selimut anaknya
Tuh...!!! apaan sih emak nih, apa-apa gak sehat, apa-apa gak baik, pagi jangan gini harusnya gitu, apa emak gak tau kalo sekarang lagi tren kaum rebahan. Dan aku adalah senior rebahan kalo lagi menstruasi gini. Gak faham apa ya emak ku ini, kalo lagi keadaan gini apa-apa jadi males, mood suka berubah-rubah, senggol bacok rasanya kalo lagi tamu rutin ini datang” kebiasaan Isyah mengoceh dalam hati sudah menjadi budaya yang harus dilestarikan, ia sadar jika ia berani menjawab ocehan ibunya siap-siap akan ada kelanjutkan ocehan versi kedua dengan durasi yang lebih panjang dan susah berhentinya namun ia juga sadar bahwa ibunya bersikap seperti itu karena rasa sayang kepada ia, putri pertama dari 3 bersaudara yang kedua adiknya adalah laki-laki dan hal itu merupakan anugrah bagi Isyah karena merasa selalu lebih disayang.

Isyah masih tetap diatas kasur sembari memberikan tanda kepada ibunya bahwa ia akan bangun. Tangannya mengaruk-garuk kepala yang tak gatal, usai itu ia akan termenung memandangi atap langit kamarnya, ini ritual sebelum bangun dari Isyah yang harus dilakukan setiap pagi.

“Isyah, malem kamu bilang ada orderan kue ulta dan nasi kuning kan?...” tanya ibunya yang mengigatkan kembali Isyah perihal kejadian apa yang semalam ia katakankan kepada ibunya
“Hah..!!!, Innalilahi... hari ini ada orderan..!!!” Isyah tersentak kaget karena lupa dengan orderannya, ia langsung loncat dari kasur yang sebenarnya masih nyaman untuk rebahan. Tapi rezeki hari ini tak boleh dilewatkan apalagi yang memesan in adalah pelanggan setia di toko kue onlinenya
“YaRabbiii hati-hati Isyah, bangun tidur itu baca doa dulu ini malah loncat dari kasur, YaAllah anak gadis emak gak ada kalem-kalemnya” Ibu Isyah kaget melihat aksi loncat Isyah yang langsung lari keluar kamarnya
 “Hasaaannn...!!!! Hasan ... Hasan kamu dimana adik thampan” teriak Isyah diruang tengah untuk mencari adik bujanganya
“Apa?!” Jawab Hasan jutek yang sudah faham dengan akal-akalan kakaknya sedangkan adik bungsunya hanya sibuk memainkan mobil remot
“Nah, cocok lagi main game kan, gak sibuk-sibuk amat sama tugas. Minggu free waktunya beres-beres sana, eh tolong si Black keluarin dari kandang, terus helmya taro diatas sepion ajah” cerocos Isyah kepada adiknya yang memasang wajah bengong kepada kakak yang seperti kak rose jika sudah marah
“ Ist.. apaan sih teh, keluarin sendirilah” Hasan berniat berlari tapi tertahan karena bajunya ditarik Isyah
“Orderan cair, kamu juga cair... mayan buat jajan seporsi bakso” rayuan Isyah agar Hasan menuruti perintahnya
“Em... yaudahlah boleh juga tawaran itu” Hasan mulai termakan rayuan Isyah
“Dasar kamu dek... harus dipancing umpan dulu baru mau nurut” Ucap Isyah yang berlalu meninggalkan adiknya
Minggu pagi adalah suasana dimana semua orang berkumpul di rumah, kedua adiknya libur sekolah termasuk Abah yang di minggu pagi sudah berada dikebun belakang rumahnya. Pria usia 43 tahun itu bekerja sebagai petani di ladang, tapi jika hari Minggu ia hanya sibuk di kebun belakang rumah saja. Isyah memandangi bahu abah dari jendela dapur.
“Abah... beli cabenya sekilo ya, gak dibungkus gak pake kuah” cara Isyah bercanda dengan abah selalu diawali dengan kalimat ngawurnya dan abah selalu tertawa dengan tingkah putrinya
“Oh... iya siap non... wahai SENIOR KAUM REBAHAN yang susah bangun” goda ayahnya kepada Isyah
Isyah tertawa mendengar sebutan senior kaum rebahan yang mendapatkan penekanan nada suara abah saat menyebutnya
“Rebahan adalah cara baik menyusun mimpi bah...”  Isyah masih ingin bercanda dengan abahnya
“Isyah...!  kamu loncat dari kamar dan cuma mau nongkrong dijendela dapur? Itu orderan cepet diurusin, emak udah buat bumbu-bumbu nasi kuning, tinggal urusan kue  urusan kamu...” emak memutus candaan Isyah dengan Abahnya
“ Hehee... ini Isyah mau mandi dulu mak, terus on the way kepasar, tapi gara-gara abah jadi Isyah nongkrong bentar” Isyah cengingisan mendapati emaknya yang kembali mengigatkan orderan hari ini

Gamis bewarna hijau lumut dengan lapis celana olahraga masa smk yang dikenakanya cukup nyaman saat digunakan untuk kepasar, ditambah jilbab hitam lebar yang menutupi dadanya sudah mencirikan Isyah yang memang tak suka melengkapi diri dengan fasion seperti ketiga sahabatnya.
“Pagi Black... Bismillah buat orderan hari ini ya, kita kepasar dulu black” ini ritual Isyah saat mengajak Black motor bebek keluaran tahun 2009 untuk melakukan perjalanan sesuai tujuan yang sudah terencana
“Eh kayaknya butuh SDM dadakan!” Isyah meraih Ponsel dalam tas kecilnya
Salah satu grup WA dengan nama Ukhti-Ukhti Bucin yang dibuatnya, khusus untuk ketiga sahabatnya bercengkrama lewat media sosial.
Assalammualikum ukhti-ukhti sholehah, bantuin aku buat orderan snack dan nasi ya. Jam 08.30 WIB kalo bisa kerumah, emak udah stay didapur. Aku perlu SDM dadakan gengs, ini mau kepasar dulu belanja beberapa keperluan. Salam literasi eh... salah! salam cinta maksudnya untuk kalian kaum rebahan dan bucin-bucin sholehah” Isyah tertawa kecil karena ia salah mengucapkan salam literasi pada voice note yang ia kirim melalui WA, maklum ia adalah pengurus taman baca didesanya dan separuh hatinya sudah tertancap pada kegiatan di taman baca tersebut. Ceklist biru sudah ia dapatkan.. ketiga sahabatnya mengetikan kata “oke” dengan tambahan balasan dari si sahabatnya yang paling gendut “ Jangan lupa Martabak!” Balas Nana yang selalu mengutamakan makanan sama seperti Isyah bedanya badan Isyah tetap pada BB 55 Kg sebanyak apapun dia ngemil
Isyah bersiap menghidupkan  mesin motor secara lembut, ini hanya drama dalam desa terkhusus saat dilingkungan rumah ia akan bergaya mengendarai motor dengan kecepatan rendah. Ia hanya tak kuat saat harus disidang didepan emak dan abah yang tak suka melihatnya mengebut. Karena hal itu pernah terjadi 1 tahun silam, Isyah kepergok membawa motor dengan kecapatan tinggi hingga berdampak pada sistem antar jemput kuliah selama 2 bulan. Tapi untungnya, ia berhasil medapatkan hak berkendaraan sendiri lagi. Tentu dengan segala rayuan manis kepada kedua orang tuanya.
Jarak dari rumah dengan pusat pasar bisa ditempuh dengan waktu 15 menit, tapi bukan Black jika tak dapat meringkas waktu. Isyah bisa meringkasnya menjadi 10 atau 9 menit sisanya bisa digunakan belanja cepat dan singkat. Semua tersusun rapih kemana saja ia akan membeli bahan-bahan kue yang diperlukan. Beberapa toko dipasar sudah menjadi langganannya saat belanja. Jadi, soal hal seperti ini menjadi tugas sepele yang baginya mudah.
Minggu pagi padat, pasar selalu penuh dengan Ibu-ibu yang membawa anaknya berbenja dan untungnya ini masih jam 08.20 WIB, termasuk belum terlalu ramai. Semua bahan kue sudah ia dapatkan. Isyah bergegas pulang, iya yakin ketiga sahabatnya sedang bergosip didapur kesayanganya dan tak lain mengadu hal aneh-aneh kepada ibunya.
“ Eh... udah! itu ada Isyah” Nissa tampak memberikan kode untuk Nana dan Tika yang sedang mengoceh
“ kenapa?..” ucap Isyah sembari meletakkan belanjaanya di atas meja makan
“ Kenapa apa?, gak jelas “ tanya Tika yang menyembunyikan tawa dalam garis senyum yang samar
“ kalian kenapa sih?... tadi aku liat kayak asik ngobrol dan sekarang tiba-tiba diem kayak kucing dikasih ikan” tanya Isyah yang masih yakin bahwa ia dijadikan objek ngibah ketiga sabahabatnya
“Kucing dikasih ikan ya dimakanlah Syah, gak mungkin cuma diam ajah” sahut Nana yang mulutnya dipenuhi dengan martabak cokelat hasil berburu Isyah di pasar
“Eh iya ya.. kucing dikasih ikan ya dimakan masa Cuma didiemin” Isyah tertawa kecil dalam hatinya,
“Ini motong apa lagi mak..?” Nissa memberikan baskom ukuran sedang berisi potongan tempe
“Timun dipotong miring nak.. sebelumnya suruh Isyah cuci timunya dulu, emak biar bagian nasi ajah... kalian yang gadis-gadis kerjakan yang lain saja tanya senior kaum rebahan” emak menujuk Isyah dengan tatapanya yang teduh
“Emak...” Isyah merasa malu dengan gelar senior kaum rebahan walau memang seperti itulah dia yang susah sekali saat dibangunkan
Ketiga sahabatnya tertawa, melihat kehangatan keluarga Isyah yang mereka anggap keluarga sendiri.
Semua bekerja dengan baik, sang mentari pagi kini berganti matahari yang mulai meninggi dan begitulah apapun pekerjaan dapur selalu membuahkan hasil. Selain hasil makanan, hasil perabotan yang kotor pun menjadi banyak, segala wangi ada dari bau amis telor, harum kue, harum nasi kuning, sampai bau keringat pun terasa. Semua pekerjaan terasa ringan karena ditemani sahabat-sahabatnya yang sedari pagi tak berhenti bekerja dan mengoceh tentunya karena ciri khas wanita adalah menyukai sebuah obrolan yang menghangatkan suasana. Ah, contohnya ghibah yang tak terasa selalu ikut di bahas para wanita.
“ Alhamdulilah sudah selesai semua ya nak, biar diberesin Isyah saja. Kalian sholat dzuhur dulu, nanti kita makan nasi liwet ” ucap emak dengan suara yang lembut
“Nasi Liwet... uchh padahal perutku sudah kenyang ngemil dari tadi, tapi kalo denger nasi liwet dengan wangi rempah-rempahnya, sambelnya, lalapanya, duh kok jadi lavvver lagi” Nana sibuk dengan bayanganya soal nasi liwet
Mereka tertawa melihat Nana yang memang dari pagi tak berhenti mengunyah, apalagi Isyah sengaja menyiapakan cemilan keripik cokelat dan seblak kering favorit teman-temanya saat berkumpul. Begitulah mereka saling memahami satu sama lain, persahabatan yang meraka bangun sejak masa ospek  selalu mereka jaga dengan baik. Ya masa ospek yang penuh kenangan, para senior selalu mengincar Nissa yang memang terlihat imut dengan kacamata bertengker di hidungnya. Isyah dan Nana terlihat mirip bentuk wajah mereka sama-sama kecil tapi Nissa lebih putih sedangkan Isyah memiliki warna kulit khas suku sunda yaitu kuning langsat. Nissa lebih kalem dan Isyah selalu memperlihatkan sisi galaknya kemungkinan itu yang membuat para senior lebih menyukai Nissa. Ya satu lagi Nissa memang paling pintar diantara ketiga sahabatnya, itu nilai tambah yang menarik beberpa senior mendekatinya.
“Sudah dipacking semua teh, coba cek lagi” Kini bagian abah yang menyusun box kotak kue di atas Black
“Udah Bah.. pas , kotaknya gak kemajuan, Isyah masih bisa kebagian tempak duduk” Isyah mencoba menduduki motornya, karena box kue yang khusus dibuat abah masih sering menimbulkan masalah seperti maju sendiri sampai-sampai Isyah tak kebagian tempat duduk.
“Oke aman ini... sepion juga bisa lihat belakang, cepet berangkat. Ini udah jam 3 sore, kalo kesorean keburu para pegawai pulang kerja dan jalanan jadi macet” abah masih memeriksa beberapa bagian keadaan mesin, lampu dan ban. Jarak antara desa Isyah dengan pusat kota hanya 30 menit, dan pusat kota selalu mempunyai rutinitas pulangnya pegawai setiap hari termasuk hari libur seperti minggu. Tidak, memang ada beberapa pabrik yang masih melakukan aktifitas hari minggu untuk pegawainya yang sudah di bagi shif.
“Jangan ngeeeebbutttt.... Isyah, inget kamu bawa snack nanti rusak, payah pulak kau diomeli pemesan” Nana  menambahi sedikit nasihat, khawatir akan keadaan kue-kue enak itu hancur lebur karena ulah Isyah yang suka ngrem dadakan.
“Eh, emang kamu gak mau pulang apa?” Tika muncul dengan tubuh yang sudah dilengkapi alat pelindung diri mulai dari jaket, helm dan sarung tangan.
“Pulanglah, ini mau ambil helm. Sabar dikit lah kau Tik” Nana berlari mengambil helmnya yang masih dapur

Perjalanan dipimpin Isyah yang mengetahui rute alamat rumah pemesan, teman-temanya masih setia membuntuti motor Isyah ya karena 1 kotak kue ulang tahun dibawa oleh Nana dan Nissa yang satu motor sedangkan Tika sendiri mengendarai motor Beat barunya. Sampai pada setengah perjalanan setelah mengantarkan pesanan snack, Black kembali menunjukkan sikap manjanya. Kali ini black tak bisa mendukung misi delivery secara tuntas.
“Duh.. gak bisa nih, kok giginya gak bisa dimasukin atau dikurangin” Isyah tetap berusaha memperbaiki masalah yang ditunjukan si Black
“ Aku gak ngerti masalah motor, taunya make ajah” Tika memarkirkan motornya tapat disamping Black yang mogok
“Aku gak tau masalah motor, tapi aku ada nomor abang bengkel daerah sini” Nissa mengotak ngatik hpnya mencoba menemukan kontak jasa bengkel daerah sini
“ Nah, kita mampir dulu yuk beli es teh or cokelat sama gorengan enak tuh” Nana menujuk warung kecil di bawah pohon yang rindang
“Yaudah kita kesana ajah” Isyah menyetuji saran Nana, cuaca siang menuju sore ini cukup membuat dahaga dikerongkongan. Isyah menuntun motornya walau kesal karena Black mogok disaat yang tidak tepat ia masih bersyukur karena ada sahabat-sahabatnya yang menemani. Sadar, usia Black memang sudah tua jadi wajar ia sering menujukkan gejala-gejala penyakit tua.
“Bentar lagi montirnya datang, Syah kita antar dulu ajah kue ultanya. Bukanya kue ini mau dipake sore ini? mending kita anter berdua ajah. Pake motor si Tika, sekalian nyicipin motor baru hihihi” Nissa memberi solusi pada Isyah untuk tugas delivery akhirnya
“Nih pake!, keburu magrib. Kita belum Sholat Ashar loh.” Tika memberikan kunci motornya
“Boleh juga, biar pelanggan aku gak kecewa. Pesananya datang tepat waktu” Isyah mengambil kunci ditangan Tika, bagi Isyah pemasukan dari orderan kue adalah sebuah rezeki untuk pendidikanya. Ia terbiasa menyisihkan untuk celenganya tentu sebelumnya sudah ia bersihkan dengan memotong zakat pendapatan 2.5%.

“Hey...!!! hati-hati ya, motor baru.... jangan diajak atraksi jalanan” teriak Nana pada Nisa dan Isyah yang sudah meninggalkan mereka di warung itu

Saat waktu mendesak seperti ini semua begitu terasa menjengkelkan Isyah terburu-buru mengantarkan pesanan kue milik pelanggan setianya dan ia tak ingin mengecewakan, dengan terlambatnya pesanan sampai dirumah si pemesan. Nissa yang duduk dibonceng Isyah sedikit ketakutan saat melihat Isyah membunyikan kelakson dengan sangat keras kepada para pengandara yang sedang konvoi di jalanan.
“ Isyah Istigfar... nanti kue kamu jatuh ini, aku susah jaga keseimbangan kalo kamu ngebut!” Nisaa mencoba mengubah suasana hati Isyah yang mulai tersulut emosi karena acara konvoi pemuda kota menghambat perjalanannya
“Duh.. liat nih jam 5!” Isyah menunjukkan tangan yang dilingkari jam tangan yang mungil bewarna hitam
“Udah Nis... kamu pegangan aku yang kenceng!” lanjut Isyah memberikan Nissa kode untuk bersiap kendaraan mereka akan melaju dengan cepat
Detik itu Isyah mencoba menyalip sederetan pengendara motor besar yang memiliki jaket sama sebagai tanda pengenal bahwa mereka adalah satu tim. Lampu sen kiri sudah Isyah persiapkan sebagai kode untuk mendahuli kendaraan. Semua benar-benar aman dalam pandangan Isyah, ia mulai menambah kecepatan. Mencoba memacu kendaraan agar bisa mendahului barisan motor yang sedang konvoi. Semua tampak berjalan sekejap mata, gelap dan yang terdengar hanya suara teriakan Nissa. Mata Isyah tak mampu melihat dengan jelas, yang terasa hanya perih dibagian lengan dan dagu.
“Teteh... teh...bangun, ini emak” suara serak emak mencoba membangunkan Isyah yang terbaring diruangan puskesmas tak jauh dari lokasi kecelakaan Isyah
Isyah hanya diam dan mencoba mengigat kembali apa yang terjadi. Matanya memperhatikan seisi ruangan yang ia tau pasti ini bau-bau obat. Ia memperhatikan abah dan emak yang duduk disampingnya, sahabat-sahabatnya, dan pria jangkung setinggi 175 cm menyilangkan tangannya didepan dadanya yang cukup bidang, disampingnya persis Nissa ikut berdiri. Sampai perhatianya terpusat pada jilbab yang dikenakanya yang sudah terlipat rapih di atas meja.
“Astagfirullah... emak....!!!” Isyah teriak sembari mencoba menutupi kepalanya dengan selimut yang ada diatas tubuhnya.
“ Eh... Isyah pelan-pelan, itu dagu kamu baru diperban” emak dengan sigap menahan tangan isyah yang sembrono menutupi kepalanya
“Em.. kita keluar ajah kak” Nissa tampak peka dengan kode dari Isyah  yang tak nyaman dengan kondisinya yang tanpa mengenakan jilbab.
Isyah melihat punggung pria jangkung itu pergi melewatinya tanpa permisi. Dengan rasa yang masih penasaran karena ia belum sempat menatap wajah pria itu dengan seksama.
“Saya gak bisa lama menunggu temen kamu itu, semua administrasi perawatanya sudah beres. Saya izin pulang” Pria jangkung menatap Nissa sekilas dan melangkah begitu saja tanpa menunggu wanita berkecamata itu menjawab kalimatnya
“ Te..rima..kasih kak” Nissa terlihat kikuk dalam pandangan Nana dan Tika
“ Ganteng sih, tapi biasa ajah kali sist liatnya” Singgung Tika yang memergoki Nissa memandang pria jangkung yang meninggalkan mereka
“ Biasa ajah kok” Nissa mencari kursi tunggu di puskesmas itu
“ Kaki kau? Gak papa?” Nana menunjuk lutut yang dibalut rok dengan beberapa goresan hampir membuat sobek kainnya
“ Gak papa, perih sih paling lecet kali” Ucap Nissa dengan tangan yang mengusap kakinya
“ Mereka anak gengter bukan ya? Jangan macem-macem ah, ngeri! Walau mayan ganteng-ganteng sih tapi jangan lagi kayak gini” Parno Tika mulai menyebar pada Nana dan Nissa, mungkin akibat nonton film crow zero yang banyak menampilkan pemuda berambut gondrong seperti pria yang berdiri dekat Nissa
“ Parno kau!, gak semua yang rambut gondrong itu jahat” tukas nana dengan jitakan kepala Tika
“ Tolong jangan berisik mba” ucap bagian administrasi yang tak jauh dari kursi ruang tunggu
Nana dan Tika hanya tersipu malu karena telah menimbulkan suara berisik di ruangan sedengkan Nissa masuk kembali ke ruangan Isyah dirawat.
BAB  3 BUKAN SEBUAH KEBETULAN
Sebuah notif WhatsApp tanda Video Call menghentikan Isyah yang sedang sibuk menulis diatas buku khusus coretan hatinya.
Assalammualikum  wahai Rider muslimah” suara lembut Nissa adalah ciri khasnya, sangat keibuan dengan sikap lemah lembutnya lain dengan Nana dan Tika yang level kecentilannya diatas rata-rata apalagi lagi dengan Isyah yang nada suaranya selalu keras dan susah menjadi wanita feminim. Kak rose sudah menjadi kembaran Isyah, jangan jauh-juah membayangkan wanita berjilbab itu seperti apa cukup bayangkan saja kak rose dalam kartun upin-ipin.
“Walaikumsalam, kenapa kuy? kangen aku ya, 1 minggu aku gak ngampus kalian udah rindu ya” Isyah tertawa melihat wajah-wajah heran ketiga sahabatnya yang cukup jelas dari layar hp miliknya
“ Dih, PD kali kau Syah... macam mana kabar luka-luka mu” Nana menghentikan tawa Isyah yang cukup menggangu pendengaran mereka selama beberapa detik
“Alhamdulilah baik, cuma luka hati ajah belum sembuh” Ucap Isyah
Lah... kemarin kan yang luka cuma dagu sama tangan terus kaki mu keseleo doank. Kamu pacaran sama kak sastra itu? Siapa sih namanya kak Dani ya? Yang suka motoran bareng kamu?, eh maksudnya motoran bareng dengan motor masing-masing. Kok kamu gak bilang sih kalo punya cuwuuuuu eh cowok? Perasaan kamu kan jomblo yang paling awet, terus gi...” Tika menjejali pertanyaan kepada Isyah tanpa henti  
“Ngawur...!!!” Isyah memotong pertanyaan Tika
Kok Ngawur sih, dia lebih rapih pakainya dari pada si cowok anggota konvoi yang udah buat kamu sama Nissa jatuh” Tika menambahi pertanyaannya
Pertanyaan mu kebanyakan Tik... si Isyah pusing jawabnya” Nissa terkekeh kecil mendengar pertanyaan Tika yang terlampau panjang
“Luka hati! gara-gara aksi konvoi mereka izin berkendara punya ku, sama Abah dicabut sampai waktu yang aku sendiri gak tau?.. so sad rasane ambyar kalo harus menunggu jemputan terusIsyah mencurahkan kekesalanya
Uchhh... romantis, terharu aku dengernya” Tika menggoda Isyah yang mulai terlihat kesal
“Awas kamu Tik, aku kekampus siang ini. Ku jitak palak mu, udah ah... aku mau olahraga jari dulu” olahraga jari yang Isyah maksud adalah menulis
Olahraga jari itu gimana Syah? Aku juga pengen diet masa jempol, jari manis, jari tengah, jari kelingking sama gendutnya. Aku bingung bedain mana jari-jari biasa sama ibu jari?” Nana penasaran dengan olahraga jari yang Isyah katakan
“Kalo jari kamu langsing gak imbang sama badan mu yang gendut Na..!!!” Ucap Isyah yang menahan tawanya
Hhihihi sa ae...  si Nana suka lupa diri sama BB” celetuk Tika
“Lupa, dalam 1 minggu BB aku bisa naik turun. Semua tergantung moody aku saat ketemu makanan, ketemu si dia yang menggantung perasaan ku” Nana mulai menampakkan penyakit alaynya
Eh... ada yang lebih urgent, Syah nanti usahahin ke kampus ya” Nissa dengan nada suara yang lebih serius
“Iya kan aku masuk hari ini, kenapa Niss?..” tanya Isyah penasaran
Nanti ajah, udah dulu jangan lupa resume untuk tugas hari ini. see you Wasalammualaikum” Nissa mengigatkan tugas kepada teman-temannya
Isyah langsung berlari kearah lemari kayu dengan cermin cukup besar memperlihatkan bayanganya, ia memperhatikan tai lalat kecil di sebelah pipi kirinya.
“lah, kirain pas aku jatuh kemarin tai lalat ini ikut jatuh. Malah nambah jerawat dijidat, his.. dagu make ada perban segala” Isyah mengomeli dirinya sendiri didepan cermin
“Emak, ini perbannya lepas ya. Jelek banget ih, masa di dagu ada ginian. Teteh mau pake jilbab berasa ada yang ganjel” Isyah memandangi cermin yang ada didepannya
“Lukanya belum kering teh, jangan dulu.”Emak menghampiri Isyah yang ingin melepas perban didagunya
“ wuah bekas lukanya keren ya mak?” Isyah memamerkan dagu yang terluka hasil atraksinya 1 minggu yang lalu
“ YaAllah, kok dilepas si teh?” Emak memperhatikan dagu putrinya
“ Aduh.. jangan dipegang gtu mak, masih terasa sakitnya. Apalagi sakit gara-gara SIM motor diambil abah”
 Pake angkot dulu ajah, nanti pulang kuliah dijemput. Abah, belum mau kasih SIM teteh. Lagi pula, emak suka was-was kalo teteh naik motor sendirian. Udah sering diingetin jangan suka ngebut masih ajah suka ngebut, sekarang enak kan dagu lecet gitu. ” emak sudah mulai mengeluarkan jurus nasihatnya panjang kali lebar
Semua ceramah di siang ini hanya lewat begitu saja dalam pendengaran Isyah, wanita berdarah sunda ini justru sudah menyusun daftar kunjungan hari ini dalam otaknya. Ya 1 minggu rebahan di kamar karena masa pemulihan kesehatanya, mampu membuat rasa rindu kepada bakso buatan mang Dadang. Usai pembelajaran dikampus ia pastikan akan menemui beberapa kuliner yang biasa rutin ia makan. Hal yang pertama dilakukan  adalah ia harus mencairakan honor hasil menulis artikel di salah satu ATM dekat dengan kampusnya.
“ Bareng ajah? “ suara motor tak asing di telingan Isyah
“ Tuh kan bener kak Sastra” Isyah melepas lolipop yang memenuhi mulutnya
“ Dani, Syah. Sastra itu jurusan kakak”  Dani membetulkan panggilan yang di lontarkan Isyah
“ Iya.. maksudnya gtu hehe” Isyah tertawa memperlihatkan giginya yang rapih
“ Sini bareng, kita searah setujuan selokasi cuma gak tau sehati atau enggak” Dani membubuhi  candaan kepada Isyah
“ Hihihi gak ah, mau naik angkot ajah” Isyah masih bediri di tepian jalan menunggu angkot yang ia cari
“ Aku gak nawarin kamu syah” Dani mematikan kendaraanya
“ lah terus?” Isyah bingung
“ Emang ada kata-kata nawarin? Coba deh koreksi, kan kata kakak SINI BARENG” Dani memperjelas kalimatnya
“ Masyaallah dasar anak sastra, harus koreksi kalimat segala. Riweh ah” Isyah mulai tak nyaman dengan panas menyengat menyerang jilbab hitam yang dikenakanya
“Ayo panas ini, tas kak Dani kan di tengah kamu gak usah risih, nih helm selalu siap bawa 2” Dani memahami penolakan Isyah

Isyah mematung beberapa detik sampai pada akhirnya ia menerima tawaran Dani untuk pergi kekampus menjadi penumpang di belakang motor yang dikendarai Dani. Ia duduk mentok sampai pada ujung besi bagian motor bebek, beruntung ia selalu mengenakan celana panjang olahraga jadi saat duduk begagah (posisi duduk saat dimotor) ia bisa santai tanpa harus malu kulit kakinya terlihat sana sini. Isyah memagang erat tas milih Dani, ia melewati jalan kenangan ketika dagu, tangan dan kakinya terluka. Pikiranya melayang pada kejadian sore hari tepat 1 minggu yang lalu, rasanya waktu itu ia benar-benar menyalip kendaraan lain dengan perhitungan yang matang. Hanya waktu itu 1 kendaraan dari rombongan konvoi berbalik arah secara mendadak sehingga Isyah hilang kendali dan mengerem secara mendadak. Setelah itu ia tak ingat siapa yang membawanya ke puskemas dan siapa yang mengabari kedua orang tuanya. ia hanya mendengar suara tangisan Nissa, sebelum beberapa saat ia pingsan.
“ Ih, boncengan gitu amat” Isyah geleng-geleng melihat pasangan muda mudi yang berboncengan tanpa jarak seperti Isyah dan Dani
2 motor gede lebih sering dikenal moge melintas dengan sangat cepat, ia tak asing melihat kedua kendaraan itu. Belum sempat ia mengigat kembali, kedua motor itu melaju mendahului motor Dani. 1 motor memberi bunyi kelakson tanda menyalip, 1 kendaran lagi mengacung jempol pada Dani. Dani membalas keduanya dengan jempol yang sama.
“ Kamu tau maksudnya gak? kode tadi” Dani mengurangi kecepatanya agar Isyah mendengar pertanyaannya
“ Loh cowok juga bisa ngode? Kirain Cuma cewe doank yang jago buat kode” jawab Isyah dengan senyum tipis
“ Ini kode pas lagi berkendara Syah, bukan kode perasaann kayak yang sering dipraktekin kaum hawa” Dani lantang mengucapkan kalimatnya
“ Isyah mah gak suka main kode-kode, kalo suka ya ngomong ajah” jawab Isyah lantang
“ Iya kalo gak ngasih kode paling mendem, hahaha..” Dani terkekeh kecil saat mengoda Isyah
“ Iya bener gitu hihihi.. eh, emang tanda kode tadi apaan?” Isyah mulai penasaran
“ kalo jempol tadi, tandanya salam brotherhood Syah. Kamu sebagai Rider Muslimah harusnya tau. Biar gak kejadian salah faham pas lagi dijalan” Jelas Dani
“ Cuma itu ajah? Mudahlah ngingetnya” jawab Isyah dengan kaca helm masih terbuka
“ Banyak kali Syah, kamu harus belajar deh. Karena kamu kan cukup aktif di jalanan, tiada hari tanpa kamu gak jalankan? Delivery orderan, beli bahan, sampe kuliah dan kebiasaan mu jelajah kuliner” ungkap Dani
“Dih, tau ajah kamu kak sastra. Kek penggemar aku ajah semua pernyataan mu bener.” Isyah menepuk bahu Dani tanpa sadar
“ Itu tadi yang bawa MOGE, temen kakak semua. Yang bawa cewek berambut pirang tadi ketua club MOGE daerah sini dan yang bawa cewek jaket cokelat anggotanya” Dani masih melajutkan obrolannya diatas motor
“ Nah, aku inget.” Isyah memukul pundak Dani cukup kencang, smembuat Dani sedikit kaget  “Mereka itu anggota konvoi yang waktu itu buat kue aku jatuh, termasuk aku dan Nissa” Isyah mulai mengingat 2 kendaraan yang ia temui tepat 1 minggu yang lalu
“ Iya, emang mereka. Makanya kakak tadi bilang kamu harus faham sama kode-kode berkendara” Dani menambah kecepatan motornya setelah beberapa kali melirik jam tangan yang ada ditangan kirinya, ia tak memperhatikan rasa penasaran Isyah oleh pernyataanya tadi.
“ Stop...!!! disini ajah, aku mau ke ATM” Isyah menepuk-nepuk bahu Dani
“ Wiss.. cair honor nulis ya.” Tanya Dani sembari menghentikan motornya
“ Alhamdulilah berkat saran kakak sastra semester akhir yang manis, tinggi, hidung mancung, hidup lagi hahah... ya sekarang bisa tambah-tambah pemasukan” Isyah melempar senyum kepada Dani
“Dani..!!! bukan sastra. Itu senyum biasa ajah.  kalo aku baper, kamu mau nuntasin masalah baper ku?” Dani menatap Isyah serius
“ Tatapan kamu kak... horor, ah udah makasih nih helmnya” Isyah pergi meninggalkan Dani di pintu gerbang kampusnya
Jalan utama para mahasiswa untuk masuk kampus memang tak pernah sepi. Sepanjang jalan ada saja toko, dari mulai yang menyiapkan ATK sampai kuliner dan salah satunya ada ATM mini yang menjadi tujuan Isyah.
“ Isyah... syah.. syah..!!!” wanita memakai kaos putih dengan rok warna navy model payung yang dipadukan dengan jilbab pasmina warna senada menampakkan kesan dewasanya
Isyah megerungkan matanya, cahaya matahari membuat silau penglihatanya.
“ YaAllah kamu Tik, baju putihmu silau kena sinar matahari” Isyah mengerjapkan matanya menangkap sosok yang ia cari tau keberadaanya setelah kecelakaan waktu itu
“ Baju balu nih, silau pantes donk. Syah... kamu ngeliatin apa sih?” Tika memperhatikan Isyah yang sibuk dengan tatapan fokusnya kelain arah
“ Itu cowok yang lagi duduk sama cewek pake alma fakultas hukum, kayaknya yang waktu itu buat kue aku jatuh” Nisa menunjuk dengan tatapannya
“ Ciah, emang iya dia yang gendong kamu dijalan pas kamu pingsan. Kata Nissa sih itu juga, orang aku nyusul kepuskesmas pas kamu udah ruangan kok. Coba deh kita ke Nissa dan Nana, mereka lagi photocopy makalah” Tika mengajak Isyah menemui kedua sahabat mereka
“Nis.. coba kamu lihat itu, cowok yang lagi duduk deket cewek pake alma jurusan hukum” Isyah menarik tangan Nissa untuk bisa fokus melihat objek yang ia tunjuk
“ Itu Kak Putra sama kak Dimas, kalo kata kak Dimas si Putra ketua Club motor yang konvoi kemarin. Itu yang pake celana dibagian lutut sobek rambutnya gondorong, namanya putra. Nah yang ngobrol sama cewek itu Dimas” Jelas Nissa
“Yang gendong aku kepuskesmas Putra? Yang ada diruangan pas aku gak pake jilbab juga putra? Yang belitin sapu tangan di tangan aku putra?” wajah Isyah memerah ia malu bukan main karen tubuhnya dibopong lelaki yang tak halal untuk menyentuhnya, mellihat auratnya
“Iya dia semua, kan yang buat kamu jatuh juga dia” Tungkas Nissa
“ Kalo diliat-liat ganteng juga sih Putra tuh Syah, perawakanya pasti rajin olahraga. cuma gak tau biasanya anak motor tuh okeh polahe” Tika menyambung Nissa
Okeh Polahe itu banyak macam tingkahnya ya” Nana mentraslitkan bahasa daerah Tika
“Siip bener Nana ndut” 2 jempol Tika diacungkan
“Ih.. (Seketika badan Isyah merinding saat mengigat kejadian ia dibopong oleh lelaki itu) ah, makan yuk ke warung mang Dadang”  Isyah mengalihkan objek pembicaraan, tepatnya menghilangkan bayangan tentang pria itu ketika membopong tubuhnya.
“Cap.. cus, jalan ajah. Males balik ke parkiran kampus” Nana paling semangat

Mereka berjalan menyusuri keramaian setiap mahasiswa yang memiliki kepentingan masing-masing, termasuk melewati Dimas dan Putra yang sedang duduk di bersantai di Caffe mini, dengan suasana outdoornya.
“Hai adek Nissa, sudah sehat ya?” Dimas menghentikan langkah kaki Nissa
“Hai Kak Dimas, Alhamdulilah sudah. Isyah juga sudah kuliah lagi” Nissa menjawab pertanyaan Dimas
“ Wuah, Isyah dagu mu jadi ada bekas luka gitu. Jadi kenang-kenangan yang susah dilupain ya” Dimas menyapa Isyah yang nampak tak ingin menatap keduanya di caffe
“ Iya” Jawab Isyah singkat dengan tatapan seperti kilatan petir hanya sebentar dan menghindari tatapan dengan pria berambut gonrong itu.
“ Kita pergi dulu ya” Tika mendorong teman-temannya untuk terus berjalan.
Putra tak sepatah kata pun mengeluarkan kalimat ia hanya menatap mereka berempat lalu tatapannya fokus kepada Isyah yang tak ingin melihat mereka.
“ Ih...” Isyah menutup wajahnya setalah sampai diwarung mang Dadang
“ Ih.. ih ajah kau nih, com mesen apa? “ Nana menyengol tangan Isyah
“ Kayak biasanya lah, masa kamu gak hafal Na” Tika menjawab pertanyaan Nana dengan sigap
“ Iya.. kita bertiga  porsi normal. Kalo si Isyah jangan pake kuah banyak, mi diganti toge bakso besarnya 2 ditemani bakso kecil-kecil, gitu kan” Celoteh Nana
“Siip the best for you Nana sayang” Nissa memberikan pujian
“ Kumaha kabarna neng Isyah? Ceunah kamari kena musibah?” suara cempreng bi Acih mengawali suara di warung Bakso mang Dadang
“Alhamdulilah fisik mah sehat, Cuma hati masih luka bi”
“Duh kunaon bisa kitu atuh neng?, pan nu cilaka mah lain dijero” tutur Bi Acih sembari membersihkan meja
“ Itu bi SIM punya aku disita Abah, jadi sekarang kemana-mana ribet harus nunggu angkotlah nunggu jemputan. Gara-gara mereka tuh, anak-anak konvoi ngeribetin jalanan ajah ih” Isyah mulai menyatakan rasa kesalnya di depan mang Dadang dan Bi Acih
“ Mana? Eta nu keur ngopi diluar lain” Bi Acih memperhatikan Dimas dan Putra dari jendela warung yang cukup besar melebihi ukuran normal jendela rumah
“ Iya bi, cuwu-cuwu urak-urakan itu mah. Anak motor mah pasti gitu.” Tika menyimpulkan persepsinya didepan Bi Acih
“ Jangan suka liat dari sampul luarnya neng Tika, kita belum kenal mereka” mang Dadang ikut nimbrung sembari membawa 4 mangkuk bakso
“ Ah, Mang kesel aku mah. Coba gak muter mendadak kan gak mungkin dagu aku luka, tangan aku luka, sampe SIM aku disita Abah. Eh malah ketemu itu orang dalam sehari sampe 2 kali untung weh gak sampe 3 kali sama ajah kayak  jadwal makan” Ucap Isyah dengan rasa kesal
“ Bukan sebuah kebetulan terkadang manusia tidak sadar jika semua sudah diatur Allah, termasuk pertemuan dengan orang yang buat kue mu jatuh ke aspal” komentar mang Dadang pada Isyah yang mengoceh karena kesal.
“ Mamang bisa bijak juga ya” Nana mengagukkan kepala membetulkan ucapan mang Dadang
“ Tapi mang, pendapatan aku juga berkurang kan gara-gara dia” Isyah belum rela begitu saja, buat kue gak segampang itu seharian full didapur demi lembaran uang yang amat berharga untuk menyicil kredit bukunya
“ Rezeki mah Allah yang atur, siapa tau rezeki eneng hilang hari ini digantikan lain waktu dengan rezeki yang melimpah sekilan sama jodohnya” Bi Acih masih ikut mengbrol walau tanganya tak berhenti melakukan pekerjaannya
“ Aamiin, kesian jomblo kelamaan” Tika jelas menyingung Isyah yang betah dengan kejombloannya, Isyah hanya menatap Tika dengan tatapan akan menjitak kepala Tika jika saja duduknya lebih dekat dengan Isyah
“ Nissa, Ini titipin” Nissa memberikan amplop putih yang terkihat sebuah surat dari bagian adminitrasi yang sudah Isyah hafal dari amplop itu
“ Oh, faham!” Isyah tak membuka surat itu, ia hanya memasukkan kedalam tasnya. Tebakknya memang benar surat itu adalah surat tagihan kampus karena sudah 3 semester ini Isyah menunggak
Setiap mahiswa itu unik untuk menciptkan sejarahnya sendiri, termasuk Isyah dengan nama yang masuk kategori mahasiswi surat sakti tanpa sebuah prestasi yang dibanggakan. Hanya sebuah semangat dalam dirinya untuk menuntaskan ambisinya, walau kadang ia merasakan ada rasa diacuhkan dari kampus karena tak memilik daya nilai berarti dikampus.



BAB 4 TUGAS MENJADI JALAN SALING MENGENAL
“Apa mau pake surat sakti terus? 3 semester ini kamu nuggak terus Aisyah. Kalo ditumpuk  nanti berat diakhir” wajah dingin bagian admin adalah salah satu drama dikampus ini
“Iya bu kalo ada juga gak mungkin saya pura-pura” Isyah memang biasa mengungkapkan apa yang harus dinyatakan termasuk pada bagian admin kampus yang wajahnya dingin sedingin AC ruangan ini
“Tapi ada yang banyak yang pura-pura, kamu sudah dapet surat total tunggakan kamu?” Ibu Lili menyelediki kejujuran Isyah dari tatapan matanya
“Dapet bu, tapi untuk tanda tangan orang tua saya tidak minta.” Isyah dengan santai menjawab pertanyaan dari Ibu Lili
“ Kamu sudah baca, isi dalam amplop itu” Bagian admin ini memang terkenal akan keganasanya saat menyelidiki sesuatu
“ Iya, isinya total biaya selama 3 semester yang belum saya bayar dan diwajibkan tandatangan orang tua” Isyah sudah membaca sholawat berulang-ulang berharap bagian admin yang banyak mengajukan pertanyaan segera menandatangani surat sakti atas nama Aaisyah Daaniyah namanya yang memang ia sedang perjuangkan sekarang
“Jadi alasnya apa? Tanda tangan orang tua adalah syarat wajib untuk surat pernyataan ini” ilmu psikologi yang pernah menjadi jurusan Ibu admin ini memang sangat bermanfaat, ia mampu membaca gerak gerik mahasiswa yang mencoba membuat alasan tak masuk akal
“ Karena saya mencoba memenuhi kebutuhan pendidikan saya sendiri, cukup masa saya menyusahkan kedua orang tua. Saya kerja rutin mengajar sekolah Dasar 1 kelas dan sisanya freelance. Tapi memang gajinya saya pake untuk beli keperluan penunjang kuliah dari buku sampai biaya print makalah-makalah” Isyah menjelasakan sedatail mungkin alasanya
“ Oke, Ibu percaya dengan semangat juang mu. Tetaplah menjadi yang kamu  inginkan, berjuang di tahap ini. Tapi tetap ingat dicicil, biar gak berat diakhir wisuda mu.” Ibu lili memberikan kertas yang sudah tertera tanda tanganya untuk melanjutkan proses pemenuhan KRS pada umumnya, entah karena bu Lili sudah enek melihat Isyah yang sellau mengandalkan surat sakti atau wajah Isyah yang terlilat memelas kepada bu Lili. Itu tak penting bagi Isyah, yang terpenting adalah tanda tangan bagian adminstrasi.
“Dapet cap lunas dikertas ini susahnya ampe becucuran keringat. Kayak gini masih ada yang bisa ngibulin orang tua, gak ngerti aku gimana cara berpikir sejenis anak yang suka ngibulin orang tua” ucap Isyah pada Nissa yang duduk di taman kampus
“ Ya gitu, memanfaatkan fasilitas orang tua. Jadi surat kemarin isinya soal tagihan?” Nissa berdiri dari kursi yang sudah mulai hangat karena terlalu lama menunggu Isyah
“ Yoi, kan aku mahasiswa dengan nafas surat sakti. Anak-anak kpok pada kemana?”  tanya Isyah yang menanyakan keberadaan Nana dan Tika
“ Udah masuk kelas, mereka mau buat power point untuk persentasi.”
“kebiasaan ndadakan tuh bocah kpop” Isyah mengikuti Nissa yang mulai melangkah
“ Alah kayak kamu enggak ?” Nissa memukul Isyah dengan buku yang dibawanya
“ Hahah.. iya lupa aku” Isyah menggaruk-garuk kepala yang memang tak terasa gatal

Seperti biasa kelas ini memang seperti pasar, ramai tak berkesudahan. Segala pembahasan bisa jadi topik asik untuk dijabarkan sampai akar-akarnya. Bagian pojok kelas itu selalu digunakan para penghuni laki-laki untuk main game dan mengeluarkan asap rokok tanpa merasa kasihan dengan penghuni cewek. Dan kalo begitu Isyah sebagai wakil ketua kelas Manajemen Pendidikan Islam Semester 5 akan segera menuntaskan asap rokok itu dengan pendekatannya yang super galak.
“ keluar, asep kalian membuat kotor jantung kami” Isyah yang baru masuk langsung menghampiri cowok-cowok yang asik dengan aktifitas bakar uang alias merokok, gamis panjang serta jilbab syari tak selalu menjadi wanita kalem.
 “ Ntar belum ada dosen” ucap Anton masih menghemuskan asap rokok melalui mulutnya
“ Kalo gitu isep sendiri asepnya, gak usah dikeluarin!” Gertak Isyah dengan tatapan seriusnya kalo sudah urusan bersama apalagi perihal kenyamanan Isyah akan berubah wujud menjadi sosok galak persis seperti kak rose dalam film kartun Upin Ipin
“ Ampun kau Syah, pantes jomblo sama cowok gak ada lembutnya” Adam menyela perintah Isyah
“ Kamu juga Dam, pasukkan mu nih. Buat ruangan bau rokok.” Isyah menunjuk Anton
“ Iya.. keluar, liatin dan perhatikan aku keluar nih” Anton memancing senyum Isyah yang sudah berubah wujud jadi kembaran kak rose
“Yaudah cepet, asep itu buat rusak jantung kami” Isyah menyilangkan tangan didadanya
“ Berisik kalian neh, aku gak fokus main game nah” Doni mengarahkan hpnya ke wajah Isyah yang berdiri tepat di samping kursinya
“ Apaan sih Don (Isyah memukul tangan Doni yang memperlihatkan layar hpnya bertuliskan game over), gitu ajah ribet”    
“Lah, ini perjuangan aku mau naik level. Gara-gara kamu datang dan ribut, aku jadi gak fokus” Doni masih saja menunjukan tulisan game over di layar hpnya
“ Dasar ajah kamunya, so lame..!!!” Isyah memang tak berniat banyak mengoceh hari ini. Pikirannya berkelana mencari sumber tambahan untuk membantu melunasi tagihan kampus selama 3 semester.
Langkah lunglai untuk sampai dikursinya diperhatikan ketiga sahabatnya, tak ada yang berbeda sama seperti awal semester pertemuan mereka Nissa, Tika, Nana dan Isyah selalu bersama saling memahami sifat masing-masing. Termasuk memperhatikan Isyah yang secara tersirat memikirkan sesuatu.
“Santuy ajah kan ada kita” Tika merangkul Isyah
“ Apaan? Kalian mau bayarin utang semesteran aku?” Isyah mengangkat alisnya
“ Halah, aku tak kuat Syah. Anak kost macam aku mah misqueen, tapi nanti aku jual ginjal dulu” Nana mencoba menghibur Isyah
“ Ngeri deh, masa sampe jual ginjal” Nissa terkekeh mendengar perkataan Nana
“ Ginjal ayam punya bu kost banyak, nanti aku suruh si Tika yang nangkep. Yakan Tik.. nanti biar aku izin sama Ibu kost biar boleh jual ginjalnya”  ucap Nana yang pura-pura serius
“ Iya nanti jadi kita tulisin didepan grobaknya, jual Ginjal oseng” Nissa menambahi
“ Ntar aku yang teriak promosi, GINJAL oseng... ginjal oseng” tambah Nana dengan drama sebagai penjual sesungguhnya
“ Sa ae kalian horor pake acara jual ginjal bu kost” Isyah tertawa
“ Eh, koe kok ngawur loh Syah. Udu ginjal bu kost, tapi ginjal ayam bu kost” Tika membenarkan kalimat Isyah
“ Iya nduk Tika, kelupaan bawa Ayamnya” Jawab Isyah yang nadanya diubah menjadi logat jawa
“ Lupa ayam gak papa, asal jangan lupa tugas akhir semester 5.” Nissa mulai membahas beberapa tugas yang mulai datang silih berganti karena jadi adat istiadat sebelum ujian selalu disuguhi cemilan tugas seabrek
“ Se gaes, 1 minggu dirumah. Aku numayan aktif nulis tugas-tugas kampus yang aku pantau dari grup WA kelas kita” Isyah mencari sesuatu dalam tas ranselnya
“ Kamu nyari permen lolipop ya Syah” Nana ikut mengintip tas ransel Isyah yang ditaruhnya diatas meja tempat mereka ngbrol
“ Makanan ajah kau, nih” Isyah mengeplakan bukunya dijidat Nana
“ Yah... kirain makanan” Nana duduk disamping Isyah
“ Utekmu Na... gor manganan ae” Tika berdecak heran dengan pikiran Nana yang selalu memikirkan makanan
“ Review buku dan nulis karya ilmiah bisa kita kerjakan diperpus kalo gak kost mu Na, atau rumah ku. Nah, tugas penelitian lembaga ini kita harus terjun langsung kelapangan karena butuh data yang lengkap dari foto sampai tetekbengeknya” Isyah menunjukkan tulisan yang ia stabilo
“ Penelitian itu harus ke lembaga pendidikan yang sudah menerapkan kurikulum  2013” Nissa ikut memberikan pencerahan mengenai tugas mereka
“ Cocok (Isyah tersenyum lebar), aku sudah menghubungi kepala sekolah si Hasan. Hasan di sekolahnya udah pake kurikulum 2013, sebelum bahas tugas ini aku udah save kontak Bu Ulan kepala sekolah SMK Negeri 1 Lempuing Jaya. Dia nawarin untuk kerumahnya.” Isyah memandangi ketiga sahabatnya
“ Yaudah ini kan cuma 1 Mata Kuliah tuh, jadi kita bisa langsung otw kerumahnya” ucap Nana yang sedaritadi sibuk membernarkan jilbab pasminanya
“Emang kamu udah tau Na, rumah kepala sekolah itu?” Tika dengan jail menarik ujung jilbab Nana
“ Ih kau nih, susah payah merapihkan jilbab kau main tarik” Nana memukul tangan Tika
 Sekitar setengah jam Ibu itu tinggal di Kayuagung komplek DPR, bisa aku pangkas dengan si Black. Eh, black. His, gara-gara si anak konvoi itu SIM aku ditarik abah. Susah lah gini.” Isyah teringat dengan SIM yang masih ditahan abahnya
“Iya gara-gara kamu juga, motorku lecet bodynya. Untung gak banyak kalo banyak ku jitak kepala kamu sampe lecet juga” Tika melirik Isyah
 “ Maafken aku ya Tika sayong” Isyah mengerjapkan matanya berulang-ulang
  Yaudah, hari ini tuntasin tugas penelitian. Nanti keburu pada sibuk aktifitas lain” tambah Nissa yang dari tadi hanya memperhatikkan ketiga sahabatnya berdebat
“ Iya Niss, keburu sok sibuk si Isyah dengan orderannya” Tika menyetuji saran Nissa
“ Aku gak pernah sibuk, di kost malah cuma rebahan ajah” Nana memangku dagunya dengan kedua tangan
“ HUH.. dasar generasi rebahan” Isyah memukul kepala Nana dengan gulungan karton yang ada ditanganya
“ Lah, kau senior rebahan” balas Nana sembari menjulurkan lidahnya

Semua berjalan sesuai planing didalam kelas, isyah membelikan oleh-oleh 2 porsi bakso buatan mang Dadang. Kuahnya dipisah, nanti kalo dingin dijalan bisa di panaskan ulang dirumah Bu Ulan. Teman-temanya menyarankan membeli buah-buahan tapi Isyah tak menyetujui karena ribet harus puter arah kepasar. 2 porsi bakso ditambah cemilan khas buatan UKM dikampusnya siap menjadi pelantara komunikasi hari ini. demi tugas selesai memang memerlukan beberapa pendekatan ekstra termasuk mengeluarkan anggrana untuk hal-hal seperti ini.
Kayuagung komplek DPR no.36” Isyah membaca ulang balasan chat Bu Ulan
“Kamu mah Na, lelet amat kalo bawa motor. Pegel aku duduk dibelakang kelamaan” Protes Isyah
“ Cerewet lah kau nih, mending lah aku lelet tapi aman sampai tujuan” Nana masih melaju dengan kendaraanya
“Nah.. ini Na, liat deh itu no 36 kan?” Isyah memastikan bahwa ini rumah bu Ulan
“ Cari siapa nak?” tanya wanita paruh baya mengenakan jilbab syari sangat lebar sampai seperti mukena dengan baju gamis menjuntai kebawah menyapu lantai keramik biru diterasnya
“ Assalammualaikum Ibu, saya Aaisyah Daaniyah yang chat ibu semalam. Ini benar rumah bu Ulan?” Isyah masuk halaman rumah, melewati gerbang yang terbuka
“Iya benar nak, mari masuk. Ibu sudah menunggu, kebetulan baru pulang pengajian tadi” Jawab bu Ulan membenarkan kaca matanya yang turun kearah hidung mancungnya
Isyah memberikan kode kepada teman-temanya untuk segera masuk rumah bu Ulan. Langkah kakinya terhenti melihat pemandangnya yang sejuk halaman rumah bu Ulan. ia memfokuskan pandanganya pada laki-laki berkaos putih lengan pendek ditambah celana pendek batas lutut sedang sibuk memindahkan pot-pot di halaman itu. Lelaki itu tak membalikkan badannya, ia benar-benar fokus menata tanamanya yang ada ditangnya.
“ Eh itu keknya cogan deh” Tika memelankan suaranya
“ apaan rambutnya di kucir gitu, cewek tomboy kali sejenis Isyah Cuma bedanya dia gak peke jilbab” ucap Nana dengan polosnya
Isyah membalas Nana dengan lirikan tajamnya
“Itu cowok Na, badanya keker gitu. Kali rambutnya sengaja dipanjangin.” Nissa memberikan penjelasan kepada Nana dengan setengah berbisik takut yang dijadikan objek pembicaraan mendengar apa yang mereka bahas didepan teras orang
“ Mari masuk, kok pada ngbrol sambil berdiri gitu” Ucap Bu Ulan yang melihat mereka asik dengan topik pembahasan lain
“ heheh Iya bu, Assalammualaikum” ucap mereka berempat serempak
“ walaikumsalam, silahkan duduk nak. Kenapa tadi kok pada berdiri didepan teras? “ tanya Ibu Ulan yang ternyata cukup lama memperhatikan mereka dari jendela ruang tamu
“ Itu bu ngeliat taman di halaman rumah ibu sejuk banget, apalagi ada bunga mawarnya. Saya suka banget lihatnya bu” Isyah tersenyum
“ tapi tadi seklian bahas cewek apa cowok gtu bu, yang lagi mindahin pot-pot didepan tadi. Soalnya kan rambut dia dikucir gtu” Nana berhasil membuat ketiga sahabatnya menunduk malu dengan ucapnya tadi
“ hahaha.. itu anak Ibu nak, bujang satu-satunya. Anak pertama dari 2 bersaudara, rambutnya memang panjang sampai sebahu. Maklum anak MAPALA dikampusnya dulu, ditambah aktifitas komunitas yang ia ikuti sekarang” jelas bu Ulan kepada mereka
Nana diserang tatapan ketiga sahabatnya yang malu dengan ucapan Nana tadi
“ Oh iya bu sebelumnya kenalkan nama teman-teman saya, itu yang badanya agak berisi dan memang gendut namanya Nana, yang pake jilbab motif bunga-bunga namanya Tika, dan ini yang pake kacamata namanya Nissa.” Isyah memperkenalkan ketiga sahabatnya
“ Aisyah dan Nissa  hampir seperti kembar, bedanya Cuma gak pake kacamata ya” Bu Ulan memperhatikan mereka berdua
“ Orang-orang bilangnya gitu Bu,  sangking kelamaan nempel kayak perangko jadi agak mirip-mirip”. Nissa mulai mengeluarkan suaranya
“ tapi selain bisa dibedain dari kacamata, mereka berdua bisa diliat dari wajah nissa yang rajin perawatan dengan Isyah yang males pake bedak dan lipstik, hahah” nana tertawa membandingkan keduanya
“ Nak Isyah sama seperti anak ibu yang gadis, susah kalo disuruh pake bedak apalagi lipstik. Paling Cuma se niatnya saja, tapi jadi hemat juga karena semua perlengkapan make up gak rutin dibeli.” Bu Ulan menampakkan sisi ramah dan kekeluarganya pada mereka
“ hihhi jadi hemat kan bu, ini sebelumnya maaf kami Cuma bawa buah tangan ini bu. Sekalian memperkenalkan produk UKM kampus kami dan salah satu bakso andalan kami saat ingin memperbaiki moodyan” Isyah menyerahkan kantung kuning berisi oleh-oleh dari mereka berempat
“ Haduh kok repot-repot, Jazakallahkhairan ya nak. Ini ibu terima.” Bu Ulan menerima oleh-oleh dari mereka
“ ini diminum tehnya kak” sosok gadis remaja muncul membawa nampan berisi 5 gelas air teh
“Nah, ini anak ibu yang gadis. Namanya Naisyila dia masih kelas 1 SMK” Ibu Ulan memperkenalkan anak gadisnya
Mereka tersenyum melihat Naisyila. Obrolan ini terus berlanjut. Beberapa pertanyaan mengenai data-data yang diperlukan sudah mereka dapatkan. Semua sempat memperhatikan keadaan ruang tamu milik bu Ulan, termasuk foto keluarga yang terpampang besar di tembok bercat kuning. Foto itu ada 4 anggota keluarga terdiri dari Ibu Ulan, Suaminya, anak lelakinya dan anak prempuanya. Gambar itu menampilkan sisi religius keluarga ini. mungkin foto ini diambil saat lebaran sehingga baju yang dikenakan semuanya senada.
“ kayak Putra ya?” ucap Nissa setalah berpamitan pulang dari kediaman rumah bu Ulan
“ siapa?” tanya Isyah
“ yang difoto keluarga bu Ulan, dia pake kopiah dan sarung” Nissa memperjelas hal yang dimaksudnya
“ Iya kali, kenapa tadi gak nanya langsung si Niss?”
“ Ya masa aku nanya anak bujang dia, malu lah” Nissa tertawa geli mendengar perintah Isyah
“ ya kan biar gak penasaran, siapa tau jodoh mu Niss” Isyah ikut tertawa

Pemadangan sore kali ini, berhasil menuntaskan satu tugas penelitian mereka. Lengkap dengan data-data termasuk foto dengan kepala sekolah. Wanita paruh baya tadi memang sudah menampakkan keriput dibagian wajahnya yang sejuk untuk dipandang tapi soal wawasan serta pengalaman wanita itu perlu dikunjungi lagi. Sekedar melihat tamannya yang indah dan mendengar cerita petualangnya saat muda. “aku akan kembali lagi lain waktu’ ucap isyah dalam hati   

BAB 5 SEMANGKUK  BAKSO UNTUK KITA CERITA
Perkuliahan hari ini cukup padat, dan bertambah padat dengan pekerjaanya menulis artikel belum selesai juga. Upah menulis 1 judul artikel memang tak seberapa, tapi jika rutin dikerjakan dalam sebulan ia bisa manambah uang di rekening tiga ratus ribu. Ya semua tergantung bagaimana ia mengatur bisnis dibidang kue, menulis dan kuliah menjadi seimbang. Tak perlu muluk-muluk karena sumbernya ia harus mengalahkan rasa malas yang sering datang tanpa permisi. Kalo sudah pada tahap pusing ia harus mengisi amunisi sekedar mengunjungi tempat kuliner atau pilihan favoritnya adalah nongkrong di warung mang Dadang untuk menikmati setiap suapan bakso yang memang jempolan kalo soal rasa. Isyah bergegas pergi kewarung bakso mang Dadang, kali ini isyah sendiri. Ketiga sahabatnya sudah bosan dalam waktu 2 hari sekali selalu kewarung mang dadang.
“ Mang.. oh mang... Bi... oh bi” Isyah teriak didepan warung mang Dadang
“ Apa neng? Kangen mamang ya ” Mang Dadang selalu berhasil membuat Isyah tertawa dengan perut buncit dan pipi bakpaonya
“ Dih, kangen bi Acih sama bakso mamang doank” Isyah mengelak sebenarnya ia memang perlu hiburan dari mang Dadang yang selalu menasehatinya dengan humor yang membuatnya tertawa
“ Halah, mana ada yang ngaku kalo mamang tanya gtu. Ini bakso kayak biasanya? Atau porsinya berubah” tanya mang Dadang menghentikan aktifitas mengelap mangkok-mangkok bakso
“ Biasa donk mang, kuahnya dikit, bakso besarnya 2, jangan lupa bakso kecil-kecil dan mi-nya diganti toge yang banyak. Aku mah tipe setia mang tak mudah tekecoh yang baru.” Ucap isyah yang sudah duduk di bangku favorintanya
“ Iya setia dengan masa jomblonya” kalimat mang Dadang membuat Isyah senyum-senyum sendiri di temani Microsoft Office Word yang ia buka melalui hp.
Sekalian makan bakso, siapa tau dapet inspirasi buat nulis artikel lagi” ucap Isyah dalam hatinya.
“ Kemarin ada apa kerumahku?” suara itu berhasil mengagetkan Isyah yang sedang fokus mengetik pada layar hp-nya
Selama beberapa detik ia mengingat orang yang ada didepanya
“ Aku Putra, yang sudah berhasil buat luka didagu mu gak hilang” jawab Putra sembari mengaduk-ngaduk bakso yang ia pesan
“ Dih, buat luka kok kayak bangga?” Isyah menyembunyikan rasa jengkelnya yang masih ada sampai saat ini
“Nih, baksonya neng” bi Acih mengantarkan pesanan Isyah sembari menatap pria yang duduk dihadapan Isyah, sorot matanya menanyakan siapa sosok pria itu pada Isyah. Tapi Bi Acih menghentikan rasa keponya dan segera pergi kedapur lagi
So, kemarin ngapain kamu dan rombongan mu kerumah ku.” tanya Putra lagi
“ Rumah yang mana?” Isyah tak mengerti yang dibicarakan Putra
“ Kamu dan teman-teman mu berdiri di taman rumah ku, ralat maksudku rumah orang tuaku.” Putra menyuapkan bakso yang ada ditangan kanannya menggunakan garpu
“ Bu Ulan? Orang tuamu? Dan yang ditaman itu kamu?” Isyah meletakkan hpnya dimeja
“Ya..!!! kamu ngadu soal kecelakaan waktu itu?” tanya Putra sambil terus menguyah baksonya
Isyah menelan ludah, perasaan kesal dan malu atas kejadiaan kecelakaanya waktu itu memang belum sembuh total. Bukan pendendam, tapi akibat dari itu aktifitasnya sedikit terhambat karena harus menunggu jemputan atau menunggu angkot untuk sampai pada tujuannya, ya karena SIM motornya ditahan Abah sebab akibat kecelakan itu. Malu jelas terasa, pria didepannya berhasil melihat yang tak seharusnya dilihat dan pria didepanya berhasil membopong tubuhnya. Ini bukan adegan film korea yang kata kebanyakan orang, romantis. Ini memalukan bagi Isyah yang sedikit banyak faham soal batasan-batasan dalam Islam, antara laki-laki dan prempuan. Walau pada dasarnya semua dilakukan karena terpaksa, untuk menolongnya.
“ Kamu punya pendengaran yang normal kan!?” Putra menyadarkan Isyah yang sedang mematung melihatnya
Putra membunyikan mangkok bakso dengan sendok yang dipenganya
“ Heh, berisik!. Kayak tukang bakso ajah sih bunyiin magkok gitu” Isyah menyentak Putra yang membuat keributan di warung mang Dadang
“ Kamu kerumah ku ngapain? Ngadu soal kecelakan?” Putra mengulang pertanyaanya
“ Ngadu!, dih yang ada masalah itu kamu sama aku! Ngapain bawa orang tuamu.” Isyah mulai menarik mangkok baksonya
so? Ngpain?” Putra masih kekeh dengan rasa penasaranya
“ Soal tugas, Bu Ulan jadi narasumber untuk tugas penelitian kami.” Isyah menjawab rasa penasaran Putra dan sekarang malah ia yang penasaran kenapa Putra tiba-tiba duduk didepannya
“ Oh gitu” singkat Putra dengan wajah datar
“ Kamu...”  Isyah belum tuntas menyelesaikan kalimatnya
“ kamu apa?” Putra menyambar kalimat Isyah yang belum tuntas
“ His, jangan potong pembicaraan kalo orang lagi ngomong!” Bentak Isyah
“ Maaf, lanjutkan” Putra mempersilahkan Isyah melanjutkan kalimatnya
“ Kamu kenapa disini?” Ucap Isyah yang baru saja menyeruput kuah baksonya menggunakan sendok
“ Karena laper,” jawab Putra singkat, sebenarnya ia memang ketagihan karena 2 bungkus bakso yang diberikan Isyah sebagai oleh-oleh untuk Ibu-nya ikut ia cicipi. Dan rasa bakso itu memang berhasil membuat rasa dilidahnya menagih lagi untuk makan bakso itu. Beruntung plastik bungkus bakso itu ada keterangan cukup lengkap jadi ia berhasil menemukan semangkok bakso seperti yang ia cicipi kemarin.
“ Iya, kenapa harus semeja dengan ku?” Isyah meneliti wajah Putra yang bersih dengan rambut gondrongnya yang dimainkan angin sore hari ini
“ Tidak ada larangan untuk duduk disini!” Putra mengetuk meja 2 kali dengan telunjuknya mempertegas bahasa meja yang ia maksud
“Astagfirullah...!!! kesel deh sama manusia jenis dia!” Isyah mengumpat membicarakan lawan bicaranya yang sepertinya berniat merubahnya menjadi sosok kak Rose seperti di kelas
“ Aku dengar suara mu” Putra memperhatikan Isyah yang makan bakso dengan pandangan fokus kepada mangkuknya tanpa memperhatikan lawan bicaranya
“ Baguslah kalo denger.” Ucap Isyah ketus
“ Tanyakan yang perlu kamu tanyakan” Putra mengunyah bakso terakhir dimangkoknya
“ Bahlul!, jelaskan saja yang harus kamu jelaskan. Kenapa kamu muter arah secara tiba-tiba.” Isyah mulai mengerutu dalam hatinya, ia memperlihatkan ekspresi yang kurang bersahabat dengan Putra. Isyah memandang pria pemiliki alis lebat itu dengan jidat yang mengkerutnya
Seakan memahami maksud Isyah dengan ekspresi seperti itu, Putra langsung bersiap menyambut pertanyaan Isah yang dilihatnya secara tersirat
“Soal kejadian sore itu yang menurut mu, aku muter arah secara mendadak? Itu salah faham, aku rasa kamu sebagai pengendara belum faham secara luas tentang kode yang kuberikan dijalanan itu” Putra menyudahi semangkok bakso yang ia lahap, ia menyandarkan punggungnya pada kursi kayu yang sedari tadi ia duduki.
Kali ini Isyah menatap lawan bicaranya,
“ Hah? Gimana sih jelas-jelas emang kamu asal muter gitu” Isyah merasa bahwa ia memang benar
Putra mengikat rambut gondrongnya yang cukup terawat dengan karet gelang yang ada di lenggannya, memperlihatkan kesan pria maco dengan gaya jaket kulit hitam dipadukan kaos abu-abu yang terlihat dari seleting jaketnya yang sengaja dibuka. Sampai saat ini Isyah belum menemukan sisi ramah apalagi senyum Putra sehingga muncul persepsi Isyah, jika pria ini tipe-tipe manusia dingin dan sombong dengan ciri-ciri yang ia sudah teliti sepanjang obrolan ini.
“Dengarkan dengan baik ini pelajaran untuk mu soal berkendara, dan pandangi aku biasa saja. Jangan sampai baper dengan tatapan seperti itu!” ucap putra yang menatap mata cokelat dengan bulu mata lentik Isyah, ia menyadari bahwa Isyah sedang meneliti apa yang ada pada dirinya
“ Percaya diri mu terlalu over dosis!” jawab Isyah yang memalingkan pandangnya kelain arah
Aa...isyah Daa..niyah, dengarkan!” Putra mengeja name tag yang menempel pada jilbab yang dikenakan Isyah
“ Panggil Isyah! Kamu terlalu panjang kalo harus memanggil nama lengkapku” ucap Isyah
“ Ya... jadi waktu itu aku memberi kode memutar arah seperti ini, dan aku cukup tinggi mengangkat tanganku. Dan waktu itu dari kaca sepion ku benar-benar tak ada kendaraan termasuk kamu.” Putra mempraktekkan tangannya
“ 3 jari mengepal jari jempol dan jari kelingking  tegak gitu persis seperti cewek-cewek genit yang ngodein om-om untuk telpon dia, aneh-aneh ajah kode mu tuh!” ia pernah melihat kode seperti itu didalam sebuah cuplikan film yang justru berbeda dengan penjelasan Putra
Seketika itu, Putra tertawa dengan penjelasan berbeda Isyah soal kode mutar balik dalam komunitas motornya dan dalam pandang Isyah justru kode genit seorang cewek yang minta ditelpon. Isyah menangkap pemandang super menyejukkan saat melihat Putra tertawa, pria dengan  kulit sawo matang itu benar-benar terlihat bersahabat dengan Isyah.
“ Bukan gitu Isyah, kita satukan pandangan dulu soal kode saat berkendara” Putra mencoba menghentikkan tawanya
“ Sudahlah, aku sudah faham kode itu artinya muter balik kan!” kata Isyah yang justru memiringkan kepalanya kesebelah kanan melihat mang Dadang mendekatkan kipas angin kearah meja mereka, Putra menengok apa yang terjadi dibelakangnya
“ Punten ini mah biar gak pada kegerahan, jadi mamang arahin kipas anginya kesini” ucap mang Dadang yang membetulkan kipasnya agar mengarah pada meja Isyah dan Putra
“ Iya mang, nuhun” Isyah sudah menangkap maksud kode dari mang Dadang yang sebenarnya ingin Isyah dan Putra mengobrol lebih lama disini
“ konvoi yang kamu lihat itu, hanya 15 motor saja belum semua anggota ikut Syah dan kamu sudah kelihatan panik dengan barisan motor kami” Putra meneruskan penjelasannya
“ Aku gak panik!, aku buru-buru ngater kue pesanan pelanggan ku. Yang akhirnya juga ikut jatuh ke aspal!” Isyah selesai memakan baksonya yang ia lahap dengan waktu cukup panjang karena terjeda mengobrol dengan Putra
“ Iya maafkan, biar aku ganti kerugian mu dengan mentraktir bakso hari ini” Putra menawarkan pertemanan dengan semangkok bakso gratis
“ Nyogok aku?” Tanya Isyah
“ Gimana kamu menerimanya ajah.” Ucap Putra menghabiskan es tesnya
“ Oke, sebentar.” Isyah justru mengeluarkan hpnya dan memotret kejadian hari ini dengan kamera depannya
“ Gak usah main upload!” cegah putra setelah Isyah mengambil potret mereka berdua
“GR, aku mau undang ketiga sahabat aku untuk menerima traktiran mu” ucap Isyah yang masih mengotak-ngatik hpnya
Tanpa disadari Isyah,  Putra pun melakukan hal yang sama ia mengambil foto Isyah menggunankan hanphone miliknya, dan menggundang kedua temannya untuk datang kewarung bakso.
“ Hai.. hai..!!! aku mencium bau-bau bakso geratis” suara Nana membuat heboh warung bakso Mang Dadang
“ Mulai heboh!” Isyah sudah menduga jika ketiga sahabatnya akan datang secepat kilat, karena jarak kampus dan warung Bakso mang Dadang yang tak telalu jauh.
“ Lah... tadi kamu ngundang kita makan gratis di whatsApp” mereka bertiga langsung menghampiri meja Isyah dan Putra
“ Loh.. loh.. ini abang-abang yang buat kamu jatuh kan?” Nana menunjuk Putra, ia baru tersadar foto yang dikirim Isyah adalah foto Putra
“ Kak Putra, Na” Jawab Nissa
“ Ya mana aku taulah, abang ini kemarin gak ngomong sama sekali. Mana bisa aku tebak namanya” Nana sempat bertemu Putra dipuskesmas saat kejadian Isyah dan Nisa kecelakaan, tapi tak sepatah katapun keluar dari mulut Putra
Nissa mengedipkan matanya kearah Nana tanda memberikan kode untuk berhenti mengoceh soal sikap Putra kemarin
“ Ini jadi dapet rezeki gratis?, numayan sore-sore makan bakso gratis. Balek neng kos gare rebahan gaes.” Ucap Tika yang tak memperhatikan kode dari Nissa
“ Tuh, tanya dia!” jawab Isyah yang menunjuk Putra dengan pandanganya
“ Hey... bang Putra, dalam acara apa makan bakso gratisnya ini?” tanya Nana yang sudah mantap duduk dikursinya
“ Tidak ada rencana untuk mentraktir kalian” Putra menjawab dengan wajah datarnya
“ Ada!, sudah pesen dulu sana nanti dia yang bayar”  Isyah menunjuk Putra
“Yasudah ada, anggap ajah permintaan maaf” Ucap Putra dengan fokus yang masih memainkan game
“ Kece badai kau bang... aku terima maaf kau!. Kau mau apa Tik? Nis? Kau juga Syah?” Nana selalu memperlihatkan sisi ceplas ceplosnya tanpa memerhatikan sahabat-sahabatnya yang malu dengan tingkahnya
“ Aku udah, kalian ajah” Isyah memang sudah kenyang makan semangkok bakso dengan pelajaran kode berkendara dari Putra tadi. Kapasitas perutnya susah untuk menampung lagi
“ Porsi biasanya Na” Jawab Nissa dengan tatapan yang mengarah pada Putra yang masih dengan dunia gamenya
“ Wey...!!! Biasa ajah ngeliatin manusia itu” Isyah setengah berbisik memergoki Nissa yang mencuri pandangan untuk memandangi Putra
“ Ih, apa sih Syah? Siapa yang ngeliatin dia”       Nissa mengelak dengan mengalihkan pandanganya kelain arah
“ Udah ngetik mulu, artikel dikerjain dirumah ajah. Kalo lagi nongkrong gini, enaknya ngobrol” Ucap Dani yang menarik hp Isyah
“ Kak sastra...!!!” Isyah teriak spontan saat melihat Dani menarik hanphonenya
“ Kayak jalangkung ajah kau kak, datang tanpa diundang” Ucap Nana yang membawa baki isi 3 mangkok bakso
“ Kita berdua diundang Putra, dik” Dimas tersenyum menjawab Nana
“ Na.. udah pesenin kita juga 2 mangkuk bakso. Kita diundang makan bakso gratisan sama si Putra” Dani menepuk pundak Putra yang belum mau melepas game yang dimainkannya
“ Makan sepuasnya, yang traktir bakso. Cewek yang berjilbab maroon gamis hitam” jawab Putra yang mematikan hanphonenya
Keempat wanita berjilbab itu saling memandang satu sama lain, bahkan seluruh pengunjung warung bakso mang dadang tak ada yang mengenakan jilbab maroon dengan gamis hitam kecuali Isyah sendiri.
“Syah.. yang dimaksud Putra itu kamu” Ucap Nissa
“ Huaaw...!!! Isyah pasti baru cair uang nulis artikel ya?, jadi ngundang kita makan bakso. Tau gitu kalo gratis aku langsung ikut pas kamu ajak aku dikampus. Eh, tapi gak papa sih sekarang juga tetep dapet gratisan hihihi”  Tika tertawa heboh menyadari wanita yang dimakud Putra adalah Isyah
“ Ngawur...!!!, dia lah yang bayar” Isyah menunjuk Putra dengan tatapanya yang tajam
“ Sudahlah dik, kalian berdua bisa iuran untuk tanggung jawab dengan undangan makan gratis sore ini” Dimas bersikap sok cool dengan sesekali membetulkan poni rambutnya yang disisir kearah belakang
“ Iya ya kak,  kita kan datang karena diundang ya” Ucap Tika yang mendukung Dimas
“ Panggil Dimas ajah, mungkin kita beda 1 tahunan” Dimas tertawa kecil
“ Beda 1 tahunan dari mananya, kita bertiga muncul di bumi ditahun yang sama tahun 95 beda tanggal, bulan dan orang tua ajah. Jangan ngaku sok muda kamu Dim” Jelas Dani
“ Tapi masih terlihat seumuran dengan kalian kan, wajah-wajah kalian pasti lahir tahun 99” tebak Dimas yang memandangi mereka satu persatu
“ Salah, kita bertiga muncul ke bumi tahun 98 disusul Isyah ditahun 99” Tika masih terus menanggapi obrolan dengan Dimas
Isyah hanya menepok jidatnya melihat Tika dan Dimas yang mengobrol terlalu basa-basi. Ia masih menangkap Nissa yang memandangi Putra walau sesekali ia alihkan kearah lain. Sedangkan Nana asik dengan es cokelat dan bakso hangatnya.
“ Bro.. sudah kamu jelaskan belum masalah kode berkendara itu?” Kata Dani sembari mengunyah bakso
“ Sudah, kode berkendara kita disalah artikan oleh wanita-wanita itu” Ucap Putra
“ Gak disalah artikan tapi emang beda arti” Kata Isyah yang langsung merespon
“ Heh ladies, belajar yang banyak sama dia masalah peraturan lalulintas, kode motor dan perihal motor lainnya. Dia faham soal lalu lintas karena dulu sempat mau jadi Polisi Lalu-lintas, tapi sekarang jadi ketua club moge.” Ucap Dani
“ Kak Dani kok tau?” tanya Nissa
“ Putra Temen kakak waktu SMK kita satu jurusan otomotif atau Teknik Kendaraan Ringan, termasuk Dimas juga. Udah temenan dari  masa unyu-unyu sampe sekarang, Cuma agak susah kumpul karena sibuk ngejar mimpi masing-masing” Dani melihat kedua temanya

Meja persegi panjang ini kini penuh dengan mangkuk bakso, serta obrolan-obrolan berbagai objek pembicaraan. Tika dan Dimas semakin intim saja mengbrol mereka tak memperhatikan objek pembicaraan lain. Nissa masih beberapa kali tertangkap Isyah ketika memandangi Putra, walau selalu mengalihkan pandanganya ketika Putra melihatnya.

BAB 6 WANITA DENGAN SERIBU KODE
Kamar bercat hijau itu kini penuh dengan buku yang berserakan, dengan alunan musik pop shela on7 membuat keempat gadis penghuni kamar itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
“Syah... kemarin sebelum kita datang ke warung mang Dadang, kamu lama ngbrol sama Putra”  Tanya Isyah yang menghentikan aktifitas mengetik laporan penelitian
“ Apaan?” Tanya Isyah yang sudah setengah perjalanan ingin tidur siang
“ kok tidur sih Syah, tugas belum selesai nih” Nissa menimpuk Isyah yang sudah memenjamkan matanya
“ Aduh... Nissa sakit” Isyah teriak  saat Nissa memukul badan Isyah dengan bantal guling
“ Biarin, biar bangun” protes Nissa
“ Iya,  nih udah melek liat.. liat . Si Nana sama Tika pada main hp kamu biarin ajah. Giliran aku tidur sebentar kamu bangunin” Isyah memanyunkan bibirnya
 Mana ada kamu tidur sebentar, kalo dibiaran bisa sampe Ashar tidurmu tuh” kata Nissa yang memang faham kelakuan Isyah yang selalu over dosis jika masalah tidur
“ Hahaha.. iya juga sih Nis” Isyah tertawa menyadari kapasitas tidurnya yang seperti beruang kutub tidur dengan bulu-bulu hangatnya sampai susah bangun karena terlalu nyaman dengan kasurnya
“Isyah...” tanya Nissa membalik badanya diatas kasur dan memandangi atap langit-langit kamar Isyah
“ Hemm” respon Isyah yang mengikat rambut hitam bergelombangnya yang panjang yang terurai sampai bahu
“Kemarin kamu ngbrol lama sama Putra?” Tanya Nissa kembali
“ Numayan lama, sampe bakso aku abis”
“ Dia emang pendiem gitu? Kok kemarin sore Cuma ngbrol sama Putra doank” Nissa masih ingin membahas Putra sebagai objek pembahasanya
“ Bukan pendiem tapi cuek, sekalinya ngomong ngeselin Nis” Isyah meremas tanganya memperlihatkan kekesalnya pada Putra
“ Ngeselin gimana?” Nissa menarik bantal dan duduk bersila diatas kasur sembari memperhatikan Isyah yang memainkan hp
“ Aku kan tanya kenapa dia diwarung mang Dadang? Katanya karena laper terus aku tanya lagi kenapa duduk dimeja yang sama, lah kata dia karena gak ada larangan untuk duduk di sana. Padahal meja lain juga masih ada yang kosong.” Ucap Isyah
 Tapikan emang bener  gitu, kalo kewarung makanan tandanya laper. Kalo dia duduk di meja yang sama, kan emang gak ada laranganya. Lagian mejanya panjang, gak mungkin sempit cuma berdua ajah. Buktinya kita makan berenam masih muat” Ucap Nissa membela Putra
“ Kek istrinya ajah kamu Niss, belain dia yang jelas-jelas ngeselin “ Isyah memukul Nissa dengan buku
“Istrinya hihih” tawa Nissa yang tanpa ia sadari membuat Isyah heran
“ Lah.. kamu kenapa ketawa sendiri?” Isyah heran melihat Nissa yang tersenyum dengan kata Istri yang dilontarkan Isyah
“ Emang ketawa dilarang?” Ucap Nissa dengan tawa yang ia tahan
“ Dih, kok jadi kayak Putra sih?” Isyah mengkerutkan jidatnya
“ Masa sih? Hihii eh, ini laporan penelitian tinggal edit tambah hasil wawancara kita sama Bu Ulan dan foto wawancara kemarin. Bagian kamu Syah edit-edit ginian.” Nissa memberikan laptop ke Isyah
“ Fotonya dihp siapa kemarin?” Isyah mulai mengotak ngatik laptopnya
“ Di anak-anak K-POP tuh” Nissa menunjuk Nana dan Tika yang sedang bersantai di karpet dengan cemilan favorit mereka dari seblak kering pedas dan cemilan cokelat lainnya.
“ Woy... anak K-Pop. Kirim Foto-foto kemarin “ Isyah melempar bantal kearah Tika dan Nana yang sedari tadi memainkan hp
“ Foto apa?” Nana terduduk diatas karpet
“ Foto yang lagi wawacara dengan narasumber kita” Kata Nissa turun dari kasur menghampiri Nana dan Tika sembari mencomot banana cake  olahan Isyah
“ Di Hp Nana, kan dia yang Dokumentasi” Ucap Tika
“ ASTAGFIRULLAH....!!! YaAllah” teriak Nana membuat kaget penghuni kamar
“ Ada apa dengan foto itu?” Isyah mulai curiga dengan suara teriakan Nana   
“ Fotonya kehapus... YaAllah maafkan aku gengs” Ucap Nana dengan raut wajah sedih
“Kok bisa! Itu kan sebagai pendukung tugas kita” Isyah loncat dari atas kasur mendekat kepada Nana yang mulai kebingungan
“ Aku teledor, kemarin aku foto kalian pas lagi makan bakso bareng-bareng. Itu foto yang aku upload di story instragram. Karena gak muat aku hapus beberapa foto yang menerut ku gak penting, demi mengabadikan moment itu. Dan gak sengaja foto dengan bu Ulan juga kehapus, aku bener-bener gak sengaja” Nana memegang tangan Nissa, rasa bersalahnya memang tampak dari sorot mata Nana
“ Enek-enek wae koe Na” Tika mengelengkan-gelengkan kepalanya
“ Yasudah kita kembali lagi saja untuk foto lagi dengan bu Ulan” Nissa menengkan Nana yang sepertinya ingin menangis karena rasa bersalahnya
“ Hah, ke rumah Putra?” Jawab spontan Isyah yang membuat ketiga sahabatnya kaget mendengar nama Putra
“ Kok rumah Putra?, rumah bu Ulan narasumber kita” Nissa membetulkan kalimat Isyah
“Bu Ulan itu Ibunya Putra” Isyah dengan malasnya menyebut nama lelaki itu
“ Rumah Putra deket rumah Dimas gak ya, hihihi aku mau lihat dia” Ucap Tika yang mulai memasang wajah centilnya
“ Bocah eda!, baru ketemu sekali udah main hati” ucap Isyah yang mengetahui Tika sudah mulai melakukan pendekatan dengan Dimas
“ Yasudah ayo, ini kan belum kesorean masih bisa main kerumah Putra. Eh, bu Ulan maksudku” Nissa meralat kalimatnya
“ Males ah, ngantuk! besok lagi ajah minggu pagi.” Isyah menyingkirkan buku diatas kasurnya dan langsung mencari posisi ternyaman untuk tidur siang
“Isyah kau marah sama aku?” Nana mendekati Isyah yang mulai terbaring di atas kasur
“ Marah enggak Cuma kesel harus balik lagi kerumah laki-laki itu” kata Isyah dengan mata terpejam
“ Tapikan kita ketemu Bu Ulan, bukan Putra” ucap Nissa
Wkwkwk lah iya kenapa kesel, kan ketemu bu Ulan bukan Human itu” Isyah mengerutu dalam hatinya  
“ Ah, besok pagi ajah sekalian kita Mingguan. Ngerjain tugas sambil main kan seru” Tika tampak bersemangat dengan Minggu paginya
“ Aku mau tidur siang, nanti malam mau ngerjain artikel jadi butuh energi buat bergadang. Kalian bebas ngelakuin apa ajah dirumah ku, yang penting jangan kearea pojok kerja. Nanti kalian buka-buka privasi ku. Kalo laper kedapur sendiri” oceh Isyah dengan bantal yang semakin di pegang erat
“ Dasar Senior rebahan, ngerjain artikel sekarang ajah make nunggu malem” Nissa melemparkan bantal ketubuh Isyah
“ Inspirasiku datang saat malam tiba, termasuk sinyal lancar luncur kalo malem” ucap Isyah dengan setengah kesadaranya yang segera santai ke pulau kapuk

Pagi Minggu sesuai jadwal mereka kemarin, segera menuntaskan tugas pendukung laporan penelitian. Sebuah potret yang hilang karena ulah jail tangan Nana, berhasil membuat tugas tambahan lagi. Segelas susu hangat dengan perasan jeruk dan sepiring nasi goreng sebagai energi tambahan untuk mengerjakan tugas yang perjalanannya cukup panjang. Sinar matahari pagi dengan beberapa pepohonan yang menjatuhkan daun dari dahanya memenemani perjalanan kali ini, pagi ini juga membuat Isyah tersenyum lebar karena dibantu ketiga sahabatnya ia dapat mengendarai Black kembali. Ia benar-benar menikmati perjalanan pagi ini dengan laju yang pelan karena melepas rindu dengan Black yang selama beberapa Minggu hanya diam kandangnya.
“ Tumben santuy” Kata Nissa yang duduk dibelakang Isyah
“ Kamu mau kita ngulang kayak dulu lagi?” Isyah mengigatkan Nissa
“ Nauzubillah, janganlah” Nissa tertawa dengan ajakan Isyah mengingat saat mereka terjatuh
“ Melepas rindu dengan Black udah lama gak jalan bareng, jadi santai ajah ya ini juga masih jam 8 pagi.” Ucap Isyah sedikit menengok kearah Nissa agar suaranya yang terbawa angin dijalan ini dapat terdengar jelas
Nissa tampak geli dengan alasan Isyah ingin melepas rindu dengan sebuah motor bebek jadul bewarna hitam ini, sedangkan Nana dan Tika mengikuti dengan motor yang dikendarai oleh Tika. Mereka ikut melambatkan laju motornya, sesekali suara cekikikan mereka terdengar telingan Nissa dan Isyah yang tertutupi helm. Obrolan sepanjang jalan, membuat waktu tak terasa sampai mereka tiba dirumah bu Ulan tujuan mereka mendapatkan foto narasumber agar tugas penelitian ini cukup untuk menyakinkan dosen pengampu.
“ Loh, kok ada tenda?” Tika masih menghidupkan gas motornya
“ Apa ada acara ya, kamu gak buat janji sama bu Ulan?” tanya Nissa pada Isyah
“ Enggak, pikir ku kan ini Minggu pasti dia dirumah” Isyah membuka helmnya yang mulai terasa pengap menekan kepalanya
“Yaudah masuk ajah, bentaran kan Cuma foto ajah” Nana sudah berjalan sampai gerbang rumah Bu Ulan
“ Parkir didalam sini, kalo diluar nanti keburu banyak tamu” sosok yang tak asing lagi bagi mereka berempat apalagi Tika yang sudah mengenal lebih jauh Dimas karena sering berhubungan denganya melalui media sosial.
“ Minggu pagi barokah ketemu si dia hihihi” Tika tersenyum puas dengan rencana siang kemarin yang berhasil di Minggu pagi ini
“ Udang dibalik batu!!! Ini rencana siang kemarin?” tanya Isyah pada Tika yang belum menghilangkan senyum puasnya
“ Hehehe tapi demi tugas juga loh, kata kak Dimas hari ini emang ada perkumpulan club motor mereka, tapi kan kita bisa bantu-bantu Bu Ulan dulu jadi gak malu-malu amat minta fotonya” Tika cengigisan kepada ketiga sahabatnya
“ Modus kamu Tik” Ucap Nissa yang mengikuti langkah Nana masuk kerumah bu Ulan
“ Ada apa? Kamu mau belajar kode berkendara lagi?” Putra mengagetkan Isyah yang memarkirkan motornya di halaman rumah Putra
“ Gak! Aku gak cari kamu” Jawab Isyah ketus
  Baguslah, aku pun gak berharap dicari kamu” jawab Putra meneruskan pekerjaanya memaku banner berlambangkan klub motornya
“ His, dasar you human...” kalimat Isyah belum tuntas ia segera tersadar oleh ucapanya
“ Assalammualikum, kak Putra apa ada Ibu Ulan didalam?” Nissa begitu sopan menanyakan keberadaan bu Ulan pada Putra
“Walaikumsalam, ada masuk ajah kayaknya lagi didapur” Putra menjawab Nissa dengan nada lembut tak seperti saat bertanya kepada Isyah yang terkesan mengejek
Dasar cowok, giliran sama cewek cantik ajah gaya bicara berubah jadi sok lembut, pengen ku colok itu bola matanya” Ucap Isyah dalam hatinya dengan memperhatikan Nissa yang nampak feminim dengan jilbab pink muda dipadukan dengan gamis cream bunga-bunga, wajahnya yang nampak segar serta bibir yang nampak bewarna menampakkan sisi wanita yang begitu lembut. Lain dengan Isyah yang memakai jilbab hitam dengan setelan gamis kuning kunyit tanpa sebuah make-up seperti ketiga sahabatnya membuat Isyah semakin mencirikan bukan wanita feminim yang kebanyakan disukai pria.
“ Kak Isyah, kak Nissa, kak Nana, Kak Tika. Wuah... alhamdulilah kalian datang juga, tadi kak Dimas cerita katanya kalian mau bantu aku dan Bunda di dapur ya” gadis cantik dengan rambut yang diikat asal dan baju tidur lengkap dengan sandal rumah menandakan ia belum mandi pagi
“ Iya Syila, kita bantu-bantu kalian didapur” sahut Tika yang memang lebih tau terlebih dahulu dari Dimas
“ Modus dia nyusahin kita” bisik Isyah kepada Nana dan Nissa
“ hihi yaudah ikutin ajah” kata Nissa merangkul Isyah yang tertinggal dibelakang mereka
Mata mereka disuguhi dengan pemandangan dapur yang rapih dan lengkap dengan segala perabotan. Sentuhan seorang wanita terlihat dari setiap penyusunan tempat mengolah makanan yang rapi dan sangat strategis, membuat siapa saja akan nyaman dengan dapur ini. khususnya wanita yang memiliki hoby memasak.
“ Eh, Alhamdulilah ada bantuan datang” Bu Ulan menyambut mereka dengan hangat, mengehentikan aktifitas memasaknya dan menghampiri keempat gadis berjilbab yang sudah berdiri didapur Bu Ulan.
“ Iya bu, gimana kabarnya?” tanya Nissa sembari mencium tangan Bu Ulan yang diikuti ketiga sahabatnya
“ Alhamdulilah baik, jadi sudah siap bantu Ibu hari ini? ini kebiasaan si Putra kalo buat acara selalu dirumah tapi yang repot didapur Ibu dan Syila” Tutur bu Ulan yang secara blak-blakan meminta mereka ikut bantu-bantu di dapur
“ Siap bu, kita mah sampe tuntas acara bakal disini” Ucap Tika dengan semangat yang sudah ditebak Isyah dengan niat lain
“Dasar udang dibalik batu” Isyah setengah berbisik kepada Tika
“Demi kelancaran pendekatan aku dan Dimas kalian harus berkorban waktu hari ini” tegas Tika yang terkesan memaksa mereka bertiga
“ Ibu ini cokelat ya?” Nana memegang sebuah mangkuk berisi parutan cokelat
“ Aduh Ibu, jauhkan cokelat dari manusia itu. Bisa habis nanti cokelat itu kalo ketauan si Nana ndut” Isyah menarik mangkuk cokelat itu dari tangan Nana
“ Ih.. apa kau ni Syah, aku Cuma pegang mangkuk itu” Nana mencoba mempertahankan mangkuk berisi cokelat itu
“ Gak papa, dimakan ajah. Dikulkas masih ada cokelat, karena di Syila seneng nyemelin cokelat. Jadi Ibu suka sedia cokelat” Ibu Ulan mulai mempersilahkan Nana untuk mengemil cokelat yang sudah diparut
“ Ibu mau buat apa?” Nissa mendekati bu Ulan yang memecahkan telur
“ Buat bolu, ya cemilan untuk temen-temen si Putra. Kasian masa cuma mau manggang ajah” ucap bu Ulan
“ Serahin ke Isyah ajah bu, dia jago kalo soal ngolah-ngolah makanan. Dia gesit kayak laki-laki bisa kesana-sini, segala urusan dapur dia bisa bahkan benerin genteng pun kalo gak ada cowok dirumah dia bisa bu.” Cerocos Tika
“ Wah keren banget doank Aisyah segala bisa, boleh nih ibu serahin masalah buat cemilan ke Isyah ya” Ibu Ulan memuji Isyah
“ Gak jago bu, bisa sedikit-sedikit mah. Boleh, tapi tetep diawasi bu. Kan ini dapur Ibu, nanti bisa jadi berntakan kalo ada kami.”  Isyah mencubit tangan Tika yang terlalu memaparkan tentangnya secara berlebihan
“ Gak papa santai ajah, kalian bisa berexperimen di dapur Ibu. Segala resep makan yang biasa kalian buat boleh dicoba, nanti kalo kurang bahan gampang kita ke toko sebelah.” Ucap bu Ulan
 Bu Ulan memang sangat baik, membuat tamunya nyaman. Mereka bertambah akrab dengan bu Ulan apalagi Syila gadis tomboi yang suka sekali cerita tentang kisahnya kepada mereka berempat membuat mereka merasa sudah lama bertemu padahal ini adalah kali keduanya mereka bertatap muka.
“ Dapur impian ini bu” Ucap Isyah yang menghampiri Nissa dan Bu Ulan yang sedang asik memotong cabe dan bawang
“ Loh kok bisa?” Tanya bu Ulan
“ Suasana natural dari cat hijau di padukan cat putih, oven listrik, microwave,kulkas, dan perintilan lain dapur Ibu. Buat nyaman banget hihhi... betah kalo gini mah” Ucap Isyah memperhatikan setiap inci dapur bu Ulan
“ Ibu suka ngolah makanan juga, banyak banget buku resep yang ibu koleksi. Tapi yang fokus masak paling hari Sabtu dan Minggu saat libur sekolah gini. Karena semajak kurikulum 2013 jadwal disekolah menang cukup padat. Buka saja lemari yang itu, koleksi buku masakan numaya banyak.” Bu Ulan menunjukkan letak lemari buku yang dimaksud
Tanpa malu Isyah langsung menghampiri lemari buku yang ditunjuk bu Ulan, rak buku mini itu tampak rapi dengan jajaran buku resep-resep masakan.
“Nissa...!!! kamu harus rajin  baca buku resep masakan juga, biar jadi menantu kesayangan bu Ulan”  Ucap Nana yang juga melihat rak buku khusus resep masakan bu Ulan
“ Tuh bener, jangan baca buku MK dan novel mulu wwkwkwk. Kamu harus bisa duet dengan bu Ulan” Isyah tertawa didukung Nana yang memang merasakan bahwa Nissa sedari tadi selalu mendekati bu Ulan untuk lebih mengenal Putra dari Ibu kandungnya
Nissa hanya melotot kepada Isyah dan Nana yang mengejeknya, wajahnya memerah karena malu dengan ejekan meraka.
“ Nanti bisa belajar bareng ya nak” ucap Bu Ulan yang menyadari bahwa Nissa sedang menahan malu karena diejek sahabatnya
“ Bunda ini wangi apa?” dari arah pintu dapur Syilla mengenduskan hidungnya mencari sumber wangi yang sedari tadi menggangu ia saat mandi
“ 2 sumber wangi dek, wangi gadis-gadis yang lagi mengolah makanan didapur dan wangi kue yang dibuat mereka” bu Ulan memandangi anak gadisnya yang sudah terlihat segar setalah mandi
“ Ini wangi kue Bunda, enak banget ada aroma cokelatnya” Syilla mendekati oven yang ia yakini sumber wangi aroma cokelat itu
“ Brownies kering ini dek Syila, nih cicip deh udah mateng. Pas bangen kamu datang” Isyah membuka oven dengan sarung tangan kain yang tebal
Kue kering munyil berukuruan 2 cm nampak menggoda dengan aroma cokelat yang sudah mengetuk indra penciuman
“ Tiup dulu dek“ Nissa melihat Syilla yang langsung mencomot kue panas
“ Wkwkw iya... ue..nak ini, panas tapi” mulut Syilla terus menguyah brownies kering yang baru keluar dari oven
“ Liat si Nana, udah melotot ajah ngeliatin kue mu Syah” Ucap Tika
“ Liat doank aku” Nana menelan ludah karena memang sudah tergoda dengan melihat kue itu
“ Liat dulu ntar dicomot ya Nana Ndut” kata Isyah dengan memainkan alis sebelah kirinya
“ Nah, bener kau Syah” Nana sudah mecomot 2 brownies kering ditangnya
“ Sini kita cicip-cicip dulu kuenya, ditambah teh anget enak kayaknya. Biar ibu buat dulu”
“ Jangan bu, Nissa ajah yang buat tehnya” Nissa menahan Ibu Ulan yang meninggalkan kursinya
“ Biar calon menantu Ibu saja, gitu harusnya Nis” kata Isyah tersenyum kepada Nissa
“ Isyah...! “ Nissa melirik Isyah yang sedang menyusun kue-kue dalam toples
Pagi ini mereka habiskan dengan menuangkan segala resep makanan yang dipimpin Isyah sebagai ketua konsumsi dadakan. Sedangkan Bu Ulan seperti sudah menyerahkan seluruh dapurnya untuk  diolah kelima mahasiswi yang niat menyelesaikan tugas malah mendapat tugas tambahan.
“ Pake jilbab mu dek!, Temen abang udah banyak yang datang” pria keturan Palembang itu berdiri didepan pintu dapur, kaos hitam bertuliskan 1 kata tulisan “unknow” terlihat simpel dengan celana jeans bewarna hitam sangat cocok dengan dadanya yang cukup bidang
“ Ntar bang, sekalian dzuhuran” Jawab Syilla dengan tangan penuh minyak bekas goreng tempe yang ia cemili
“ Nih bawain kedepan, makanan hasil karya anak-anak bunda didapur” Bu Ulan menyerahkan nampan berisi kue dan makanan lainnya
“ Anak-anak bunda? Didapur ada berapa anak emang?” Putra heran dengan kalimat anak yang disebutkan ibunya lebih dari satu
“ Tuh, lihat ada 5 anak gadis Bunda. Ketua konsumis hari ini tuh yang lagi manggang.” Menunjuk Isyah yang masih mengecek kue panggangan terakhirnya
“ Dia..!!! (menunjuk Isyah) Bunda kalo pilih anak yang mendingan kenapa?” kata Putra yang menatap Isyah dari pintu dapur
“ Eh mata mu mau aku colok, biasa ajah kalo liat!” Isyah langsung menyerang Putra yang menatapnya
“ Cari anak yang kaleman sedikit bunda, cukup Syilla sisi kalemnya gak ada ini ditambah dia yang Putra yakin gak ada... ” Putra kini mendekat pada Ibunya yang sedang memotong kue
“ Gak ada apa! Kalo ngomong terusin” Isyah mendekat pada Putra yang dibatasi meja makan
“ Terusin kemana? Aku gak lagi berkendara” Putra kini duduk dan menguyah brownies kering yang ada dimeja
“ Bu... boleh Isyah ngelempar dia pake piring?” Isyah justru membuat bu Ulan tertawa dengan pertanyaan anehnya
“ Jangan kak Isyah, (cegah Syilla) jangan ragu-ragu maksud adek” kata Syila yang ikut mendukung Isyah
“ Abangmu siapa dek? Kamu kok dukung dia” kata Putra mengacak-ngacak rambut adiknya
“Abang Putra abangnya adek, dan kak Isyah kakaknya adek. Kali ini adek mau lihat aksi lempar piring dari kak Isyah” Syilla berdiri seakan menjadi wasit dalam sebuah perlombaan
“ Eh, kalian ini ayo coba disusun makananya didepan. Nanti keburu datang tamunya” Bu Ulan menengahi keduanya
“ Apa mau buat coffe juga, bang?. Kalo cowok kumpulkan pasti gak jauh dari coffie” Nissa merubah panggilan kakak kepada Putra menjadi abang membuat ketiga sahabatnya makin yakin bahwa Nissa memang menyukai Putra
“ Ya boleh juga” Putra menyetujui saran Nissa
“ PANTESAN..!!! didepan kayak kenal 2 motor yang gak asing suka nimbrung di parkiran ” pekik seseorang yang tiba-tiba datang
Isyah dan ketiga sahabatnya kaget melihat Dani yang juga ada di rumah bu Ulan
“ Weh.. akhirnya datang juga!” Putra langsung bersalaman dengan salam gaya cowok yang mengepalkan tangannya lalu menyatukan dengan tangan lawannya yang sama-sama mengepal
“ Biasa tugas akhir, ngerjain minta dikerjain sebentar. Tante gimana kabarnya?” Dani mencium tangan Bu Ulan
“ Alhamdulilah baik, kemana ajah nak? Kok baru main lagi” Ibu Ulan mengusap kepala Dani yang masih menyalaminya
“ Lagi sok sibuk tugas akhir bu, kejar tayang biar sesaui target” ucap Dani
“ loh bukannya seangkatan sama Putra? Kok sekarang baru ngurus skripsi.” Bu Ulan masih memandangi Dani
“ Dani waktu itukan gak berhenti 2 tahun karena problem pendanaan bu” Senyum Dani mengisyaratkan ia tak ingin membahas tertundannya masalah pendidikanya
“ Kenapa dimana ada kita disitu ada kak Dani juga?” Ucap Nissa membawa nampan isi 2 cangkir kopi
“ Jodoh mungkin Nis, hahaha” Dani tertawa mengucapkan kalimatnya
“ Jangan dia udah jadi calon menantu Bu Ulan” Isyah langsung menyambar
“ Loh kok ngatur?” kata putra seperti ingin meneruskan perdebatanya tadi
“ Gak ngatur! Tapi mencoba menjelaskan” kata Isyah tegas
“ Isyah cemburu? Kak Dani bilang gitu ke Nissa.” Dani menyesap Kopinya
“ hadeh! Apaan lah?” Isyah meninggalkan dapur membawa 2 toples kue  di tangan kanan dan kirinya yang siap disusun di meja depan
Tenda itu kini sudah dihuni manusia-manusia yang kebanyakan para pria kemungkinan berumur 23 tahun sampai 30 tahun terlihat dari masing-masing wajah yang mulai menampakkan beberapa guratan keriput yang tidak kentara jelas tapi jika diperhatikan pasti terlihat. Ada beberapa wanita yang ada diperkumpulan mereka hanya beberapa dalam hitungan jari saja, bikers jacket dan sepatu boots bewarna hitam dengan hak setinggi 2cm nampak menandakan wanita-wanita itu adalah bagian dari club motor yang diketuai Putra. Cangkir kopi sudah menemani obrolan mereka ada beberapa yang mengepulkan asap rokok.
Nissa dan Tika sudah duduk manis didalam gazebo 2 x 3 M ditemani Putra, Dimas Dani dan  wanita cantik berambut pirang dengan gradasi warna cokelat dan maroon persis seperti wanita yang pernah ia lihat saat Putra mengendarai motornya. Nana dan Syilla sibuk dengan cokelat-cokelat di meja dapur yang sudah mereka cemili sembari ngobrol, Isyah mencari sosok bu Ulan yang ternyata sudah tertidur disofa ruang keluarga. Ia keluar lagi berniat menghampiri teman-temannya di Gazebo taman depan.
Nissa melambaikan tanganya pada Isyah yang berdiri di dekat teras, langkahnya terhenti mendapatkan hpnya bergetar. Notif pesan yang sudah ia tebak isinya, Isyah membalikkan badannya kembali masuk kedalam rumah Bu Ulan. disusurinya beberapa tempat yang masih wajar untuk tamu sepertinya berjalan, dapur itu masih dihuni Syilla dan Nana diramaikan suara keripik yang dikunyah masing-masing. Isyah memutuskan untuk pergi kebelakang, dari suara yang ia tangkap seperti ada burung berkicau dan suara air mengalir.
“ Ini mah kalo mau sayur tinggal makan” Isyah takjub dengan taman dapur yang dipenuhi sayuran dan tanaman herbal, kolam kecil isi ikan hias nampak apik didesain, burung berkicau bukan dari sebuah sangkar justru mereka mampir bertengker di atas pohon jambu yang sudah mengeluarkan bunga untuk menghasilkan buah
Isyah menemukan kursi lengkap dengan meja menarik perhatiaanya untuk segera bersantai menikmati pemandangan yang menyejukkan mata dan hatinya. Ia tempelkan pantatnya pada kursi kursi kaya, menyenderkan punggungnya pada punggung kursi. Jemarinya mengotak ngatik hp, melihat notif pesan email yang masuk.
“ Semester enam masa mau mundur sih, aku seniat ini sekolah lah dihadang dana yang gak dukung, kok pengen mewek ya” Isyah megoceh pada layar hp-nya
Email berisikan persyaratan wajib lunas untuk setiap mahasiswi yang akan mengikuti ujian, cukup jadi bebanya. Mengigat ia memang mengandalkan keringatnya sendiri untuk sampai duduk sejauh ini mengeyam pendidikan di perguruan tinggi. Matanya sudah berkaca-kaca ingin mengeluarkan sedikit beban yang kini sedang terasa
“ Ngajar anak Paud, jualan kue, kerja didesa, nulis artikel perasaan juga udah hemat” Isyah menghitung sumber pendapatanya yang memang kecil tapi semua cukup berharga untukknya
“ Apa harus jual ginjal” Isyah menjeda kalimatnya “ginjal ayam tetangga” Isyah terkekeh kecil ia berusaha menghibur dirinya sendiri,
 Voice recorder sengaja ia buka agar merekam semua unek-uneknya, yang nanti setelah malam tiba akan diputar dan ditulis dalam catatannya.
“ Ginjal ayam oseng!” kata Putra yang duduk tepat di samping kursi Isyah yang hanya terpisah meja kecil
“ Heh!... kamu dari kapan disitu” Isyah menyipitkan matanya mengintimidasi Putra yang duduk disampingya
“ Dari kata semester enam” ucap Putra santai
“ Nih, bakso bakar! Makan” tambah Putra sembari menaruk mika isi 10 tusuk bakso bakar yang wanginya berhasil masuk kedalam lubang hidung Isyah
“ Kamu ngikutin aku?" Isyah masih menyipitkan matanya memperlihatkan kening mengkerutnya
“ Ini rumah ku! Bebas mau kemana aku berjalan. Jangan gr aku ngikutin kamu” Tegas Putra yang sekarang justru sudah melahap bakso bakar
“ kamu gak akan kenyang, kalo cuma negliatin bakso bakar ini” ucap Putra yang memperhatikan Isyah mematung melihat bakso bakar diatas meja
 Kamu kadang betul juga” Isyah tersenyum sembari mengambil 1 tusuk bakso bakar yang masih hangat
“ Eh, bisa tidak kamu sematkan kata penghormatan. Didepan panggilanku” Putra memandangi jilbab syari Isyah yang dimainkan angin
“ Gimana maksud mu tuh!” Isyah meniup bakso bakarnya yang cukup panas
 “ lihat KTP ku baik-baik, perhatikan tahunnya” Putra memberikan KTP miliknya pada Isyah
“ 1994? Terus gimana Muhammad Hamaam Saputra?” Isyah untuk pertama kalinya mengetahui kepanjangan Putra
“ Aku lebih tua dari kamu, jadi sematkan kata kakak atau abang ketika memanggil” Kata Putra dengan mengambil kembali bakso bakar
“ kagok! Soalnya kamu ngeselin” Ucap Isyah
“ Eh, kamu peka gak sih?” tambah Isyah yang nada bicaranya serius
 “ Peka apa? Telinga atau rasa?” Putra mengekspresikan diri yang bingung dengan kalimat Isyah
“ Peka rasa! Nissa itu ada rasa loh sama kamu. Coba deh peka” kata Isyah seperti bersemangat ingin sahabatnya Isyah menjadi menantu Bu Ulan yang baik padanya dan ketiga sahabatnya
“ Masih pake kode? Aku gak peka gituan” Putra memangku kaki kirinya diatas lutut kanannya
“Wanita memiliki seribu kode dan pria adalah mahluk yang sulit peka” ucap Isyah serius pada Putra “masalahnya adalah kamu salah satu jenis yang tidak peka, jadi biar kuajari kamu memahami hal itu.
“Gak perlu! Itu gak penting!” Putra menengok Isyah yang kepayahan menahan angin memainkan jilbabnya “ini sedikit solusi dari problem mu dari aku teman mu” Ucap Putra
Isyah beberapa detik memandang Putra dengan rambut gondong yang ia uraikan, nampak sedikit acak-acakan dimainkan angin yang ada ditaman itu. Telinganya siap menerima masukan itu, entah rasanya Putra sedang diposisi serius.
“ Syah Jika dana tak mampu mendukung mu dalam pendidikan, buat seseorang mempertahankan dirimu di kampus dengan karya mu!. Prinsip itu berlaku dimana saja, tentunya dengan kemampuan mu juga.” Putra berubah menjadi seperti kakak yang menasehati adiknya. Isyah terdiam mendengarkan setiap kalimat yang muncul dari bibir lelaki berdarah palembang itu. Sosoknya kali ini sedikit terlihat bijak dimata Isyah.


BAB 7 MATA DAN HATI YANG HARUS BEKERJA DENGAN BAIK
Rutinitas bangun tidur yang tak pernah ia hilangkan adalah berdiam diri dengan mata memandang atap-atap kamar, Isyah selalu menyebutnya olahraga mata dan pemanasan sebelum bangkit memulai aktifitas. Kepalanya sedikit pusing mungkin efek semalam perjalanan pulang dari rumah bu Ulan yang ditemani rintik hujan.
“Hah....! semalem?” Isyah memiringkan badannya kekanan menemukan jaket hitam saksi cerita kejadian semalam, persis seperti memutar kembali film ia menatap jaket yang ditarunya diatas kursi belajarnya
“ Kenapa sikap Nissa jadi dingin? Apa dia cemburu? Ah, masa cemburu sama aku yang  gak ada setengahnya dari cantik dia. Nissa manusia lemah lembut itu gampang banget jadi baperan” Isyah mengacak-ngacak rambutnya, lamunanya justru semakin dalam saat memandang jaket yang terletak di kursi belajarnya
Malam itu usai shalat magrib jamaah di musholah keluarga bu Ulan, memang Isyah dan teman-temanya bersiap untuk pulang. Tugas yang memerlukan bantuan bu Ulan juga sudah selesai, bantu-bantu jadi bagian konsumi dalam acara dadakan Putra bahkan sudah selesai. Sikap dingin Nissa mulai terlihat dimata Isyah. Seperti ada jarak, atau ada sesuatu yang membuat Nissa agak aneh menurut tingkat kepekaan Isyah sebagai sahabatnya.
Dengan kening yang diurutnya pelan “ Niss, kamu yang bawa motor ya” Isyah memberikan kunci motornya pada Nissa
“ Sama Nana ajah, nanti aku sama Tika” Nissa tak menatap Isyah, matanya fokus memainkan Hanphonenhya
“ Ibu khawatir masa anak-anak gadis pulang malam gini, sudah nginep ajah. Nanti biar ibu telpon orang tua kalian” Tawar Bu Ulan merasa khawatir dengan keempat mahasiswi cantik
“ Terimakasih bu, kayaknya malah gak enak kalo kita semua nginep. Kita hati-hati dijalannya bu, pelan-pelan kok” Nissa mencoba menyakinkan bu Ulan
“ Iya bu, kita mau pake jurus berkendara alon-alon penting kelakon” nada jawa dari Tika berhasil membuat Dimas tersenyum
“ Diantar saja yo dek, biar kalian aman” raja gombal itu kini membuat hati Tika kembang kempis karena perhatiannya, siapa lagi kalo bukan Dimas
“ Eh, jangan nanti malah dikira kita main. Emak aku, orangnya galak. Nanti bisa panjang urusan” Isyah menolak Dimas yang menawarkan diri akan mengantar mereka
“ Mau Pulang atau mau ngbrol!” Putra sudah duduk diatas motornya
Itu orang mau nganter? Lah gimana kan kita orang empat, malem-malem goncengan apa kata tentangga? Gimana respon emak?” Isyah sudah parno dengan semua khayalanya
“ Kita berdua gak nganter, ini Cuma ngawal kalian sampe tujuan” Putra seperti membaca ekspresi wajah Isyah yang sedang parno
“ Nah Bunda lebih tenang kalo dikawal gitu, Dimas juga ikut ngawal di belakang” Bu Ulan meminta Dimas mengawal keempat gadis itu
“ Kak Sastra kemana? Eh, kak Dani maksdunya” Isyah menanyakan keberadaan Dani yang memang dari tadi sore ia tak melihatnya
“ Tadi Pulang katanya mau kerumah dosen dulu takut kesorean” Syilla memberikan penjelasan
Tin...!!! telakson motor Putra mempercepat langkah mereka untuk naik motor masing-masing “ Semakin lama, semakin malam!” wajah datarnya membuat Isyah ingin menimpuk dengan sepatu yang dikenakanya
Pelan tapi pasti jalan yang baru diguyur hujan itu dilintasi keempat motor dengan laju yang santai, lampu-lampu jalan menerangi perjalanan mereka. Dingin malam menusuk setiap kulit anak manusia yang sedang melintas di malam dengan rintik hujan yang cukup membuat helm mereka berembun.
“ Isyah..!!!” Nana mendekat pada kesebelah kanan Isyah tangnya kini sudah masuk kesaku jaket Isyah
“ Apa!” Isyah teriak
“Nissa kenapa minta tukeran gini, wkwkwk mukanya aneh tadi” Nana tertawa kecil, membuat Isyah berpikir yang tak menentu tentang Nissa
“ Kasian sama Tika bawa kamu gendut!!!” Isyah tertawa dengan perasaan menganjal karena perubahan Nissa
Putra dengan motor honda VT1100 si motor klasik yang memimpin perjalanan pulang keempat gadis itu sesekali meliat sepionnya hanya untuk memastikan mereka aman, padahal dibelakang sudah ada Dimas yang iku mengawal rasanya perhatian Putra terlalu kentara dipandangan keempat gadis itu.
“ Na.. gantian bawa motor ya” Tambah Isyah yang langsung menghidupkan lampu sen kirinya untuk sebentar gantian posisi dengan Nana, karena email yang di buka Isyah tadi sore meninggalkan sakit kepala ditambah rintik hujan membuatnya sedikit menyerah mengendarai Black. Ia hanya takut terjadi kecelakaan karena memaksakan diri
“ Kenapa girls?” Tika ikut menepikan motornya diikuti Dimas yang melihat mereka menepi
“ Ngantuk! Gak fokus nyetir” Ucap Isyah setengah menutupi rasa pusing dikepalanya
“ Dasar senior rebahan!” Tika tertawa sendiri tanpa mendapatkan perhatiaan Nissa yang memang sudah menampakkan sikap anehnya sejak sore hari sampai sekarang pun belum Isyah temukan apa penyebabnya
“ Ntar dulu Na!” Isyah melepas jaketnya “ Pake, dingin tau! Kan kamu nyetir jadi harus nyaman” Isyah memberikan jaket Cream pada Nana
“ Gak cukuplah! Kan body kita beda” Nana menyadari bodnya sedikit berisi dari pada Isyah yang termasuk kategori kurus dengan bb 50 Kg
“ Gaklah, ini jaketnya L jadi muat sama badan mu. Pake! Tuh liat si manusia itu balik kesini” Isyah buru-buru naik motor karena melihat Putra yang berbalik arah menghampiri mereka, takut jika  akan Putra yang memburu-buru mereka dengan telakson motornya.
“ Kenapa?” Tanya Putra yang turun dari motornya
“ Gak papa! Tukeran posisi” Jawab Isyah cepat
“ Kenapa?” tanya Putra kembali
“ Kenapa apaan!?” Isyah bingung dengan pertanyaan kenapa untuk kedua kalinya
“ Jaket dilepas gitu, ini gerimis bodoh!” ucap Putra yang menunjuk jaket ditangan Isyah
“ Biar kerasa gerimisnya!” sentak Isyah yang tak suka dengan kata bodoh diutarakan padanya
Mereka melanjutkan perjalanan, kini Isyah sudah duduk dibelakang. Dingin angin malam makin merasuk kedalam kulit. Beberapa kali Isyah tak nyaman dengan jilbab bagian belakang yang ditiup angin cukup kencang, jaket yang diberikannya pada Nana seharusnya mampu menahan dingin hari ini. tapi rasanya lebih kasian jika Nana yang berada didepan tak mengenakan jaket, mengigat angin akan makin terasa kencang jika kita mengendarai motor duduk didepan.
Lalu lalang kendaraan lain sesekali memberikan cipratan kecil pada mereka, bekas hujan sore tadi rupanya masih mengenang di jalan. Isyah makin membungkukan tubuhnya, merapatkan peluknya pada Nana.  
“ Lambat banget sih Na! Ngantuk aku dibelakang” kaca helm itu dibuka Isyah, ia membiarkan rintik hujan membasahi wajahnya
“ Kau nih! Diam lah! Penting sampai rumah” Sentak Nana pada Isyah yang tak ingin konsentrasi berkendaranya buyar
Tin.. tin..!! “ Hoy! Baju nerawang!” Motor Tika kini lebih dekat dengan motor yang dikendarai Nana dan Isyah
“ Hah! Apaan?” Isyah mencoba menangkap maksud teriakan Tika
“ Nerawang! Ba..ju kamu ne..ra..wang!” Tika dengan susah payah menggerakkan mulutnya memperjelas kata nerawang pada Isyah
“ YaAllah masa iya!” Isyah menarik jilbab syar’i  kebelakang tubuhnya, memengangi ujung jilbab agar tak dikibaskan angin.
Bentuk nerawang baju aku gimana sih? Apa kayak ibu-ibu yang pas hujan terus pakaian dalamnya kelihatan. His, keenakan cowok-cowok donk! Ini mah sama ajah macing kucing garong.” Isyah menoleh kebelakang memperhatikan Dimas dan Putra yang mengawal mereka, hatinya berseteru dengan kalimat nerawang yang diteriaki Tika tadi. Dengan posisi tak nyaman ia terus memengangi jilbab agar mampu menutupi baju tipisnya, walau si angin jail malam ini terus meniup-niup jilbabnya. Sebenarnya sumber utama solusi hari ini karena jaket yang seharusnya ada ditubuhnya kini harus ada ditubuh Nana.
Tin..! telakson yang dibunyikan sekali itu langsung membuat Isyah dan Nana menoleh kesebelah kanan, lelaki itu melemparkan sesuatu yang membuat keduanya kaget.
“ Apa itu Syah!” Nana juga yang melihat sekilas benda yang dilemparkan kearah mereka
“ Pa-ke! Jangan buat orang menghayal!” teriak Putra menatap Isyah beberapa detik kemudian mendahuli kendaraan mereka 
“ Menghayal apa!?” Nana justru bertanya kembali pada Isyah yang sama-sama bingung
“ Hah!” Kali ini Isyah sudah loncat dari kasurnya dan langsung menggapai jaket yang ditaruhnya di kursi belajar “Baju nerawang! sama menghayal!?. Astagfirullah... baru maksud aku. Apa gamis yang malem nerawang? Eh, yaiyalah walau gerimis gitu lama-lama ya basah juga! dan aku gak pake jaket terus si manusia itu dan Dimas dibelakang, YaRabbi, bisa jadi  pikiran mereka berkenala. Ih, nauzubillah!” Isyah berspekulasi dengan semua kejadian semalam
 “ Teteh! Nanti aku ikut konvoi sama pacar mu itu ya, bolehlah muka teteh pas-pasan bisa dapet cowok keren kayak kak Putra” Oceh Hasan yang memakai seragam putih abu-abu yang hanya menampakkan kepalanya dibalik pintu kamar Isyah, Putra dan Dimas mengiringi keempat gadis itu sampai rumah Isyah bahkan mereka berdua sempat ikut masuk kedalam dan mengbrol dengan kedua orang tua Isyah
“ Sembarangan!!” Isyah melempar jaket yang dipegangnya kewajah Hasan “Muka natural penuh kearifan lokal gini, dibilang pas-pas-an! Menghina Allah kamu DEK!” Isyah mengibaskan rambutnya yang masih berantakan karena bangun tidur
“ Dia bukan pacar teteh!” Tambah Isyah “
“ Gak menghina, tapi coba. Pake make-up kayak Kak Nissa biar anggun dikit gitu. kan bisa gebet pria-pria semalam.” Hasan terkekeh kecil menggoda kakaknya
Mendengar kata Nissa, Isyah perlu meminta kejelasan tentang sikap Nissa yang tiba-tiba jasi cuek bebek kepadanya. Jika tidak, hati dan pikiranya akan dipenuhi dugaan-dugaan yang tak baik.
Aktifitasnya kini berjalan normal, Black kembali menemani Isyah kemanapun ia pergi. Perkiraannya saat menyalip kendaraan lebih matang, mengotak ngatik gigi untuk laju motor yang nyaman. Helm bertuliskan im muslimah, sarung tangan kain warna hijau, tubuh yang dilapisi jaket dan tas maroon gendongan yang mengendarai motor bebek jadul bewarna hitam dengan beberapa modifikasi list warna merah nampak begitu hafal dengan jalan utama menuju kampusnya.
 Black, Isyah tinggalkan dalam keramaian di parkiran yang memang sering digunakan untuk beberapa mahasiswa bercengkrama atau menunggu seseorang. Matanya memandangi gedung-gedung fakultas yang nampak gagah, melihat berbagai macam ekspresi mahasiswa yang lalu lalang dengan kesibukanya masing-masing. Isyah menyusuru lorong kampus dengan Hati dan pikiran  ia coba kuasai meski penuh dengan beban-beban yang muncul secara bersamaan. Email dari bagian administrasi yang membuatnya migran, kerjaan yang tertumpuk karena fokus mengerjakan tugas kampus, dan  Nissa yang perlu ia minta kejelasan karena sikapnya yang dirasa Isyah ada masalah.
“ Assalammualikum...” isyah langsung menghampiri ketiga sahabatnya
“ Walaikumsalam...” jawab ketiganya kompak
“ Malem kalian kok langsung pada pulang?” Tatpan Isyah justru menatap Nissa yang terlihat pura-pura sibuk dengan ponselnya
“ Apaan kamu ajah tidur, pas aku lihat kekamar” Tika memanyunka bibirnya
“ Lah, kan aku kira kalian ngbrol sama Putra dan Dimas. Jadi, tak tinggal tidur pas selesai bersih-bersih badan” Isyah mengeser Nana yang duduk dibangkunya
“ Ist... sempitlah! datang-datang geser tempat orang. Tadi malam kalo Nissa gak kekeh ngajak pulang, aku juga mau nyusul kau tidur. Dia maksa pulang ke kosan terus dia boncengan sama Putra. Kau taulah mana mungkin BOTI (Bonceng Tiga), jadi Nissa kuhempaskan ke motor si Putra ” Nana dengan semangat menceritakan kejadian semalam
“ Coba kamu hempaskan aku ke Dimas, kan jadi PDKT ku lancar.” Tika mengipas-ngipskan buku pada wajahnya, padahal ac ruangan kelas ini hidup.
“ AH... cie..! romantis amat kamu Nis. Rintik hujan berdua gitu diatas kendaraan. Kayak Dylan dan Milea ajah, tapi jangan pelukan ya! Belum waktunya” Isyah mencoba mencairakan suasana hati Nissa yang terlihat belum baik dari kemarin sore
“ Apaan sih? Kalo gak dipaksa Nana juga mana mau. Aku duduk dibelakang dulu ya, mau ada yang mau aku obrolin sama Dewi” Nissa menarik tas dari mejanya dan meninggalkan ketiga sahabatnya
Ketiganya hanya saling menatap seolah saling bertanya sikap Nissa yang tak biasannya seperti itu, bahkan saat meninggalkan mereka tampak wajah Nissa terlihat dingin walau memang ruangan ini dingin karena Ac. Tapi terlalu sering bersama membuat keempat sahabat ini faham akan perubahan yang terjadi.
“ PMS kali!” kata Nana menjawab tatapan Isyah padanya
“ Atau cemburu!” Kalimat Tika berhasil membuat otak Isyah berpikir tentang kejadian sore kemarin, saat Nissa menemukan Putra sedang duduk berdua dengan Isyah di taman belakang rumah bu Ulan.
“ Astagfirullah, iya bisa jadi! Kemarin dia manggil Putra karena temen-temen anggota club motornya nyariin Putra. Dan emang, Nissa ketemu Putra lagi sama aku di taman belakang. Duduk berdua sempet ngbrol sedikit sih, tapi kita duduk numayan jauh orang kehalang meja terus itu juga gak janjian!. Aku dulu yang di taman itu, terus Putra juga ke taman yaudah donk ngbrol bentar. Masa iya aku matung diem ajah pas yang punya rumah datang. Lagi pula yang aku obrolin di taman itu ya menyangkut Nissa” Isyah menjelakan panjang kali lebar pada Nana dan Tika dengan suara yang sedikit pelan takut jika teman-teman lain mendengar pembicaraan mereka
“ Fiks! Cemburu buta!” Celetuk Tika dengan ekspresi hebohnya yang berhasil menarik pandangan Nissa kearahnya
“ Tika! Mulut kau!, nanti dia salah faham lagi” Nana setengah teriak kepada Tika berharap Tika bersikap biasa saja
“ Duh, apa yang dilihat Nissa jadi salah arti dihatinya” Isyah langsung melihat kearah Nissa yang duduk dikursi belakang, terlihat asik mengobrol dengan teman sebangkunya. Tapi Isyah yakin, itu hanya akal-akalan Nissa agar terlihat sibuk untuk menutupi rasa cemburunya.
 “ Cepet jelasin, apa yang dilihat dia emang gak gitukan?” Nana melihat Isyah dengan raut wajah bingung
“ Iyalah!, lagian apa sih kan Nissa juga gak ada hubungan spesial sama manusia itu. Masa harus cemburu gak jelas gini” Ucap Isyah mengaruk kepalanya yang ditutupi jilbab syar’i warna cokelat
“ Isyah maaf ya” Kata Nana memegang pundak Isyah
“ Maaf kenapa” Isyah bingung
“ Maaf kau bego sih! dimana-mana kalo orang suka bisa ajah cemburu tanpa sebab! Umur kau berapa sih? Masa masalah gini gak faham. Kau terakhir suka sama orang kapan?” Nana menekankan kata bego dengan ekspresi kesal
“ Sa ae kamu Na, aku kira minta maaf gara-gara apa. Ya seharusnya gak usah pake kode gitu, ngomong kek cemburu. Udah ah, mau aku jelasin sekarang.” Isyah berdiri menghampiri Nissa yang duduk dibelakang
“ Eh BOCAH! Nanti lagi jam istirahat ajah” Tika menarik lenggan Isyah
“ Simpan dulu semangat untuk memberi penjelasan kepada Nissa yang cemburu buta. Dosen tuh udah datang” Nana menujuk dosen yang sudah berjalan menuju kelas mereka
Setiap kampus pasti memiliki dosen yang bersifat seperti lenternir, bedanya secara halus akan mengigatkan masalah administrasi kepada mahasiswa secara lembut, halus, pelan tapi pasti menyingung mahasiswa yang bernafas di kampus dibantu Surat Pernyataan atau lebih dikenal dengan surat sakti. Ya siang ini, dosen cantik lemah lembut dan mempunyai sifat keibuan ini secara halus memperingati mahasiswa untuk menyelesaikan administrasi dengan cara yang sudah dihafal Isyah.
“ Ayo sebentar lagi UTS, registrasi segera diurus.” Ucap Dosen berumur 35 tahun itu dengan gaya khasnya yang berdiri di tengah-tengah mahasiswa tepatnya kalimat itu muncul 5 menit sebelum berakhir jam mata kuliah kali ini
“ Administrasinya diseriusin sedikit ya!, masa sepa-ket da-ta dan sepa-ket pro-duk kecantikan yang buat wajah kalian glowing bisa direalisasikan. Dan untuk administrasi kampus kalian kesampingkan. Ibu tau loh paket kecantikan itu gak ada yang dibawah 200 ribu” Tamabah Dosen cantik itu dengan suara yang lembut namun terasa menyakitkan bagi sebagian orang
Apaan sih bu, kalo tanpa paket data gimana ngerjain tugas seabrek yang dikit-dikit harus punya referensi jurnal dan saudara-saudaranya. Lah itu perawatan wajah 200 ribu keatas aku gak kebeli, mending nyicil semesteran” Jawab Isyah dalam batinya
 Dengan begitu seisi kelas akan membuat kalimat Dosen cantik itu menjadi sebuah humor belaka, walau pada hakikatnya yang dibicarakan dosen itu juga benar. Bahwa ada beberapa mahiswa yang mengesampingkan administrasi demi gaya trendi yang mereka ikuti. Tapi tidak semua, ada segelintir mahasiswa yang dengan perjuangannya harus mampu bertahan melanjutkan pendidikan yang mereka anggap penting sebagai invistasi masa depan.
Jam kuliah kali ini sedikit kacau, pikiran Isyah berkelan kedua cabang yang berbeda. Memikirkan Nissa yang salah faham padanya dan mencari cara menyelesaikan ancaman DO dari pihak kampus karena administrasinya cukup bermasalah.
Apa aku terlalu egois, melajutkan pendidikan ditengan kurangnya suntikan dana.” Ucap Isyah lirih dengan pikiranya sendiri
“ Nissa!” akhir jam kuliah yang sudah dinanti Isyah akhirnya tiba juga
“ Kenapa Syah, aku mau keperpus nih” Nissa mengemasi buku diatas meja, seperti sudah memabaca maksud Isyah yang menghampirinya. Nissa ingin bergegas pergi
“ Bentar ajah, ini masalah dunia akhirat” Isyah dapat menangkap jelas wajah sahabatnya sedang menyembunyikan rasa kesal, walau menerut Isyah hal itu tak wajar dan terlampau aneh
“ Dunia akhirat apa? Alay banget kamu” Kata nada datar
Isyah terdiam memperhatikan Nana dan Tika yang sepertinya sengaja pergi dari ruangan ini, meninggalkan dirinya dan Nissa untuk memperjelas semuanya.
“ Apa yang kamu gak sesuai dengan apa yang kamu nyatakan dalam pikiran mu Nis” Isyah duduk disamping Nissa
“ Gimana aku gak jelas pembahasan mu?” Nissa membuang pandanganya kearah jendela kelas yang terbuka
“ Soal Putra, dan semua yang kamu lihat dengan persepsi mu, aku deketin Putra. Salah Nis! Aku mana mungkin nikung orang yang kamu suka” Isyah menatap Nissa serius
“ Apa sih? Kamu kayak dukun sok nebak-nebak isi pikiranku.” Nissa memperlihatkan wajah kesalnya
Ngelak kamu! Aku tau sebelum kamu jujur” batin Isyah
“ Yaudah apapun itu, aku rasa kamu dari kemarin agak beda ajah.” Isyah kini menyelidiki gerak gerik Nissa yang mulai tak nyaman
“ Beda apa? Aku duduk dibelakang emang ada perlu sama Dewi”
“ Mata, hati dan pikiran kita harus bekerja dengan baik. Apa yang dilihat sebelum dimasukkan ke hati harus dipikirin dulu, biar hati kita gak salah menerima yang dilihat” Ucap Isyah tersenyum pada Nissa yang bersiap meninggalkanya
“ Kamu kenapa sih Syah? Udah ya, aku mau keperpus dulu” Nissa masih mendengar kalimat Isyah
Kamu yang aneh Nis!” batin Isyah


BAB 8 TAMU YANG HANYA SINGGAH
Jalan Allah itu kadang lucu, di hadapkan masalah tapi sepaket dengan sebuah hiburan. Dasar saja manusia penuh dengan ambisi tanpa sadar beban mereka memang sudah ada jatah yang sesuai dengan kemampuan setiap indivindu. Hanya tinggal menjalankanya, menikmati setiap detail ketidak sesuaian dan hambatan-hambatan kecil yang di buat Allah Swt dengan kepastian setiap hambanya mampu melewati itu.
Gadis berjilbab cokelat itu keluar dari ruang administrasi, lebih tepatnya ruang yang amat tak nyaman bagi mahasiswa sejenisnya yang hanya mampu menyodorkan kertas pernyataan kesekian kalinya. Wajah mahasiswa sejenisnya bukan tak ada malu, bukan pula tak memikirkan bagaimana jalan keluarnya. Ia hanya mencoba membiasakan diri untuk seperti itu, keegoisannya yang masih menyukai pendidikan harus melibatkan surat sakti setiap akan ujian. Dan kadang masuk hanya untuk membawa beberapa lembar uang yang belum mencukupi untuk mendapatkan cap lunas di setiap kuitansi pembayaranya.
Langkah kakinya sedikit lemas, entah karena belum mengisi amunisi siang ini atau seperti ada yang harus ia relakan untuk perjalan pendidikannya kali ini. bangku taman kampus jadi pilihanya untuk menetralkan pikiranya yang kurang baik. Mata gadis itu memandangi gedung setiap fakultas yang ada dihadapanya.Telinga masih mampu mendengar dengan jelas kebisingan yang ada disekitar, matanya juga masih jelas melihat jenis-jenis mahasiswa yang melewatinya dari tadi. Isyah melihat Nissa yang keluar dari ruang perpustakaan ingin rasanya memangil dan membagi kisahnya di ruangan administrasi tadi, tapi rasanya itu belum waktu yang pas. Nissa masih perlu memperbaiki hatinya yang salah faham pada kejadian kemarin.
“ Assalammualikum Syah”
Isyah menoleh pada suara yang ia pastikan adalah lelaki berkacamata dengan rambut cepak, ia mengenalnya bahkan dari harum farfumnya pun sudah Isyah fahami
“ Walaikumsalam, kak Sastra!” Isyah tersenyum
“ Dibiasin panggil gitu, tumben sendiri? Kemana pasukan mu?” Dani duduk ditepi kursi taman, kini hanya tas mereka yang menjadi penengah
“ Tuh yang 2 pada kekantin, yang 1 keperpus dan aku ada urusan sendiri. Mau nikmatin angin sepoi-sepoi ditaman” Isyah memainkan alisnya
“ Kebetulan kalo gitu, ada banyak pembahasan yang kita bahas berdua” Kata Dani membenarkan kacamata yang ada diatas hidung mancungnya
“ Berdua? Bahas apaan?” Isyah menatap Dani sekilas lalu segera mengalihkan pandanganya kelain arah
“ Banyak! Tentang masa depan juga” Kata Dani yang kini lebih serius
“ Kayaknya biar fokus kita bahas diwarung bakso mang Dadang ajah ya” Tambah Dani
“ Masa depan gimana? “ Isyah bingung, usia 21 tahun adalah usia cukup dewasa untuk mengartikan masa depan dan itu amat luas apalagi dibahas dengan lawan jenis seperti ini
“ Yaudah dibahas di warung bakso ajah biar kamu fokus dengerin kakak”
“ Ini mau jalan atau motoran, tapi kakak gak bawa motor syah. Dia masuk bengkel, kamu bawa black kan?” tanya Dani
“ Nih.” Isyah dengan mudahnya menyerahkan kunci motor itu, bagaimana lagi sejujurnya perutnya memang butuh amunisi apalagi ini ajakan kewarung bakso tak mungkin ditolak begitu saja
Tak perlu waktu lama wajah sumringah mang Dadang dan bi Acih sudah memandangi pelangaan setianya yaitu Isyah
“ Bi pesen kayak biasanya ya, jangan lupa ganti mi-nya pake toge dan satu porsi bakso normal ya” Isyah mengahampiri bi Acih yang sedang mengelap meja dan sesekali mengoda mang Dadang yang sibuk dengan bakso-bakso di panci besar itu
“ Bakso normal nu kumaha neng” Ucap mang Dadang yang pura-pura tidak memahami maksud Isyah
“ Mamang! Apa mau Isyah tinju perut buncit mamang” Ucap Isyah yang sedang bercanda
“ Masyaallah neng jangan galak! Ngeri nanti cowok pada kabur semua” kini mang Dadang mengampiri meja Isyah dan Dani, membawa 2 mangkok porsi bakso yang berbeda
“Makasih mang” Dani tersenyum pada mang Dadang
Dani merasa heran dengan porsi makan Isyah yang berbeda dengan bakso normal, sepeti bakso dan mi. Di mangkok bakso Isyah justru toge dan bakso dengan kuah yang dikategorikan sedikit sangat berbeda dengan bakso biasa yang ia lihat.
“ Kamu calon ibu yang baik Syah” Dani selalu mengantung kalimatnya membuat Isyah melongo mendengar kalimat yang keluar dari pria berkacamata itu
Apa lagi ini? tadi masa depan sekarang calon Ibu? Anak sastra ini mau ngomong apa sih!” Isyah menatap Dani penuh tanda tanya akan ucapanya dari mulai ditaman kampus sampai di warung mang Dadang
“ Calon ibu yang baik karena makan bakso dengan toge segitu banyaknya, kamu kayak lagi program buat dapetin anak ajah” Dani tertawa melihat Isyah yang melahap maksonya
“ Hem..” Isyah berdeham “Jadi mau bahas apa?” tambah Isyah yang sedari tadi sudah penasaran
“ Rencana masa depan yang cerah “ Dani terlihat terlalu alay diusainya yang hampir masuk umur 25 tahun
Isyah mengkerutkan kening
“ Aku lanjut S2 Syah, masih dikota kita! kota Palembang. Aku ngambil beasiswa yang ditawarkan dosen, kamu tau kan aku gini-gini juga gigih dalam menciptakan karya walau hanya sebuah buku nyatanya aku dapat dukungan dari itu. Sombong sedikit aku numayan cerdik ngambil langkah melajutkan S2, aku terima! Tentu dengan segala resiko yang harus kutanggung. Membagi waktu seefektif mungkin antara pendidikan dengan menghasilkan uang.” Dani seperti menularkan semangatnya pada Isyah
“ MasyaAllah kece badai.. keren lah, gak sangka nanti desa kita ada calon doctor walau masih lama juga untuk proses itu hihihi.” Isyah mengacungkan 2 jempol tanda bangga kepada teman-nya
Dasar Aisyah! Aku kira bahas masa depan apa, ternyata masa depannya” Isyah terkekeh dengan prasangka baper yang sudah menguasainya
“ Oke lanjut ya membahas masa depan ini akan panjang Syah, dan aku butuh bantuanmu” Dani menyingkirkan mangkuk bakso yang sudah habis ia lahap agar menjauh dari tanganya
“ Apa yang bisa dibantu?” Isyah mulai serius
“ Kamu tau Syah? Buku yang aku garap tentang sejarah beberapa desa dari kecamatan OKI, kamu juga...” Dani menghentikan kalimatnya dan mengakat telponnya yang bunyi diatas meja “Bentar Syah” Dani mengakat telpon itu
Isyah tak jelas mendengar siapa penelpon itu, ia hanya mendengar jawaban-jawaban dari mulut Dani
“ Gak usah di cafe, kewarung bakso ajah. Gue disini lagi makan”
“ Warung bakso yang waktu itu, deket kampus!”
“ Gue berdua!”
“ Gak pacaran, dia bukan type cewek yang mau diajak pacaran” Dani terkekeh  dan hanya menatap Isyah sekilas
Isyah merasa Dani dan penelpon itu sedang membicarakannya
“ yoi! Gue tunggu” Dani menyudahi pembicaraan dengan si penelpon
“ ini baru jam 2 siang kenapa terlihat mendung” Isyah justru memperhatikan kondisi cuaca
“ Mendung bukan berarti hujan. Lagian kita di dalam gak diluar” jawab Dani
“ Aku bantu apa buat masa depan kak sastra hah!?” Isyah mengambalikan objek pembicaraan mereka keawal
“ Masa depan kita!” Dani meralat kalimat yang keluar dari mulut Isyah
“ Kok kita?” Isyah mengkerutkan dahinya
“ Karena kamu akan terlibat juga, buku yang berhasil sampai bisa jadi jalan lanjut S2 dengan beasiswa tentunya. Itu buku yang kakak garap tentang sejarah 14 desa di kecamatan Ogan Komering Ilir. 1 tahun kakak garap itu, itu juga kamu bantu mencari data-data yang akurat kan walau kakak tau kamu sebenarnya agak sibuk tapi makasih lah selalu bantu. Buku diakui pemerintah kecamatan dek, mereka memfasilitasi kuliah kakak sampai tuntas di jenjang pendidikan S2. Dan satu target proyek numayan besar, kita akan bahas sejarah kabupaten ini” Jelas Dani dengan panjang lebar
“ Aku terlibat? Kita yang bahas?” Isyah menampakkan raut wajah bingungnya  
“ Ini saling menguntungkan Syah, aku bisa menyelsaikan proyek ini dan kamu bisa dapat tambahan. Pemerintah Kecamatan sudah mengapresiasi karya kita, jadi tenang ini pasti menguntungkan jika dikerjakan dengan serius dan tuntas tentunya!.” Jelas Dani
  Menguntungkan! mungkin ada beberapa uang tambahan untuk bayar semester, lets go ambil kerjasama ini” Batin Isyah merasakan semangat Dani, sosok pria yang memang sudah mengenalkan dunia menulis sejak awal padanya
Lamunan Isyah terlalu dalam sampai tak menyadari kedatangan seorang pria mengahampiri mereka
“ Ini lagi serius?, gue gangu?” Pria berambut gondrong sedikit membernarkan rambutnya yang tertiup angin
“ Santai ajah, kita bahas calon buku” Dani menepuk Pria itu yang sudah duduk kursi sebalah kanannya
Isyah hanya menatap Pria bertubuh jangkung itu, tanpa mengeluarkan sapaan ramahnya
“ Kirain bahas calon anak” Ucap pria itu sembari terkekeh kecil dengan kalimatnya
Isyah menatap tajam pria pemiliki hidung seperti perosotan anak TK, jauh dengan miliknya yang bisa dikategorikan pesek jika disandingkan dengan pria itu
“Kenapa!?” nada ketus pria itu berhasil bertemu dengan tatapan Isyah yang tajam
“ Apa!?” Isyah justru bertanya balik dengan nada ketus “ Dasar manusia pengacau! Sahabat ku salah faham gara-gara kamu!” Batin Isyah sembari memutar bola matanya yang terlihat malas melanjutkan pembahasan dengan pria yang beberapa kali membuatnya kesal
“ Bahas calon anak, anak dia sudah banyak di PAUD” Dani tersenyum pada Isyah
“ Dia bunda Paud?” dengan nada mengejek dari mulut pria pemilik rambut gondrong itu
“ Kenapa dengan nada suara mu! PUTRA!” Isyah kembali menatap tajam pria itu
  Sisipkan panggilan tanda hormat pada yang lebih tua,bunda!” Pria pemilik nama Putra itu meminta Isyah menghargai usianya
“ Hem” Isyah hanya berdeham dengan padangan pada jus alpukat miliknya
“ kalian ini kenapa jadi saling judes gini, kamu pesan apa Put?” tanya Dani menengahi pembicaraan mereka
“ Jus Alpukat saja ” ucap Putra
Dani meninggalkan mereka berdua, pergi memesan jus alpukat untuk temanya
“ Bagaimana kabar jaket ku?” Putra memecahkan hening antara mereka berdua
“ Dirumah, aman! Gak ku jual, tenang ajah!. Aku lupa bawa kekampus karena tadi masih dijemuran, lagian kamu juga bukan anak kampus sini. Jadi kukira gak bakal ketemu. Besok aku pulangin” kata Isyah panjang lebar
“ Kukira kamu jual.” Putra terjeda sembari mengambil segelas jus alpukat didepan Isyah yang terlihat masih penuh
“ Heh, itu punya aku!” Isyah kaget saat jus alpukat miliknya sudah berpindah tempat dan langsung diseruput Putra
“ Tuh gantinya” Putra menunjuk Dani yang membawa segelas jus alpukat
Dani yang tanpa diintruksi langsung memberikan jus alpukat pada Isyah
“ Besok bener jadi?” tanya Dani pada Putra
“ Jadi!” Jawab Putra
“ Yakin? Sejauh ini dan balik lagi?  Ortu gimana?” Dani terjeda melihat mimik temanya sekilas
 “ Yakin lah planing udah mateng! Bunda setuju karena gue yakinin seyakin-yakinnya lagian bentar lagi juga pensiun bisa ikut gue disana. Ayah, gak mungkin bilang iya secara nyata, beliau kan udah tenang mana mungkin gue datang kekuburan minta jawaban” jawab Putra dengan kedua tangan yang megang pundak dan tatapan kearah langit-langit warung bakso mang dadang
“ Gila lo! Gak kekuburan juga kali” Dani terkekeh sama seperti Isyah yang mendengarkan percakapan mereka
Pertanyaan Isyah dan ketiga sahabatnya mengenai keberadaan ayah Putra, ternyata sesuai perkiraan yang mereka buat sendiri bahwa ayah Putra memang sudah meinggal
“ Anak-anak kemarin kayak gak setuju sama keputusan lo Put!, itu si Dinda juga baru sebulan deket masa mau LDR? Tambah Dani seperti penuh dengan tanda tanya yang perlu kejelasan Putra
“ udah gue serahin Dimas, lagian bisa ketemu juga walau gak nentu waktunya. Dinda bates temen! Gak lebih, kalo lebih dia ajah yang terlalu ngarep” Putra terlihat makin menikmati udara sore yang mulai mengirim angin kedalam ruangan itu
“ Tiap kuliah dianter, lo bilang bates temen? Anak orang dimainin. Parah lo Put” Dani geleng-geleng kepala mendengar jawaban Putra
“ Gue gak mainin, niat baik ajah ngater dia kuliah. Mamanya Dinda sahabat Bunda, jadi menghargai ajah pas minta tolong anterin anaknya. Lagian gak tiap hari.” Putra makin menikmati angin sore, punggungnya makin nyaman bersender pada kursi kayu
Isyah seperti diacuhkan keduanya, ia hanya menatapa kedua pria itu bergantian dan masih memberikan penilaian kepada sikap Putra yang jauh dari kata cuek saat kumpul dengan sahabatnya Dani. Obrolan mereka membuat tingkat kepo Isyah meningkat, tentang objek pembicaraan mereka yang langsung membahas pembicaraan pada inti dan tak mengawali dengan cerita yang sebenarnya.
Nyatanya bisa ngomong panjang lebar juga, kenapa kalo deket aku dan temen-temen dia jarangan ngomong. Bisa sih paling sekata dua kata, hemat banget ngeluarin kata-kata” Isyah kini berspekulasi dengan dirinya sendiri dengan telinga yang masih fokus mendengarkan mereka
“ Tindakan lo itu bisa buat anak cewek ngeluarin penyakit baper, harusnya kalo gak siap tanggung jawab nyembuhin penyakit baper cewek-cewek ya jaga jarak” Dani mengeluarkan sisi ilmu pondoknya pada Putra
Isyah terkekeh kecil namun masih bisa didengar kedua pria itu
“ Tuh itu, tanda-tanda yang suka baper” Dani menujuk Isyah
“ kodrat cewek kali kak!” Isyah membela diri
“ Jadi, pas aku ngasih jaket. Kamu baper?” Tanya Putra yang menurunkan kedua tanganya yang sedari tadi menahan bagian belakang kepalanya
“ Ya enggaklah, kamu ngasihin jaket sambil bilang BODOH ke aku. Kayak sok pinter ajah!” Isyah mengingat Putra yang meneriakinya dengan kalimat bodoh dibawah rintik hujan kemarin
“ Baguslah, ku kira kamu baper” Putra menahan tawanya yang ingin lepas ketika diprotes Isyah dengan teriakan bodoh pada Isyah
“ Ah, udahlah mau pulang aku. Udah sore!” Isyah bersiap menarik tasnya
“ Nanti dulu Syah, pembahasannya ada yang lebih penting. Ini bahas masa depan kamu” Dani menahan Isyah yang sudah bersiap pergi
Kalimat masa depan berhasil membuat Isyah duduk kembali termasuk Putra seperti tertarik dengan pembahasan itu
“ Apa? Aku kayak obat nyamuk di hadapan kalian. Kalian berdua ngbrol dengan objek pembicaraan yang gak aku faham.” Isyah seperti mengutarakan rasa kesalnya yang tak diajak bicara oleh keduanya
Kedua Pria itu tertawa bersaamaan, membuat Isyah semakin kesal lagi
“ Gue lupa ada manusia selain kita Dan!” Ucap Putra masih tertawa melihat Isyah
“ Maaf Syah, kita yang lagi perpisahan ini” Dani masih dengan tawa yang berusaha ia hentikan
Isyah hanya mengekrutkan jidatnya mendengar kata perpisahan dari mulut Dani
“ Wajah jangan digituin! Nih aku kasih info soal masa depan kamu dikampus.” Menyodorkan formulir pendaftaran Dani memperhatikan ekspresi Isyah yang membaca formulir itu
“ Lomba Karya Ilmiah?” raut wajah isyah datar
“ Ini bukan bidang aku.” Isyah mengembalikan kertas formulir itu kepada Dani, sebelumnya Isyah tau informasi itu di grup kelasnya tapi ia mengacuhkannya
“ Coba dulu baru bilang gitu!” Putra langsung menyambar kalimat Isyah
“ Iya coba ajah dek, kita bantu deh! Itu temanya tentang dampak kurikulum 2013 terhadap SDM dalam lingkungan Pendidikan. Pas sama jurusan mu” Dani mencoba menyakinkan Isyah
“ Kita yang lo maksud siapa? Gue jurusan teknik informatika tau apa soal kurikulum!”  Putra mengkerutkan keningnya
“ Udah, pertimbangin dulu ajah Syah!.” Dani menyakinkan kembali Isyah “Eh oncom!, kasih semangat untuk anak yang lagi ngejar pendidikan.” Dani setengah teriak pada Putra
“ Itu beda, aku kan sering nulis artikel dari pada karya ilmiah yang pasti butuh data akurat dan referensi seabrek” ucap Isyah setengah memperlihatkan kebimbanganya karena makalah tugas dari dosen harus punya referensi minimal 15 sumber buku atau jurnal dan itu membuat Isyah merasakan beban apalagi karya ilmiah yang pasti lebih dari itu.
“ Karya ilmiah itu butuh sebuah solusi yang kamu tawarkan Syah. Jadi kuncinya fahami kata kunci kurikulum 2013 itu terus solusi yang kamu tawarkan itu gimana” Dani kembali menjelaskan
“ Heh!, inget kalimat aku pas ditaman” ucapan Putra membuat Dani kaget
“ lah kalian ngapain ditaman?” Dani terlihat penasaran sedangkan Isyah mencoba memutar kembali ingatanya tentang kalimat Putra
““ Syah Jika dana tak mampu mendukung mu dalam pendidikan, buat seseorang mempertahankan dirimu di kampus dengan karya mu!. Prinsip itu berlaku dimana saja, tentunya dengan kemampuan mu juga.” Kata-kata Putra berputar dalam ingatan Isyah
“ Kalimat kamu gantung! Maksud seseorang mempertahankan aku dikampus itu siapa?” dengan polosnya Isyah langsung mengungkapkan rasa bingungnya
“ Ya siapa ajah, dosen mu atau bahkan rektor mu! Dipertahankan karena prestasi mu, jadi gak mungkin main diusir dari kampus kalo kamu ada sumbangsih untuk kampus.” Badan Putra sedikit condong kedepan melepaskan senderannya yang nyaman dikursi kayu itu
“ Oke sekarang aku yang bingung dengan objek pembicaraan kalian, ah gak penting juga. Yang penting kamu ikutin kompetensi ini Syah” Dani kembali menawarkan Isyah untuk mengikuti lomba ini
Isyah tertawa diikuti Putra, mereka baru sadar jika Dani memang tak mengetahui pembahasan mereka kali ini
“ Hem..”Isyah berdeham masih ragu, namun sedikit banyak ia sedang mengkonsep tema lomba tadi
Isyah tersenyum lebar memperlihatkan gigi ginsulnya, membuat Dani dan Putra bingung mengartikan senyum itu tiba-tiba
“ Putra.. eh salah!, Bang...! Kak...! Mas..! Putra pinjam ponsel kamu donk” Isyah memborong semua panggilan untuk Putra, putra dibuat bingung dengan perilaku Isyah sedangkan Dani tertawa kecil mendengar semua sebutan yang diucapkan Isyah secara bersamaan
“ Buat apa?” tanya Putra yang pasti masih bingung
“ Udah pinjem bentar, pelit kuburan mu sempit” Isyah seakan memaksa Putra “pola hp sekalian buka” tambah Isyah
Dengan rasa masih bingung tapi entah justru Putra menurut begitu saja memberikan ponsel pintarnya yang sudah dibuka pola-nya. Dani dan Putra hanya memperhatikan Isyah mengotak-ngatik hanphone miliknya dan milik Putra. Persis seperti memasukkan nomor, terlihat dari angka yang diketik Isyah.
“ Hhihi.. oke nih makasih” Isyah mengembalikan ponsel Putra
 Udah Sore, yuk pulang” Dani mengajak kedua insan yang masih dengan tatap bingung dari wajah putra dan isyah yang sengigisan setelah memainkan ponsel putra

BAB 9 MENYUSURI JALAN KENANGAN
Layar netbook bewarna merah masih terus menyala, membiarkandetik jam berputar. Hening terasa hanya ada suara dari kyeboard yang bunyi dengan jeda beberapa kali, suara jangkrik dan decakan dari cicak menghilangkan malam yang cukup hening itu. Wanita dengan rambut sebahu itu hanya terus berkutik dengan beberapa buku tebal dan neetbook yang sejak 2 jam lalu sudah mendapatkan perhatianya.
“ Kok pening juga, ya” umpatnya
Matanya menatap layar netbook yang menampilkan deretan aksara pada Microsoft Office Word 2007 yang sedang dibukanya
“ Tuhkan! Ini mah bukan bidang aku” Isyah hanya berbicara dengan benda mati didepanya
“ Butuh diskusi mungkin, biar ngalir idenya” Isyah mencari benda pipih serba guna itu diatas kasurnya
Mencari nama Nissa yang ia yakini lebih banyak memberikan informasi yang ia butuhkan.
Nissa!” Isyah tersenyum saat telponya diangat Nissa
Walaikumsalam, Kenapa?” Nissa dengan nada juteknya masih menampakkan cemburu pada Isyah
Eh, Assalammualikum. Sibuk gak? Diskusi bentar yuk. Aku kan ikut lomba karya ilmiah, coba deh kita kupas kurikulum secara rinci. Butuh masukan ide nih!” Isyah mengutarakan maksud hatinya panjang lebar
Sibuk Syah, aku masih garap makalah” Jawab Nissa singkat namun mampu membuat Isyah menyimpulkan memang Nissa sedang di fase cemburu padanya
Oh, iya udah Niss. Aku matiin ya telponya” Nada kecewa Isyah mengakhiri telpon itu
Isyah melemparkan benda pipih itu kembali kekasur, menarik kembali neetbook-nya di meja belajar itu bukan Microsoft Office Word 2007 yang ia buka melainkan sebuah blog pribadi tempat ia mencurahkan rasanya.
Rabu 13 Mei 2020,Tentang Mei yang rumit” Isyah memberi judul pada bloknya kali ini “ Semua itu harus imbang, antara mata untuk melihat, hati untuk merasakan, dan pikiran yang menyimpulkan semuanya. Ada rasa boleh, siapa pun dia gak berhak melarang tapi kalo gak bisa ngimbangin ya harusnya sadar donk bakal ada pihak yang dirugikan. Siapa yang dirugikan? Ya tentunya kamu yang merasa tanpa pernah dirasa olehnya. Segala persepsi tentangnya bisa salah arti dimata mu karena dia yang kau tuju tak faham dengan rasa mu. Jadi sebenarnya yang salah adalah kamu yang tak menyeimbanginya.” Catatan kecil dalam blog pribadinya menggambarkan posisinya yang seperti salah dimata Nissa
Jam berputar begitu cepat mengantarkan Isyah pasa rasa kantuk, meninggalkan rasa letih dengan sebuah mimpi panjang. Putaran jam menunjukkan pada waktu tengah malam, menjadi rutinitas setiap insan untuk meninggalkan aktifitas dan harus menambah energi dengan tidur.
“Huh, kenapa aku yang kena imbas?” Isyah dengan segala kesalnya memutuskan pergi kekosan Nana hanya untuk menumpahkan penatnya
“Aku lagi mulai eror gara-gara diteror bagian administrasi kampus. Lagi cari cara diakui, biar bisa bertahan sampai titik akhir. Kata si manusia itu harusnya   ada yang mempertahankan aku dikampus dengan imbalan sumbangsih dari aku? “ tambah Isyah yang ingin meluapkan kesalnya
“Manusia apa? Eh, siapa?” Nana memperhatikan Isyah dengan wajah kesalnya
“ Kata Putra pas ditaman belakang rumahnya, sekaligus sumber Nissa cemburu” kata Isyah yang asik menkmati pemandangan dari jendela kosan Nana
“ Hoh Putra!, Bener juga sih. hidup itu hanya soal saling menguntungkan. Kalo kampus merasa diuntungkan dari keberadaan kau, sebaliknya kau juga dapet keuntungan dari kampus.” Ucap Nana
 “Padahalkan aku juga ngasih keuntungan lewat bayaran spp eh, gak sih udah hampir 3 semester aku ngandelin si surat sakti.” Isyah tertawa kecil menyadari dirinya memang salah satu mahasiswi yang selalu melanggar
“ Kau nih!” Nana memukul Isyah dengan bantal
 “Si Nissa kenapa juga ikut eror? Dikampus kan banyak cowok yang naruh hati sama dia, masa laki-laki rambut godrong dengan celana sobek dilutut berhasil ngambil hati seorang Nissa yang kalem.” Keluh Isyah tentang sikap Nissa yang dingin padanya
“ Udah aku bilangkan dia cemburu?” jawab Nana
“ Ya kenapa sama aku coba? Gak enak tau Na, dalam hubungan persabahatan konflik cuma karena masalah cowok. Kayak gak ada cowok lain ajah, siapa juga yang suka sama Putra. Dia manusia ngeselin, kalo ngomong gak ada lembut-lebutnya walau ganteng tapi sifatnya itu, hiss... ” Isyah membalikkan pandanganya dari jendela k
“ Emang rasa suka bisa dibatesin? Harus sama siapa dan gimana orangnya? Terus ya kau tau cemburu itu gak pandang dia siapa, sekalinya cemburu yang udah” ucap Nana
“Ya.. ya... terserah lah, aku cukup pusing dengan kampus. Aku butuh referensi buat karya ini.” Isyah memegang buku catatanya
“ Au ah, aku gak pinter kayak si Nissa. Tunggu paling bentar lagi datang” Nana sudah begidik malas jika membahas mata kuliah dia lebih senang jika membahas tentang drakor terbaru dengan tika
  Tapi aku salut sih sama kamu Syah, jago multitasking!.” Tika yang sedari tadi sibuk dengan hp-nya langsung menyambar curhatan Isyah
  Bisa kayak bunglon, nyesuain dirinya cepet banget. Terus jago berpindah-pindah tempat ujungnya menghasilkan duit wwkkw beda sama aku yang suka berpindah-pindah tempat Cuma ngabisin duit.” Tambah Tika
“ Pindah tempat dapet duit gimana maksudnya?” tanya Isyah
“ Maksud Aku, kamu nganter makanan dapet duit, pergi ke sekolah dapet duit, kayaknya aktifitas dengan si Black selalu menghasilkan duit ya?” Tika menatap Isyah
“ Gak gitu gak kebeli buku, gak ada tabungan untuk bayar semesteran dan gak kebeli paket hahaha” Isyah tertawa dengan rasa yang sebenarnya lelah tapi entah dirinya masih menikmati perjalanannya ini
“ Pengen deh kayak kamu, biar ada uang tambahan jajan gitu. Bosen nunggu kiriman ortu kadang lama. Sampe boke banget baru dikirim” Tika memangku wajahnya
“ Jangan pengen jadi orang lain, capek ! kalo belum dapet hasil pendapatan, kamu harus hemat Tik” Ucap Isyah dengan mulut yang menguyah keripik cokelat
“ Ah, aku hanya hidup atas kiriman orang tua. Kadang aku lupa cara menghemat, karena godaan alat kosmetik dan kebutuhan fasion yang menuntut” Tika tertawa kecil namun dengan perasaan sadar bahwa kebiasanya memang sulit untuk menghemat
“ Assalammuaikum..” Nissa dengan wajah sembabnya langsung masuk kekamar kos milik Nana yang memang sudah menunggu kedatangan Nissa
“ Walaikumsalam” ketiganya menjawab dengan tatap bingung melihat wajah sembab Nissa
“ Nissa kamu kenapa?” Isyah menghampiri Nissa yang langsung tidur di kasur memegangi wajahnya yang memang terlihat basah
“ Iya ini bocah, masuk biking orang bingung “ Tika memukul Nissa dengan bantal berharap ia duduk
“ Nih minum dulu, terus cerita” Nissa membalikkan badanya mengambil botol mineral yang diberikan Nissa
Ketiga gadis itu kini mendekat pada Nissa menunggu gadis berkacamata itu cerita tentang wajah sembabnya.
“ Cepet cerita kau! Jangan buat greget gini.” Nana sudah tak sabaran menunggu Nissa cerita
“ Aku sa-lah ya...?” Nissa dengan nada gementar membuka mulutnya
Ketiga sahabatnya hanya saling pandang, bukan memberikan penjelasan justru Nissa memberikan pertanyaan.
“Salah gimana? Coba ceritain dari awal, tapi jangan sambil nangis. Wkwk gak tega liatnya” Isyah sembari tertawa kecil berharap dapat mengibur Nissa
“ Hooh Nis, bingung kita liatnya. Cup..cup..cup cerita dari awal ndok ojo kambek nangis ngunu gak penak delok e” Tika memberikan bahasa kerjaannya agar Nissa sedikit berhenti dari tangisanya
“ Tadi kan.. sebelum kesini aku niatnya pake angkot, udah nunggu pinggir jalan” Nissa terjeda jemarinya membuang air mata yang sempat turun dari peluk mata
“ Terus!?” Nana sedikit menyatakan rasa bingungnya dengan penekanan
“ Aku ketemu sama Dimas, dia dari terminal ngater Putra...” Nissa menutup wajahnya, membuat ketiga sahabatnya semakin kesal menunggu cerita Nissa yang terjeda-jeda
“ Ketemu kak Dimas? Kok gak ajak aku sih.. huaaa!!! Padahal kangen digombalin” Tika histeris mendengar nama Dimas
“ Astagfirullah bocah! Digombalin kok kangen!?” Isyah dan Nana geleng-geleng kepala   
“ Putra pergi, dia pergi gak pamit dan dia bawa hati aku. Salah gak ya tapi aku emang sedih, egois gak sih? Aku yang ada rasa sama dia aku juga yang kesiksa. Aku gak minta suka dan nyimpen perasaan sama dia tapi ini natural semenjak aku kenal dia. Udah ada rasa ketemu 3 kali makin kuat ajah, dia suka datang kalo aku lagi ngelamun sebenernya dia yang aku lamunin. Aku salah gak sih jadi gini?” Nissa mencurahkan hatinya, ia mulai jujur mengatakan perasaanya pada Putra dan entah apa Isyah pun sama seperti Nissa hatinya sedikit ada rasa yang tak bisa digambarkan bukan soal sakit hati justru ia sendiri bingung mendeskripsikannya
“ Gak salah Nis, itu kan fitrah manusia. Tapi jangan berlarut sedihnya” Nana menepuk pelan punggung Nissa
“ Tapi dia jahat Na... pergi gak pamit, bawa hati aku” Nissa seperti gadis remaja umur 17 tahun yang baru merasakan cinta, dimata sebagian orang yang tak mengerti perasaan itu mungkin sedikit alay tapi cinta memang bisa membuat seseorang berubah menjadi apapun hampir menghilangkan sifat dewasa Nissa yang biasanya terlihat dewasa
“ Dia pamit!, tersirat sih kemarin siang. Kamu inget gak? pas digerbang kampus kan kita lagi beli somay terus si Putra lewat, dia senyumkan? trus nelakson gitu. Biasanya kalo lagi nungguin  adek kelas kita, yang anak hukum itu loh. Boro-boro mau nyapa kalo ketemu di gerbang kampus? Masang muka ramah ajah gak! Apalagi senyum.” Jelas Tika
“ Nah, bener kau dia emang pamit. Dan mungkin udah direncakan, acara sama club motornya kemarin bentuk pamit dia” ucap Nana
“ Bisa jadi sih? Kita kan pas acara inti gak keluar, gak tanya juga itu acara apa? Wkwkw udah Niss, kalo jodoh gak kemana. Semua perasaan mu normal Niss, tapi jangan cemburu sama aku yang gak duanya dari kamu. Hiihi  aku gak ada apa-apa sama manusia itu” tatapan Isyah menyelidik pada Nissa
“ Apaan? Aku gak cemburu sama kamu Syah!” Nissa memalingkan wajahnya dari tatapa Isyah
“ Alhamdulilah, peyuk ah.. peyuk...!” Isyah langsung memeluk Nissa, sebenarnya ada Isyah tau Nissa memang cemburu tapi mana mungkin seseorang mengakui cemburunya.
“ Gak ikut pelukan!, si Isyah bau debu dia kesinikan motoran” sindir Tika dengan persiapan lari, takut botol air mineral melayang ke badanya
“ Kutu kupret kamu Tika...! wangi farfum gini” Isyah setengah berteriak Pada Tika yang sudah menjauh
 “ HOY.. kalian nih, berisik? Kamar kos sebelah penghuninya galak, diomelin baru tau kau” Nana terkekeh mendapatkan sahabat-sahabat yang selalu memberikan kehangatan, dengan sedikit bumbu konflik yang biasa dirasakan dan itu bisa diatasi karena mereka saling menyayangi
“ Iya nyoya pemilik kamar kos, sekalian pamit dah. Aku ada duit yang harus segera dijemput”
“ Pasti orderan kue kan?” tebak Tika
“ loh kok pulang, kan aku baru dateng Syah” ucap Nisa
“ Kamu sih lama, pasti lagi ngepoin si manusia itu ya dari Dimas jadi dateng kesini lama. Aku pulang mau buat orderan, sebenernya besok pagi tapi bahannya belum lengkap.”   Goda Isyah pada Nissa
“ Dikit, hahah” Nissa mengakui dirinya yang memang banyak bertanya soal Putra pada Dimas sampai membuat molor jam datang ke kosan Nana
“ Tuh! Bener tebekan aku, udah aku pulang dulu.Assalammualikum!”  Isyah pergi dengan tas di punggungnya
“ Walaikumsalam, hati-hati woy!” ketiga sahabatnya menjawab

Sepanjang jalan lalu lalang kendaraan  tak mengubah bayanganya dalam otak Isyah, entah sejak dimenit keberapa Putra muncul di beberapa jengkal jalan yang ia lewati. Jalan itu, seakan bercerita saat pertama kali ia harus saling bertemu dalam keadaan yang kurang baik, karena membuat luka di dagunya dan badannya terasa sakit. Ya saat itu, dagunya bercucur darah, bahkan sekarang bekasnya masih ada meski mulai sedikit pudar karena salep yang rajin Isyah gunakan. Tetap saja berkat Putra ia merasakan pedihnya jalan lintas ini. wajahnya, senyum yang langka, nada bicara datarnya, cueknya membuat Isyah senyum-senyum sendiri diatas motornya.
“ Bodoh! Kenapa pikiran ini ngelantur kesana? Ini apaan sih, hati aku berasa aneh banget antara sedih sama bahagia mikirin manusaia itu” Isyah memukul helmnya sendiri menyadarkan dirinya yang sudah terlalu lama menyusuri jejak kenangan Putra bersama Black motor kesayanganya.
BAB 10 AKU BERJUANG
Rak-rak buku itu seperti tempat persembunyian, tinggi dan rapat dengan jajaran buku yang ada. Bagi sebagian mahasiswa, perpustakaan adalah tempat ternyaman untuk  menenangkan pikiran karena dilarangnya berisik pada ruangan itu menjadikan suasananya hening. Ruang perpustakaan dengan Ac yang mendingkinkan setiap pengunjung, penerangan yang cukup, nuasana hangat dari chat kuning dan wifi merupakan surga dikampus.
Kali ini tekadnya bulat, mengikuti lomba ini adalah salah satu bentuk untuk bertahan di kampus. Baginya pendidikan adalah penting, melanjutkan kejenjang tinggi bukan hanya soal ajang mencari gelar, justru sebuah ambisi jiwa mudanya mempunyai segudang mimpi yang ingin dicapai. Dan ini adalah pijakan dasar yang harus ia perjuangkan. Sebuah pijakan yang nantinya mengokohkan mimpinya.  Isyah memang kurang dalam segi dukungan dana, segala kebutuhan kampus selalu ia usahakan dengan keringatnya, sampai dititik peringatan kampus tentang pembayaranya yang macet sudah masuk dalam resiko yang ia pastikan akan terjadi. Semua ia nikmati secara perlahan, beban itu yang akan mendewasakan seseorang dan meninggalkan bekas perjuangan yang akan ia nikmati  nanti.
Isyah sudah mengumpulkan beberapa buku referensi dari rak-rak buku perpustakaan ini, matanya menelusuri lembaran buku yang dipegang sesekali jemarinya menulis di buku catatannya. Sebuah lembaran dengan konsep yang matang sudah dipegang Isyah, tahap pertama dalam menuntaskan karya ini adalah sebuah konsep dengan solusi yang akan ditawarkan Isyah.
“ Woy! Pantesan di kantin tadi si Nissa Cuma sama si Nana dan Tika, ternyata ketua gengnya disini” ucap lelaki berbadan jangkung namun sedikit ceking
“ Adam!, main woy-woy ajah, aku ada nama” lirik Isyah pada Adam yang masih saja berdiri disampingnya
“ Eh, kamu ikut lomba karya ilmiah?” Adam mencondongkan kepalanya pada Neetbook milik Isyah
“ Ih, sana-sana! kepala kamu ngalangin aku ngetik” Isyah mendorong kepala Adam yang terlalu dekat dengan neetbook miliknya
“ Pelit!” Adam justru menarik kursi dan duduk didekat Isyah
“ kok duduk sih disitu?” Isyah menyipitkan matanya pada adam
“ Ini perpus punya siapa sih? Lagian ini rame, aku gak mungkin aneh-aneh kali, tuh liat RAME! Lo teriak ajah kalo aku apa-apain” Ucap Adam menatap Isyah tajam
Isyah teratawa geli, sebenarnya ia hanya basa-basi kepada Adam
“ Lah malah ketawa, sini aku bantu sumbangsih pikiran wkwkw gini-gini juga faham sama tema itu” Adam menawarkan dirinya untuk membantu Isyah
“ Helah, kalo faham kenapa gak ikut lomba sekalian” Isyah menyedekapkan kedua tangnya di dada
“ Kasian ntar kamu kalah” Ucap Adam dengan sombong
“ Hi.. over dosis kamu Dam!, ini yang ikut juga banyak apalagi dari anak-anak fakultas sastra. Jadi jangan sombong gitu” Isyah memainkan alisnya, heran dengan Adam yang tingkat kesombongnya
“ Cerewet!, coba mana konsepnya ada belum?” Adam menyodorkan tangan kanannya meminta konsep karya ilmiah Isyah
“ Nih, aku sih konsep intinya dulu, belum terlalu dijabarkan dengan solusi” jelas Isyah
“ Ini problem yang mau kamu angkat apaan?” tanya Adam sembari memahami konsep kerangka karya tulis Isyah
“ SDM lembaga pendidikan yang kurang memahami kurikulum 2013, kalo kesimpulan aku sih di K-13 ini kan banyak berkas yang harus di lengkapi tuh, kayak RPP Silabus dan lainnya deh. Aku pengen fokus ngaish solusi di balik keriwehan guru-guru melengkapi berkas-berkas itu” Isyah mulai menjelaskan maksdunya, ia yakin Adam adalah teman yang cukup faham dengan mata kuliah ini
“ Hem.. tapi harus di bahas secara rinci dulu kurikulum itu apa Syah?” jemarinya menunjuk pada konsep yang ada di buku Isyah
“ Beres Dam, aku masukin saran mu.” Isyah menarik kembali buku catatan miliknya ditangan Adam dan kembali menulis saran yang diberikan lelaki perawakan jangkung itu
“ So! Problem kamu kan udah dapet ya, referensi di perpus juga kayaknya banyak buku yang bahas tentang kurikulum. Biar makin kuat kamu harus cari narasumber yang faham dengan lembaga pendidikan, survey ke lembaga pendidikan juga perlu.” Ketua kelas satu ini di mata Isyah adalah sosok pria yang numayan cerdas, perawakan memang sedikit dikatagorikan kurus tapi soal kecerdasan Isyah kalah saing dengan pria didepanya.
“ Narasumber?..” Isyah mengulang kalimat Adam
“ Iya, biar makin bebobot nilai mu!” Adam memberikan suntikan semangat
“ Bu Ulan! ya.. beliau” Isyah meneriakkan nama bu Ulan cukup lantang, Adam hanya menatap penuh tanya
” Terus solusi dari problem yang kamu angkat apa?” Adam mengabaikan pertanyaan dibenaknya soal nama bu Ulan yang diteriakkan Isyah
“ Semacam menawarkan Aplikasi sebagai media bantu mereka menyelesaikan tugas pelengkap berkas yang diperlukan, ya... “ kalimatnya terpotong karena melihat ketiga sahabatnya yang berjalan kearah Isyah
“ Jadi karena deketin Nissa gak dapet sekarang deketin kembaran si Nissa, ah kau payah. ” Nana terkekeh melihat tatapan Isyah yang memasang wajah mirip kak rose yang akan segera mengeluarkan amukanya
“ Ngaco! Dia bantu aku bahas ini” Isyah menujuk semua buku-buku yang berserakan
“Hihi gak papa kalo iya juga, kan kamu jomblo si Adam juga jomblo.” Tambah Tika
“ Dasar cewe-cewe riweh, berisik !. Selamat berjuang Syah, banggakan aku sebagai ketua kelas mu ya! Pergi dulu ah, berisik nih cewek-cewek” Adam berdiri dari kursinya dan meninggalkan keempat gadis itu
 Udah dapet referensinya?” Nissa menyadarkan Isyah yang masih menatap punggung Adam semakin lama semakin hilang di balik pintu masuk perpus
“ Alhamdulilah udah Nis,,. Eh, kebetulan! Pinjem hp kamu donk” Sekelebat ide tiba-tiba saja merasuki pikiran Isyah, ya sebuah rencana akan berjalalan melalui jari manisnya. Nissa memberikan benda pipih itu tanpa banyak bertanya
“ YaAllah, banyak amat grup whatsApp, ini kamu kalo ada no baru gak dibls apa? Ih kok Cuma di read sih. Aku kira kamu udah chatan sama manusia itu”ketiga sahabatnya hanya saling melempar tatapan bingung dengan semua ucapan Isyah
“ Chatan sama manusia apa? Apa sih Syah gak ngerti aku.” Nissa menundukkan kepalanya kearah benda pipih yang dimainkan Isyah, memperhatikan jemari Isyah yang kini menemukan kontak whatsApp tanpa nama dengan jejak chat “Assalammualikum” yang hanya di read Nissa
“ Ya Cuma aku read ajah, gak jelas Cuma chat salam gitu. Profilnya juga Cuma foto pemandangan sekitar gunung gitu” tambah Nissa yang sekilas mengartikan tatapan Isyah
“ Oke 1 minggu kamu harus rajin chat dia ya, sekalian bantu kelancaran lomba ku dan sisanya kelancaran” Isyah menjeda ucapanya ada rasa berat mengucapkan hal itu, karena suatu perasaan aneh sudah bersarang di hatinya tanpa ia sadari “ kelancaran hubungan kalian hihii” tambah Isyah menuntaskan kalimatnya
“ Aaa... aku faham pasti yang kau maksud manusia itu adalah si Putra kan?” Nana langsung menebak ucapan Isyah yang menyebut manusia itu, dan Nana masih ingat tentang cerita yang sempat Isyah bagi di kosan waktu itu
“ Putra? Maksudnya aku chat dia? Itu no yang baru chat aku juga dia? Chat itu ada 1 hari sebelum dia pergi, kok dia tau nomor aku?” senyum tipis penuh arti terlihat dalam wajah Nissa, mungkin bahagia karena  jalan untuk menghubungi Putra tanpa susah-susah mencari kontak dambaan hatinya
Isyah hanya diam, sebenarnya itu adalah ulah jail jari-nya yang sempat  memainkan handphone milik Putra saat mereka sedang berada di warung bakso mang Dadang, tentu tanpa sadar itu adalah pertemuan terakhir mereka sebelum Putra pergi tanpa pamit.
“ Seinget aku dia anak Teknik Informatika, aku butuh jasa dia untuk desain Aplikasi yang bakal aku jadikan solusi untuk karya ilmiah aku. Nah, kamu Niss sebagai jubir ku. Nanti kamu yang bakal terus infokan ke aku soal aplikasi yang aku minta desainkan ke si Putra. Oke, gak bisa nolak kali ini.” Ucap Isyah sedikit maksa
“ Lah, nyusahin orang kamu. Tinggal salin kontaknya di hp kamu, chat sendiri lah masa nyusahin Nissa” Tika tak memahami niat Isyah yang ingin memberikan jalan pada Nissa agar lebih dekat dengan Putra
“ Hia bodo ah, kan yang aku nyusahin Nissa ngapa kamu yang repot Tika.” Isyah menjulurkan lidahnya kearah Tika
“ Aku gangu dia donk, kalo chat terus” Nissa menutupi rasa bahagianya mendapatkan jalan untuk lebih dekat dengan Putra
“ Gak! Ini aku yang awalin chat dia, tapi pake hp kamu. Males ribet, aku kan kalo ketemu dia bawaaan sensi eh ralat maksudnya kalo hubungan sama dia.” Jemari Isyah terus mengetik pada layar kyeboard hanphone Nissa, sebuah kalimat cukup sopan, jelas, padat ia kirim ke kontak yang akan membatunya
“Nih, udah aku awalin nanti kamu jadi asisten aku. Hahahaha usahakan komunikasian sama dia harus lancar, karena itu alat pendukung untuk lomba ku” Isyah tersenyum kearah Nissa memberikan intruksi yang sebenarnya seperti bom waktu yang akan meledak ketika waktunya tiba, Isyah mengabaikan secuil perasaannya yang sudah mulai tumbuh kepada Putra
“ Eh.. ini dia malah telpon” Nissa justru kebingungan mendapatkan telpon dari pria yang sudah mengisi hatinya
“ Lah! Angkat,macam mana pulak jadi gugup kau” Nana terlihat greget melihat tingkah Nissa yang salah tingkah dan membiarkan dering telponya
“ E..iya” Nissa menatap ketiga sahabatnya dan kembali fokus kelayar handphone miliknya “ Assalammualikum, iya ini Nissa bang. Bukan, yang ikut lomba Isyah. Gak tau dia minta Nissa yang hubungin bang Putra, oh iya.. ini Nissa kasihkan” Nissa memberikan handphonenya pada Isyah
“ Speaker ajah!” ucap Isyah menolak benda pipih itu dengan mudahnya Nissa langsung menuruti perintah Isyah
Kenapa?” suara serak seperti bangun tidur bersumber dari benda pipih yang dipegang Nissa
Udah ketebak pasti dia tanya kenapa dulu, dasar manusia ini apa gak ada kosa kata lain yang lebih ramah gitu? Tanya kabar kek apa kek!” gerutu Isyah dalam hatinya
“Butuh bantuan plus nagih janji” Isyah mengeluarkan nafasnya berat, seperti malas tapi mememang butuh
“ Janji apa!?” suara dari benda pipih itu seakan menaikan nada suaranya
“ Janji sama si kak Dani katanya mau bantuin? Di warung mang Dadang tepatnya 3 hari lalu”  Isyah mengigatkan Putra, yang ia yakinin pasti Putra hanya pura-pura lupa
“ Udah ah, intinya minta bantuan. Aku ikut lomba karya ilmiah itu, jadi tolong buatin aplikasi. Ntar gampang kalo memang aku bagi hadiahnya, kalo kalah yang maafkanlah gak bisa ngasih apa-apa” Tambah isyah berharap jawaban Putra mengatakan iya
Bagi hadiah apa? Jaket aku ajah gak kamu balikin” kalimat itu berhasil membuat Isyah menaikan kedua alisnya, pembahasannya malah dialihkan
“ Heh! Siapa yang pergi gak pamit. Kamu kira aku ini peramal apa? Yang tau kamu mau kemana tanpa pamit, itu jaket juga niatnya kok.” Isyah setengah berteriak memancing penjaga perpus menghampiri keempat gadis itu
“ Dek, kalo telponan keluar ajah. Ini perpus!” wanita berwajah jutek mengigatkan mereka khususnya tatapan tajam pada Isyah yang beberpa detik teriak
“ Pelanin suara kamu Syah” Nissa dengan suara yang sengaja ia kecilkan
Kamu gak punya hp? Ini yang minta tolong kamu tapi yang dibuat ribet Nissa.” Benda pipih itu mengawali lagi pembahasan mereka
“ Dengan kerendahan hati, ini perpus bro. Aku lagi males ribut, tolong bantu lah” Isyah setengah memohon pada benda pipih yang pemilik suaranya membuat sebal
“ Ya siapa yang ngajak ribut?” entah ekspresi apa dibalik benda pipih itu, namun dari suaranya menampakkan sebuah ejekan “ aplikasinya gimana, kamu jelasin dulu biar aku bisa rancang!” tambah Putra, kali ini kalimatnya membuat Isyah puas sedangkan ketiga sahabatnya ikut mendengarkan percakapan Putra dan Isyah yang memang speaker-nya diaktifkan dengan mudahnya semua bisa mengetahui isi pembahasan mereka
“ Jadi tuh... “ Isyah menjelaskan panjang lebar tentang semua rancangan yang akan dijakan sebuah aplikasi, 1 bulan adalah waktu yang cukup untuk merancang. Walau Isyah belum tau pasti rutinitas apa yang sedang dilakukan pria berdarah palembang itu di Ibu kota.
“ Oke” satu kata dari Putra sekaligus mengakhiri pembahasan kali ini

Semua berjalan sesuai rencana Isyah, walau kalimatnya sering mengucapkan kesal pada manusia itu justru hatinya sebaliknya. Ada senyum dibalik wajah datarnya apalagi ia merasa seperti memasang topeng didepan sahabatnya Nissa, gadis anggun keibuan itu kini sedang dekat dengan Putra walau dengan berlandasakan dasar kepetingan aplikasi yang mereka bicarakan 1 minggu lalu dan kini berjalan menuju 3 minggu. Artinya sudah dekatnya Putra dan Nissa, kadang Isyah mengajak Nissa pergi kerumah Bu Ulan sebagai narasumbernya tentunya hal itu membuat Nissa merasa senang karena menjadi jalan untuk mendekati ibu yang melahirkan pria yang berhasil membuat hatinya jatuh. Isyah senang mendapatkan sahabatnya selalu menceritakan Putra yang semakin dekat, tentu kebohongan soal rasa yang berbalik dengan hatinya.
Jika mengingat kalimat Nana dulu, itu memang benar. Kita tidak bisa membatasi untuk suka dengan siapa, itu natural yang ada hanya berperan dalam kepura-puraan dengan bom waktu yang mungkin siap meledak dengan sendirinya. Tidak, saat ini Isyah memang sedang fokus kearah karirnya ia mementingkan pendidikannya, memastikan semua aman terkendali dengan surat sakti di kampus tercintanya. Yakin dalam hatinya, perih dan perjuangan tak akan sia-sia. Waktu akan membalas semua kerja kerasnya, dan soal cinta apalagi perasaan yang ia sadari mulai menyukai orang yang sama disukai sahabatnya adalah hal bodoh yang harus dijauhi.

BAB 11 SATU MOTOR YANG SAMA
Isyah menahan degup jantungnya, beberapa kali ia menganti tisu yang digunakan untuk mengelap keringat yang sudah membasahi pelipisnya. Keringat ini muncul bukan karena cuaca justru rasa gugup untuk mempertanggungjawabkan karyanya di hadapan dewan juri. Neetbook merah lengkap dengan slide power point dan kelengkapan barang bukti lainnya yang akan ditampilkan dalam 10 menit ini sudah matang dipersiapkan untuk dewan juri yang akan memberikan penilaian.
Tatapanya terus mencari keberadaan ketiga sahabatnya dan teman-teman sekelasnya, karena cuma Isyah yang memberanikan diri mengikut lomba karya tulis dengan lawan rata-rata anak sastra dan hukum. Uji nyali dan iseng-iseng berhadiah begitu niatnya. Ini adalah tahap ketiga setalah dua tahap yang ia lewati bersama peserta lain, peserta makin terkikis di babak terakhir ini adalah babak penentu untuk mendapatkan juara dengan saingan semakin ketat karena sudah ada penyisihan di dua tahap sebelumnya. Enam peserta sudah berada di depan, mereka akan mempresentasikan masing-masing karya mereka didepan para juri.
Mungkin ini yang dinamakan simulasi sidang skripsi yang merupakan rutinitas setiap mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhirnya, rasa gugup sudah bersarang di setiap peserta. Bukan apa-apa, pastinya akan ada pertanyaan dosen yang ditugaskan sebagai juri. Tatapan juri sudah seperti panah yang menusuk hati peserta, bukan takut karya mereka di cap plagiat atau akan mendapatkan coretan sana sini karena itu tahapan yang sudah dilalui, sekarang  justru semua peserta sedang mempertaruhkan perjuangan selama 1 bulan dalam menyusun karya tersebut melalui mulut mereka. Ya mereka akan mempertahankan karya mereka dengan penguasaaan dalam persentasi setiap peserta.
“ Aisyah Daaniyah” juri memanggil nama Isyah, tentu Isyah langsung maju mendekat kepada proyektor yang sudah ada kemudian langsung menampilkan slide yang sudah ia berikan kepada operator dan tak banyak buang waktu Isyah menarik nafas panjang. Tangan kanannya kini memegang mic, ini acara apa sampai seperti lari maraton membuat sekujur tubuh Isyah hampir basah karena mengeluarkan keringat kegugupanya.
“ Bismillah, baik ada beberapa point yanga akan saya bahas...” Isyah terlihat gugup terlihat dari suaranya yang sedikit bergetar, sekali lagi Isyah menarik panjang nafasnya strategi kecepatan mengoceh dengan jelas harus ia lakukan agar penyampaianya sesuai dengan waktu yang diberikan. Jantung berdebar tak sesuai durasinya sama seperti saat ia ketika menyalip kendaraan dengan waktu yang hitungan detik jika salah perhitungan akan berakibat pada keselamatanya. Hati kecilnya seperti menyuntikan semangat “ cukup di acuhkan! Aku mau kampus lihat aku dari sisi lain” sebuah kalimat yang menggambarkan rasa lelahnya yang diabaikan,ya memang diabaikan karena tak ada alasan yang mampu dikenang pihak kampus. Dan kali ini Isyah akan membuat dirinya diakui.
2 jam berada di zona yang menegangkan karena diserang pertanyaan juri, akhirnya selesai. Sebuah hasil akhir yang akan diumumkan nanti saat sebelum ujian akhir semester dilaksanakan. Beban karya ilmiah ini akhirnya berakhir juga, urusan akhir biar Allah yang atur Isyah percaya apapun akhirnya itu adalah usaha yang sudah di kerjakan sungguh-sungguh oleh Isyah.
“ MasyaAllah, kau ngomong tadi cepet amat!” Tika memang melengo saat Isyah mengoceh didepan
“ Apa kecepetan?, jelas gak sih pas aku ngomong” Isyah sedikit khawatir kalimatnya tak jelas di dengar juri
 Jelas, udah tenang juri pasti denger. Kami ajah yang dibelakang jelas banget denger kau ngoceh” Nana menepuk-nepuk punggung Isyah
“ Alhamdulilah deh kalo gitu, Nissa kemana? Tadi aku lihat dia kayak videoin aku deh dari awal ampe kalimat penutupan aku”